37.Teror

2.8K 66 0
                                    

Ketika hendak menuju gerbang, dia melihat Nauvin berjalan dengan Yonna. Sepertinya Nauvin sudah mulai menerima Yonna sebagai kekasihnya. Ingin rasanya dia mendekati Nauvin untuk menjelaskan sebenernya yang terjadi namun niatnya itu ia urungkan.

"Dorr!"

Nasya terkejut setelah Tania mengagetkannya dari belakang.

"Kenapa nglamun?" tanya Farah.

"Eh, gak ko. Siapa juga yang ngelamun."

"Ga usah so tegar kalo sebenernya lo itu terpuruk," ujar Tania.

"Gak perlu lo menjadi mentari agar terlihat terang dimata orang. Gak perlu juga lo menjadi bintang agar terlihat indah. Cukup jadi diri lo sendiri dan rasakan apa yang terjadi sekarang. Ambil sisi positifnya aja. Semuanya akan baik baik saja." tutur Farah.

"Gue capek ngadepin sendirian," lirih Nasya.

"Hei. Lo gak sendirian. Masih ada kita yang bakal bantuin lo. Kita janji bakal selalu ada disaat lo butuh!" tegas Tania.

"Semua beban masalah yang sedang lo hadapi, semuanya bakal selesai dengan cepat kalo kita hadapi bersama sama."

Nasya memeluk kedua sahabatnya itu.

"Makasihh."

"Gak perlu bilang makasih elah. Kita kan sahabat, sahabat ya gini. Kalo ada satu yang sedang bersedih atau ada masalah, mereka bakal selalu ada disisi lo. Kalo gak ada berarti ya bukan sahabat namanya," kekeh Tania.

"Bijakkk, Tan." ujar Farah yang di akhiri gelak tawa dari ketiganya.

"Pulang kuy lah."

"Bokap gue udah nungguin di depan noh, gue duluan ya. Kalian hati hati. Makasih ya."

"Iyah tenang aja. Dahhh," ujar Farah dengan melambaikan tangan ke Nasya. Tania pun begitu.

***

20.00 WIB

"Aaaaaaaaaaaaakh!" Jerit Nasya.

Tari dan Dani yang mendengar jeritan langsung bergegas menuju kamar anaknya itu.

"Sayang ada apa?!" panik Tari.

"Itu mah itu. Nasya takut hiks hiks," ujar Nasya seraya menunjuk ke arah jendela.

Dani terkejut kala membuka gorden kamar Nasya. Disana terdapat tulisan Elo Pembunuh!

Tubuh Nasya bergetar hebat, dia sangat ketakutan. Cobaan apalagi yang menimpanya kali ini?

"Nasya takut mah. Nasya takut hiks hiks," ujar Nasya di pelukan mamahnya.

"Udah. Tenangin dulu. Ada mamah sama papah disini."

"Tapi Nasya takut mah."

Air mata terus mengalir deras dari pelupuk mata Nasya. Siapa yang dengan teganya meneror Nasya dimalam malam seperti ini.

"Sekarang kamu tidur." titah Tari.

Tari menyelimuti Nasya kemudian pergi keluar dari kamar Nasya disusul Dani.

Nasya mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya. Takut terjadi apa apa padanya.

Nasya pun terlelap dari tidurnya.

***

Setiap hari ia jalani dengan penuh kepiluan. Gosip mengenai dirinya yang disebut sebagai pembunuh. Ingin rasanya ia menampar semua orang yang menyebutnya pembunuh. Siapa yang berani menyebarkan berita hoax seperti ini? sungguh keterlaluan.

Disamping itu, ia merasa sangat bahagia karena disaat dirinya dalam kondisi seperti ini, sahabatnya selalu ada untuk memberinya support dan membantunya menyelesaikannya. Ia merasa bahwa ia adalah orang yang beruntung.

"Lo kenapa nglamun terus sih Nas? lo lagi mikirin apa? cerita dong sama kita."

"Mmm, Tadi malem ada yang sempat neror gue. Gue ga tau itu siapa. Gue takut."

"WHAT!" kaget Tania.

"Eh lo. Biasa aja kali ga usah teriak gitu ish." rutuk Farah dan Tania langsung menunjukan deretan giginya.

"Lanjut Nas," titah Tania.

"Pas semalem, gue ga sengaja buka gorden. Gue kaget disitu tiba tiba ada tulisan Lo Pembunuh dan gue langsung teriak!"

"Kira kira siapa ya?" pikir Farah.

"Menurut gue sih Yonna," ujar Tania.

"Kata gue sih juga gitu."

"Udah udah ga usah dibahas lagi. Biarin aja." timpal Nasya.

"Strong babeee!"

***

Mereka semua pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan.

Mereka tertawa lepas seolah olah tidak ada masalah yang datang.

Buat apa terus sedih? kita hidup juga ada hak untuk bahagia kan?

"Pulang mampir kuy!" ajak Tania.

"Gue lagi gak mood buat jalan jalan."

"Yah, lo mah gitu Nas." keluh Tania.

"Hehe. Sorry. Lain kali aja deh gue ikut. Kalian aja."

"Gak asik kalo ga ada lo." timpal Tania.

"Lain kali aja kita pergi." saran Farah.

"Oke."

***

Nasya sedang menunggu bus di halte depan sekolah. Ayahnya tidak bisa menjemputnya jadi ia harus naik bus.

Brummm brummm

Suara derum motor berhenti di depannya membuat ia mendongakkan kepalanya.

"Gue anter pulang yok, daripada nunggu bus yang belum pasti datang. Menunggu itu lelah loh apalagi nunggu gebetan sadar akan cinta aku," kekeh Erlan.

"Ada ada aja lo." jawab Nasya ikut terkekeh.

"Yaudah ayo gue anter," ujar Erlan yang mendapat anggukan dari Nasya.

TBC!!
NauNa
By. arbung_

NauNa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang