Lain dengan mulut,hati tidak bisa dibohongi.
💦
"Gue maafin lo."
"Bener?"
"Iyah."
Nauvin yang mendengarnya merasa senang, dengan refleks, Nauvin memeluk Nasya membuat gadis itu terkejut dengan apa yang dilakukan Nauvin kepadanya.
Ada apa dengan jantung gue?
Nauvin segera melepaskan pelukannya setelah sadar apa yang dilakukannya.
"Mmm, maaf tadi refleks." Nauvin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk menahan rasa malunya.
"Iya, gapapa."
"Oke, ke kelas yuk." ajak Nauvin.
"Nggak ah, gue masih mau disini."
"Yaudah gue temenin."
"Eh nggak perlu, Vin."
"Udah nggak papa."
Mereka berdua memejamkan mata mereka membiarkan angin menerpa wajah mereka.
Sesekali Nauvin melirik Nasya yang sedang memejamkan matanya.Cantik. Nauvin membatin.
"Kita ke kelas sekarang?" tanya Nauvin saat Nasya membuka matanya.
"Hmmm ... oke deh."
Mereka berjalan melewati koridor, untungnya koridor saat ini sepi karena pelajaran masih berlangsung.
Mereka tiba di kelas yang disambut hangat oleh celotehan celotehan dari teman teman mereka.
"Baikan nih ceritanya?" goda Tania.
"Duhh ... temen kita udah nggak berantem lagi deh," ucap Farah.
"Nah gitu dong bro, akur...." ucap Rino sambil merangkul pundak Nauvin.
"Sama cewe itu yang akur, sapa tau kalian jodoh," kekeh David.
~~~
Bel pulang berbunyi membuat murid murid lainnya berhamburan keluar untuk pulang.
"Yok, Far. kita pulang." ajak David ke Farah.
"Hah? oh oke."
"Gue sama Farah duluan ya." setelah berpamitan, David dan Farah berjalan bergandengan menuju parkiran.
"Tan, lo pulang sama gue ya?" Ajak Rino.
"Hah? eh ... emang nggak apa apa?" Tania gugup menjawab ucapan Rino. Entah kenapa, yang pasti mereka sedang dalam tahap PDKT.
"Gapapa, udah ayo. Nas, Vin gue sama Tania duluan ya? hati-hati lo berdua."
Setelah kepergian Rino dan Tania, hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Nauvin yang tidak suka suasana canggung ini, berusaha memecah keheningan.
"Nas," panggil Nauvin.
"Ya?"
"Lo pulang sama siapa?"
"Nggak tau, angkutan umum paling."
"Lo pulang sama gue ya?"
"Nggak perlu, gue naik angkutan aja, lagian gue nggak mau ngrepotin lo."
"Gue nggak merasa direpotin sama lo. Udah ayo pulang sama gue."
"Gapapa?"
"Gapapa, ayo."
Akhirnya mereka berjalan menuju parkiran motor.
"Naik," ucap Nauvin.
Nasya menaiki motor Nauvin. Nauvin menjalankan mesin motornya untuk mengantar Nasya pulang ke rumah.
Sepanjang jalan tidak ada yang membuka suara. Nauvin yang sudah hafal alamat rumah Nasya pun tidak perlu bertanya lagi tentang alamat rumah gadis itu.
Mereka sudah sampai di depan rumah Nasya, Nasya langsung turun dari motor Nauvin.
"Makasih ya tumpangan nya, maaf ngrepotin," ucap Nasya.
"Sama sama, sama sekali nggak ngrepotin."
"Gue masuk dulu ya, lo pulangnya hati-hati."
"Iyah, gue pamit pulang."
Setelah kepergian Nauvin, Nasya masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamu'alaikum, mahh ... Nasya pulang."
"Wa'alaikumsalam, ganti baju abis itu makan."
"Oke mah."
Nasya berlari menyusuri anak tangga yang membawanya menuju kamar pribadinya. Gadis itu bergegas ke kamar mandi, kemudian setelah itu turun untuk makan. Nasya mengenakan kaos biru muda dengan celana selutut.
"Mah, papah belum pulang?" tanya Nasya pada sang mama.
"Belum, papah lagi pergi keluar kota ngurusin proyeknya, dua minggu lagi pulang."
Nasya ber-oh ria sambil mengangguk-anggukan kepala tanda ia mengerti.
Nasya menikmati makanan dengan hikmat. Setelah selesai makan, Nasya pamit pergi ke kamarnya.
"Mah, Nasya ke kamar dulu ya?"
"Iya sayang."
Sesampainya di kamar, Nasya merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Saat Nasya hendak memejamkan matanya, ada notif masuk ke dalam ponsel miliknya. Nasya membukanya dan melihat Nauvin mengirimkan sebuah pesan.
Nauvin 💩
Nas? woiPaan?
Judes amat sih, baru aja baikan tadi
Iyah iyah, ada apa?
Ga ada apa apa
Yaudah gue tutup
Eh jangan, besok gue jemput
He ga usahlah
Udah ga usah ngeyel
Gue bilang ngga ya ngga
(Read)
"Yeee dasar cowok aneh, maunya apa sih dia, baru aja baikan."
Nasya membanting ponsel nya di atas kasur. Gadis itu segera memejamkan mata kemudian tidur.
TBC!!
NauNa

KAMU SEDANG MEMBACA
NauNa [Completed]
JugendliteraturPertemuan adalah hal yang wajar dalam kehidupan, semua orang mengalami itu. Namun apakah wajar jika pertemuan itu nyatanya hanya memberikan goresan luka? Entah bagaimana bisa mereka dipertemukan. Gadis itu nyatanya seolah bertahan walau nyatanya men...