"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsa-
"PERGI! DASAR PEREMPUAN PEMBUNUH"
Tes
"Aku bukan pembunuh, bukan." lemah Nasya.
"BALIKIN SUAMI SAYA!" teriak Sari.
"Ada apa mah?" tanya Nauvin seraya menuruni tangga.
"Oh, jadi gara gara pembunuh ini?" sinis Nauvin.
"gue bukan pembunuh," lirih Nasya.
Plakkkk
"PEMBUNUH!" Teriak Nauvin dengan amarah yang memuncak.
Nasya memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Nauvin. Dia tak percaya. Baru kali ini dia menampar dirinya.
"Vin, tante bisa jelasin. Nasya bukan pembunuh Vin," ujar Tari.
"Kita dengerin dulu penjelasan Nasya yah nak," sambung Dani.
"Pergi dari sini! gue gak mau rumah ini kotor gara gara pembunuh kaya lo." usir Nauvin.
"GUE BUKAN PEMBUNUH!" Teriak Nasya kemudian berlari keluar dari rumah mewah tersebut.
"Vin, tante bisa jelasin. Nasya gak salah Vin," lirih Tari.
Ada rasa iba dibenak Nauvin.Namun ia cepat cepat urung rasa itu.
"Sekarang lebih baik, tante sama om pulang. Ajari anak kalian baik baik." pinta Nauvin.
"Oke. Kita pamit pulang dulu."
Setelah kepergian keluarga Dani, Nauvin lansung memeluk mamahnya yang sedari tadi menangis.
"Udah dong mah, jangan nangis lagi nanti papah sedih liat mamah nangis gini," ujar Nauvin berusaha menenangkan mamahnya.
"Gak, mamah ga boleh nangis," ujar Sari mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.
Nauvin tersenyum melihat keadaan mamahnya yang sudah lebih baik dari kemarin.
***
Sesampainya di rumah, Nasya langsung berlari menuju kamarnya dan langsung menguncinya dari dalam melarang siapapun masuk ke kamarnya.
Tok tok tok
"Sayang buka pintunya." panggil Tari dengan kekhawatirannya.
"GUE BUKAN PEMBUNUH!" teriak Nasya.
Prankkkkk
Terdengar benda pecah dari dalam kamar dan itu semakin membuat Tari semakin khawatir.
"Akhhhhhhh! GUE BUKAN PEMBUNUH!"
Prankkk
"Sayang, buka pintunya dong." panik Tari.
"Biar papah dobrak pintunya, mamah minggir dulu." tutur Dani yang langsung dituruti oleh Tari.
Brakkkkkkk
Pintu berhasil terbuka dengan sekali dobrak.
Mereka kaget bukan main melihat putrinya begitu hancur, Nasya sedang duduk di pojok kamar dengan lutut di tekuk.
"Sayangg." panggil Tari yang mulai berkaca kaca. Tak sanggup melihat kondisi anaknya seperti ini.
"Gue bukan pembunuh," lirih Nasya masih dalam posisi sama.
"Ini mamah sayang," ujar Tari langsung memeluk putrinya itu.
Nasya membalas pelukan mamahnya itu. Masalahnya begitu berat sampai ia tak sanggup menanggung beban yang diterimanya.
"Nasya bukan pembunuh mah. Hiks hiks."
"Sttttt, mamah tau itu. Tenangin diri kamu dulu."
"Nasya salah apa mah, kenapa Nasya dianggap sebagai pembunuh hiks."
Baru pertama kali, Tari melihat kondisi anaknya yang begitu hancur seperti sekarang ini. Ia tak sanggup melihat anaknya seperti ini.
"Sekarang kamu mandi, abis itu makan," titah Tari.
"Nasya gak pengen makan mah."
"Kamu harus makan dong sayang," ujar Dani.
"Nasya ga mau makan pah." tolak Nasya.
"Yaudah gapapa. Kamu mandi, terus istirahat aja, jangan lupa sholat dulu sama belajar," tutur Tari yang dibalas anggukan dari Nasya.
"Mamah sama papah ke bawah dulu." pamit Dani.
"Makasih mah, pah."
Mereka tersenyum kemudian melangkah keluar dari kamar Nasya.
***
Nasya turun dari mobil yang dikendarai oleh papahnya. Nasya mulai berjalan memasuki sekolah, namun ada yang aneh, semua tatapan tertuju padanya.
"Apa ada yang salah sama penampilan gue?" tanya Nasya pada dirinya sendiri kemudian meneliti penampilannya.
Setelah dirasa tidak ada yang salah dengan penampilannya, Nasya kembali berjalan ke kelasnya.
"Hai pembunuh?" sapa Yonna dan Amanda di tengah jalan.
"Gue. Bukan. Pembunuh," ujar Nasya penuh penekanan.
"Bukan pembunuh menurut lo? ngaca dong! jelas jelas lo yang membuat om Ridwan kecelakaan sampai meninggal!"
"Temen temen. Gue peringatin ya?! jangan deket deket pembunuh kaya dia!" teriak Yonna dengan menunjuk ke arah Nasya di akhir katanya.
"GUE BUKAN PEMBUNUH!"
Nasya langsung berlari meninggalkan Yonna yang tertawa mengejek.
Gue bakal bikin hidup lo ancur. gumam Yonna dengan senyum sinis.
Bisik bisik mulai terdengar di telinga Nasya, semua orang membicarakan diriny sebagai seorang pembunuh.
"Pembunuh harusnya di DO dari sini"
"Hahaha,dasar pembunuh"
"Ih,kok Nasya gitu ya"
Sekiranya seperti itu yang Nasya dengat dari orang orang yang di lalunya.
TBC!!
NauNa
By. arbung_
KAMU SEDANG MEMBACA
NauNa [Completed]
Teen FictionPertemuan adalah hal yang wajar dalam kehidupan, semua orang mengalami itu. Namun apakah wajar jika pertemuan itu nyatanya hanya memberikan goresan luka? Entah bagaimana bisa mereka dipertemukan. Gadis itu nyatanya seolah bertahan walau nyatanya men...