Langkah 32

147 13 0
                                    

"Tolong jangan buat ini menjadi semakin rumit."

◾◾◾

"Ra"

Lora sontak saja menghentikan kegiatannya mengupas kulit apel, gadis itu meletakkan pisau ke sudut piring dan tersenyum ke arah sumber suara.

"Kenapa?" tanya gadis itu berusaha sesantai mungkin, padahal hatinya teriris ketika tak lagi didapatinya binar keceriaan di mata sahabat sedari kecilnya itu.

"Matamu berkantung, kamu tak apa?" tanya Beryl seraya menggerakkan jemarinya membentuk setengah lingkaran di bawah matanya.

"Aku hanya kurang tidur"

"Tentang Anson atau hal lain?" tanya Beryl membuat Lora menggigit pipi bagian dalamnya, berusaha sekeras mungkin agar tak terlihat rapuh.

"Bukan hal yang penting"

"Tapi yang katamu bukan hal penting bisa membuatmu tak tidur, ada apa Ra?" tanya Beryl lagi, merasa tak puas dengan jawaban yang diberikan Lora.

"Anson pindah sekolah" akhirnya, dari semua hal yang dipikirkannya, Lora hanya mengeluarkannya tiga patah kata.
"Ke mana?" Beryl, yang notabene nya memang tak tahu menahu soal Anson, kembali bertanya dengan polos.

"Aku tak tahu" jawab Lora singkat lalu mengambil pisau buah di sudut piring dan kembali mengupas kulit apel.

"Maksudmu?"

"Sudah dua minggu ini dia tak mengabariku tentang apa pun, nomornya juga tak aktif" Lora memberi sepotong apel ke Beryl yang di sambut dengan tangan terbuka dan senyum tulus gadis itu.

"Kayaknya ada banyak kejadian yang kulewatin deh" ucap Beryl lalu memasukkan setengah potong apel itu ke dalam mulutnya.

"Emang iya"

"Sejauh kemampuan profesor Beryl dalam mengamati, ada bau-bau aneh antara kamu dengan Anson"

"Aku..........."

Lora sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat Beryl menatapnya dengan penuh rasa penasaran. Namun Lora pura-pura tak peduli dan tetap melanjutkan kegiatannya mengupas kulit apel.

"Aku apa Ra?" tanya Beryl gemas melihat Lora yang tak kunjung melanjutkan kalimatnya.

Lora yang telah menyelesaikan pekerjaannya, berjalan ke meja kecil di sudut ruangan, gadis itu membuang kulit apel ke tempat dan kembali duduk di tempatnya. Mulut Lora terbuka, lalu terkatup rapat, hal itu berlangsung beberapa kali membuat Beryl mencubit pinggang Lora.

Lora berdeham sebentar, dan ketika gadis itu hendak membuka suaranya, pintu terbuka lebar, disertai dengan munculnya seorang laki-laki yang masuk tanpa rasa berdosa.

"Kak Devan! Ganggu orang aja ih!" seru Beryl ke arah kakak satu-satunya, Mahadevan yang baru saja masuk.

"Apasih? Orang baru dateng juga! Jangan bar-bar banget, aku bawa cogan nih"

Devan berjalan ke arah Lora, mengucap sapaan yang dibalas seyum oleh Lora, lalu mengambil apel yang tadi dipotong Lora.

"Cogan-cogan! Mana ada cogan! Cogan mah nggak mau temenan sama cowok jelek kayak kakak! Dasar jomblo" berdebat dengan kakaknya seolah menjadi rutinitas bagi Beryl, meski harus diakui bahwa tampang Devan boleh dibilang lumayan.

"Gaya mu! Lora mau kok sama aku, iya kan Ra?" tanya Devan mengedipkan matanya berkali-kali ke arah Lora.

"Lora nggak mau tuh sama kakak" balas Lora membuat senyum kemenangan merekah sempurna di bibir Beryl. Kedua gadis itu ber high five ria dan tertawa ketika melihat muka Devan yang berubah masam.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang