"Nas, bangun tuh di depan ada temen kamu." Tari menepuk pelan pipi putrinya. Nasya yang merasa diganggu pum menggeliat kecil.
"Siapa mah?"
"Nauvin."
Nasya melotot.
"Demi apa mah?"
"Udah cepet sana mandi, abis itu turun, makan."
Tari menutup pintu kamar putrinya lalu bergegas menuruni tangga untuk menemui Nauvin.
"Kamu udah makan belum?" Tanya Tari lembut.
"Udah, Tante."
"Ya sudah, tante tinggal ke dapur yah."
Nauvin menganggukan kepala, Tari pun beranjak pergi ke dapur.
Terlihat gadis cantik memakai pakaian seragam lengkap menuruni tangga dengan anggun.
"Ayo, Nas cepet makan." Panggil Tari pada anaknya.
"Nauvin mana mah? Nggak sekalian ajak makan juga?"
"Mamah tadi udah nawarin, tapi katanya udah makan."
Nasya ber-oh ria sambil mengangguk-anggukan kepala.
Setelah selesai makan, Nasya pamit untuk pergi ke sekolah bersama dengan Nauvin.
"Mah, Nasya berangkat dulu ya."
"Iya. Hati-hati."
Nasya berjalan menghampiri Nauvin yang saat ini tengah menunggunya di ruang tamu.
"Udah siap?" Tanya Nauvin.
"Udah."
"Berangkat sekarang?"
"Nanti, taun depan." Nasya menggembungkan pipinya, Nauvin yang gemas melihat ekspresi Nasya itu pun mencubit pipi Nasya yang sedikit terlihat gembul itu.
"Sakit, Vin."
"Maaf."
Nauvin mengusap pipi Nasya yang memerah akibat ia cubit dengan jari tangannya.
Nasya terbungkam dengan kelakuan Nauvin yang tiba-tiba, Nasya menatap mata Nauvin dengan intens tanpa berkedip sekalipun, tatapannya meneduhkan. Apalagi Nauvin yang tengah tersenyum seraya mengusap pipi Nasya, mata mereka saling bertemu.
Manis, ish nggak nggak aku nggak boleh seperti itu. Batin Nasya.
Nasya yang menyadari itu langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain, dengan maksud untuk menghindari tatapan Nauvin.
Kenapa jantung gue seperti abis lari maraton ya? batin mereka.
Mereka akhirnya pergi meninggalkan rumah Nasya dan bergegas menuju sekolah mereka.
Sesampainya di parkiran sekolah,Nasya turun dari motor ninja Nauvin. Dan langsung berjalan ke kelasnya meninggalkan Nauvin yang masih berdiri dekat motornya.
"Makasih ya!" teriak Nauvin.
Nasya yang mendengar teriakan Nauvin, menepuk jidatnya sendiri, gimana bisa ia lupa mengucapkan terima kasih pada Nauvin.
Nasya berbalik, kembali menghampiri Nauvin.
"Makasih."
"Sama sama."
Nauvin mengacak rambut Nasya sekejap membuat Nasya cengo, desiran hangat itu menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dengan cepat Nasya langsung membalikkan badan menuju kelasnya dan lagi lagi meninggalkan Nauvin di parkiran.
Nauvin menatap punggung gadis itu seraya terkekeh melihat kelakuan Nasya barusan.~~~
Bel istirahat berbunyi, Nasya dkk berjalan menuju kantin.
Kantin saat ini ramai dipenuhi oleh murid murid yang butuh makanan. Mereka bingung mencari tempat yang kosong untuk diduduki mereka, mata Nasya menangkap sosok Nauvin yang tengah melambaikan tangan kearahnya.
"Eh itu si Nauvin, Rino sama David." ujar Nasya.
"Mana?" tanya Farah dengan mata menyipit.
"Itu tu itu."
"Kesana yok!" sambung Tania,
Farah dan Nasya mengangguk dan mengikuti Tania dari belakang.Farah duduk disamping David, Tania duduk disamping Rino, mau tidak mau Nasya harus duduk di sebelah Nauvin, karena hanya itu bangku satu satunya yang kosong.
"Mau makan apa? biar gue yang pesen," ujar Farah.
"Kayak biasa aja." jawab Tania dan Nasya barengan.
Nauvin dkk? Mereka sudah memesan makanan sebelum Nasya dkk datang.
Tak butuk waktu lama, makanan mereka datang berbarengan. Mereka makan dengan lahap, sesekali Nauvin melirik Nasya. Nauvin yang mengetahui ada sisa makanan di bibirnya segera mengambil tissue yang tersedia di meja kemudian mengelapnya, Nasya menatap mata Nauvin yang memang sedang menatap dirinya.
"Hm hm..." David berdehem.
"Dunia serasa milik berdua haha," ujar Tania sambil tertawa. Rino, David, Farah pun ikut tertawa.
Nasya yang melihat semua teman temannya tertawa langsung mengalihkan pandangannya keluar kantin.
~~~
Nasya berdiri di halte menunggu bus datang. Yah, bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu.
"Ck, ni bus mana sih?!"
Brum brummmm
Motor Ninja warna merah berhenti di depan Nasya, gadis itu yang sudah hafal pemilik dari motor ninja ini pun gugup, pasalnya bila didekat Nauvin, jantung Nasya menjadi tidak beres, bak lari maraton.
"Belum pulang?" Tanya Nauvin.
"Kalo gue masih disini ya berarti belum."
Nauvin terkekeh melihat wajah kesal Nasya.
TBC!!
NauNa
KAMU SEDANG MEMBACA
NauNa [Completed]
Fiksi RemajaPertemuan adalah hal yang wajar dalam kehidupan, semua orang mengalami itu. Namun apakah wajar jika pertemuan itu nyatanya hanya memberikan goresan luka? Entah bagaimana bisa mereka dipertemukan. Gadis itu nyatanya seolah bertahan walau nyatanya men...