35.Tiada

2.7K 59 0
                                    

1 bulan kemudian. Di sebuah ruangan di rumah sakit, seorang pria sedang bersandar di sofa rumah sakit, dia sudah lelah dengan semuanya. Ayahnya telah tiada meninggalkan dirinya dan juga mamahnya. Dia terpuruk saat ini.

"Nasya."

Tangan Nauvin terkepal setelah menyebut nama Nasya.

"Arrrrghhhh!" Teriak Nauvin sambil menarik rambutnya frustasi.

"Tante, Tante yang sabar yah Tan," ujar Yonna memeluk Sari guna menenangkannya.

"Ridwan udah tiada, dia tega ninggalin kita," tangis Sari.

Nauvin yang tidak tega dengan keadaan mamahnya itupun langsung keluar ruangan menuju rooftop rumah sakit guna menenangkan pikirannya.

Yonna menatap sinis kepergian Nauvin. Dia merasa senang karena disini dia lah yang menang.

Harusnya lo yang mati, Nas. Bukan bokapnya Nauvin. Tapi tak apa, semuanya bakal sama aja buat gue, lo bakal abis sama Nauvin. Bakal dibenci sama keluarga Nauvin lo. bisik batin Yonna.

Nauvin tidak tahu kalau yang menyebabkan ayahnya kecelakaan sebenarnya bersumber dari Yonna. Yonna yang sengaja menyabotase mobil Nasya agar Nasya pergi secepatnya dari dunia ini. Tapi apa boleh buat, Nasya masih hidup. Ridwan lah yang tiada sekarang.

***

"Lo yang bikin bokap gue pergi Nas. Lo harus tanggung jawab!" Marah Nauvin dengan tangan terkepal.

"Arghhhhhhh!"

Bukkkkkkk

Nauvin menendang apapun yang berada di dekatnya. Nauvin masih tak terima kenyataan bahwa ayahnya meninggalkannya secepat ini.

"Gue bakal buat lo menderita!" tegas Nauvin lalu melangkah pergi meninggalkan rooftop.

Kini Nauvin berjalan melewati lorong lorong rumah sakit menuju ruangan ayahnya.

Ceklek

Disana sudah ada David, Rino, Yonna dan juga mamahnya.

"Vin. Gue turut berduka cita atas meninggalnya bokap lo," ujar David sambil menepuk bahu Nauvi diikuti Rino.

"Lo yang kuat, lo ga boleh lemah di depan tante Sari," ujar Rino.

"Makasih."

***

Jenazah Ridwan telah selesai dimakamkan, kini semua orang pergi meninggalkan makan Ridwan satu persatu.

"Mah, ayo kita pulang." lembut Nauvin yang dibalas anggukan dari Sari.

Nauvin memapah tubuh mamahnya agar sampai ke rumahnya. Bukan Sari saja yang terpukul, Nauvin juga terpukul atas meninggalnya Ridwan. Tapi, disini tugas Nauvin adalah menghibur mamahnya agar tidak bersedih lagi. Dia harus tegar di depan mamahnya.

***

Saat ini murid murid di sekolah sedang ramai berlalu lalang di koridor sekolah.

Nasya, Farah dan juga Tania sedang asik bergurau di kelas. Mereka terdiam ketika melihat David dan Rino memasuki kelas. Ada yang berbeda dari mereka. Apa yang terjadi? dan kenapa tidak ada Nauvin diantara mereka? kemana dia? itulah yang ada dipikiran Nasya saat ini.

"Eh lo. Jangan deketin Farah lagi," ujar David.

"Dan juga, lo gak usah temenan lagi sama Tania," ujar Rino.

"Loh kok gitu?" tanya Farah dan Tania kompak.

"Karna dia itu seorang PEMBUNUH." balas David penuh penekanan.

"Ma-maksudnya?" tanya Nasya terbata.

"Iya. Lo itu pembunuh. Lo udah bikin bokap Nauvin meninggal," jelas David.

Degg

"Om Ridwan me-meninggal?"

"Iya. Dan itu gara gara lo, Pembunuh."

"Ini semua bukan salah Nasya. Dia bukan pembunuh!" tegas Farah.

"Bukan salah dia gimana sih sayang, jelas jelas dia yang nyebabin Om Ridwan kecelakaan."

"Nasya ga salah ko, kalian aja yang salah paham." kali ini Tania yang buka suara.

"Sekali pembunuh ya pembunuh."

"Gue bukan pembunuh, gue nggak bunuh om Ridwan, Gak!! GUE BUKAN PEMBUNUH!" teriak Nasya dengan air mata yang semakin deras .

"Terserah lah. Gue sih nggak peduli sama lo," ujar David kemudian pergi ke bangkunya diikuti Rino.

***

Nasya berlari memasuki rumahnya, Tari dan Dani yang melihat Nasya menaiki tangga dengan menangis pun dibuatnya heran. Jarang sekali anaknya itu pulang dengan keadaan menangis.

Tok tok tok

"Sayang?" panggil mamah Nasya.

"Masuk mah, pintunya gak Nasya kunci," sahut Nasya dari dalam.

Ceklek

Tari kaget melihat kamar anaknya yang biasa rapih sekarang seperti sampah yang berserakan. Lebih tepatnya sih berantakan.

"Nasya, ini kenapa semuanya berantakan gini?"

Nasya tidak menyahut.

"Sayang, kamu kenapa?"

"Nasya bukan pembunuh mah, Nasya bukan pembunuh. Nasya gak bunuh Om Ridwan, Nasya bukan yang nyebabin Om Ridwan meninggal," ujar Nasya diiringi air mata yang kembali membasahi pipinya.

"Sssttt, mamah ngerti. kamu gak boleh gini. Semuanya bakal baik baik aja," jelas Tari memeluk anaknya itu.

"Sekarang kamu siap siap, ikut mamah sama papah ke rumah Nauvin."

"Tapi mah."

"Ada mamah, kita jelasin baik baik sama mereka."

Akhirnya Nasya pun mengangguk setuju.

TBC!!
NauNa
By. arbung_

NauNa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang