Chapter 3

12.9K 538 11
                                    

Tianzhi memperhatikan Jian Yin yang sedang duduk di ruang depan, hari ini Fang Yin memohon kepadanya untuk mengizinkan teman barunya itu tinggal dirumah sampai kakinya sembuh. Tianzhi tidak bisa menolak permohonan Fang Yin.

"Mengapa aku tidak bisa melihat masa depannya, siapa dia sebenarnya??!" ucap tianzhi di dalam hati.

Fang Yin datang dengan membawa xiao miliknya.

"Aku ingin sekali duet dengan kak Jian memainkan xiao!" sela Fang Yin sambil duduk di sebelah Jiang Yin.

"Baiklah"

Jiang Yin mengambil serulingnya lalu mulai meniupnya.

Keduanya saling membalas alunan serulingnya, Jiang Yin meniup serulingnya sambil menatap gadis yang membuat dirinya jatuh cinta.

Malam telah larut namun jiang yin belum memejamkan kedua matanya, perlahan ia duduk lalu menoleh ke sampingnya.

Jiang Yin menatap Fang Yin yang tertidur lelap. Hanfu yang di pakai Fang Yin tersingkap hingga kedua pahanya terlihat.

Jiang Yin beringsut mendekat.

Dada Jiang Yin berdegup kencang melihat kulit mulus milik Fang Yin, perlahan ia menundukkan kepalanya lalu mengecupi paha Fang Yin.

"Aku belum pernah merasakan ini seumur hidupku, rasanya aku ingin merobek hanfumu dan menciumi setiap jengkal kulitmu yang indah ini," ucap Jiang Yin yang semakin bergairah.

"Tubuhmu begitu harum, aku ingin merasakan intimu yang masih rapat ini," ucap Jiang Yin dengan penuh nafsu.

Tiba tiba Fang Yin menggigau dalam tidurnya, ia memanggil manggil ibunya, kedua matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya.

"Apa yang terjadi denganmu, fang?!" tanya Jiang Ying yang sedih melihat orang yang di sukainya terlihat memilukan.

Keesokannya

Setelah menyiapkan makan pagi, Fang Yin keluar untuk memberitahu paman dan Jiang Yin untuk makan bersama.

Di luar tampak Jiang Yin sedang membantu Tianzhi membelah kayu.

"Paman, ayo kita makan!" ajak Fang Yin setelah dekat dengan tempat Tianzhi berdiri.

"Ku rasa kayunya sudah cukup Jiang, mari kita makan!"

Jiang Yin lalu menaruh kapaknya.

"Paman mengapa kau menyuruh kak Jiang membantumu membelah kayu, kak Jian seorang wanita paman?!" tanya Fang Yin berbisik saat keduanya berjalan menuju rumah.

"Ia memaksa ingin membantuku, aku juga tidak ingin dia membantuku tapi dia terus memaksaku"

"Tapi tenaganya seperti kuda!" jawab tianzhi membuat Fang Yin memukul lengan Tiazhi dengan pelan sambil tertawa.

"Ku harap dia juga tidak makan rumput!" lanjut Tianzhi membuat Fang Yin menutup mulutnya sebelum tawanya terdengar oleh Jiang Yin.

Setelah makan Tianzhi mengajari Fang Yin beladiri sedangkan Jiang Yin hanya duduk lantai kayu teras rumah memperhatikan keduanya.

Selama satu minggu tinggal di rumah Tianzhi, Jiang Yin selalu mendapati Fang Yin menggigau setiap malamnya dengan menyebut ibu dan ayahnya, jiang Yin menduga kalau Fang Yin mengalami kejadian tragis dengan kedua orangtuanya.

Satu bulan telah berlalu, Jiang Yin bersyukur Tianzhi tidak mengusirnya pergi meskipun kakinya sudah tidak pincang, dari awal ia memang berpura pura sakit agar di izinkan tinggal. Jian Yin menduga kalau Tianzhi ingin Fang Yin memiliki teman sesama wanita agar tidak kesepian, namun Jiang Yin tidak ingin menjadi teman Fang Yin, ia ingin menjadi kekasihnya.

"Paman aku akan memancing bersama kan Jiang Yin!" kata Fang Yin pagi itu setelah mereka sarapan.

"Baiklah, tapi hati hati!" jawab Tianzhi mengingatkan yang langsung di jawab Fang Yin dengan anggukan.

Setelah mendapatkan beberapa ekor ikan, keduanya duduk duduk di sebuah ranting pohon besar yang baru tumbang.

"Bolehkah aku bertanya Fang Yin?!" tanya Jiang Yin setelah keduanya terdiam.

"Ya kak, silahkan bertanya"

"Apa kau pernah mengalami kejadian yang membuatmu terpukul atau sangat sedih?"

Fang Yin menatap Jiang Yin seakan tidak mengerti dengan pertanyaannya.

"Setiap malam kau menggigau dan menangis sambil menyebut ibu dan ayahmu, aku tidak merasa terganggu namun aku penasaran dengan mimpimu yang selalu membuatmu bersedih itu"

Fang Yin terdiam, kepalanya menunduk sedih.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak bertanya, sekali lagi aku minta maaf!" ucap Jiang Yin menyesal.

"Kak Jiang tidak salah"

"Kejadian itu terjadi saat aku masih berusia lima tahun......" ucap Fang Yin yang kemudian menceritakan tentang peristiwa terbunuhnya ayah dan ibunya.

"Paman Tianzhi lah yang telah menyelamatkanku, aku tidak bisa melupakan kejadian itu hingga saat ini, begitu pula dengan nama pelaku yang membunuh kedua orangtuaku"

Fang Yin lalu menyebutkan nama nama pelaku yang membunuh kedua orangtuanya.

Seekor burung terbang melintas dengan suaranya yang sangat keras menyadarkan Fang Yin bahwa saatnya untuk pulang.

Jiang Yin menatap punggung Fang Yin yang berjalan lebih dahulu.

"Aku akan membantumu membalaskan dendammu, nyawa di bayar dengan nyawa!" ucap Jiang Yin yang begitu marah mendengar kisah tragis yang telah di alami oleh Fang Yin.

Fang YinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang