Chapter 45

1.2K 87 5
                                    

Kaisar zhao menatap permaisuri fang yin yang sedang menemani pangeran Qiang yang sedang membuat layang layang.

Saat pelayan nya akan memberitahukan kedatangannya, kaisar Zhao melarang dengan mengangkat tangannya, ia ingin melihat dari kejauhan permaisuri fang yin dan pangeran Qiang, sudah sejak tiga bulan yang lalu, ia mendengar bahwa pangeran Qiang dan permaisuri fang yin begitu dekat, bahkan permaisuri nya itu berani mengganti pelatih memanah pangeran Qiang, yaitu Lee sahabat fang yin. Dan fang yin membuktikan keputusan nya dalam mengganti pelatih dengan mengikutkan pangeran qiang lomba memanah yang di adakan oleh kerajaan setiap 6 bulan sekali, dan pangeran Qiang mendapatkan juara kedua.

"Sebaiknya aku duduk saja, kamu saja yang menerbangkan layang layangnya!" Kata fang yin sambil mengelus perutnya yang sudah delapan bulan.

"Baiklah yang mulia, saya akan menerbangkan nya untuk yang mulia!"

Fang yin tersenyum saat pangeran Qiang mulai berlari dan menerbangkan layang layangnya yang memiliki ekor yang panjang.

"Aku bisa!  Aku bisa!!" Teriak pangeran Qiang dengan bangga melihat layang layangnya terbang tinggi, fang yin tertawa dan bertepuk tangan menyemangati pangeran qiang.

Kaisar zhao terdiam melihat pemandangan indah itu, banyak menterinya yang memprotes kedekatan mereka, terutama menteri yang dulu di pihak permaisuri Lin Yao. Mereka masih berharap pangeran Qiang akan menjadi kaisar selanjutnya meneruskan perjuangan permaisuri Lin Yao. Para menteri beranggap jika pangeran Qiang mempunyai hubungan baik dengan permaisuri fang yin, rencana mereka menjadikan pangeran qiang sebagai putra mahkota kemungkinan besar tidak akan berhasil karena mereka berpikiran bahwa fang yin telah mempengaruhi pangeran Qiang. Akhirnya kaisar zhao memutuskan untuk meneruskan perjalanannya menuju istananya, bersamaan dengan itu fang yin menoleh dan memperhatikan kaisar zhao yang melangkah pergi di iringi para pelayan dan dayangnya. Fang yin tersenyum melihat betapa gagah suaminya menggenakan jubah kekaisaran.

"Mengapa yang mulia tersenyum? Apa karena melihat kaisar Zhao?!" Tanya pangeran Qiang yang tiba tiba berada di sisi fang yin.

Fang yin menoleh lalu mengusap pipi pangeran Qiang.

"Jika kamu mencintai seseorang, meskipun melihatnya sekilas, kau akan senang melihatnya," ucap fang yin dengan tersenyum.

Pangeran Qiang terdiam.

"Kalau begitu aku mencintai yang mulia?"

Fang yin tersenyum.

"Apa kau senang saat bersamaku?!" Tanya fang yin.

Pangeran Qiang menjawab dengan anggukan dan wajahnya bersemu merah, fang yin tersenyum menyadari pangeran Qiang sudah beranjak dewasa di usia nya sepuluh tahun.

"Apa yang mulia akan marah jika aku bertanya lancang kepada yang mulia, karena sesuatu yang ku dengar ini sangat menggangguku?" Tanya pangeran Qiang kemudian.

"Tanya saja pangeran Qiang"

Pangeran Qiang menatap fang yin selama beberapa saat sebelum mengajukan pertanyaan nya.

"Aku tidak begitu mengingat wajah ibuku, namun selama ini aku sangat menyayangi nya meskipun aku tidak begitu mengenali nya"

Fang yin memilih diam dan mendengarkan perkataan pangeran qiang meskipun ia tahu apa yang akan di tanyakannya.

"Ku dengar ibuku meninggal dengan tidak terhotmat karena telah melakukan pemberontakan"

"Sebenarnya aku hanya ingin tahu, bagaimana ibuku meninggal dunia? Apa yang mulia tahu?"

Fang yin tersenyum di dalam hati, ia tahu pangeran Qiang pasti telah mendengar kalau dirinya yang telah membunuh ibunya hanya untuk mendapatkan posisi sebagai permaisuri, cap sebagai pembunuh, penyihir dan perwujudan siluman rubah ekor sembilan adalah rumor yang sering ia dengar selama menjadi permaisuri. Hanya kaisar zhao dan dirinya yang mengetahui penyebab meninggalnya putri Meilin.

"Aku tidak membunuhnya namun yang ku tahu, dia adalah ibu yang sangat mencintai putranya," Jawab fang yin dengan jujur meskipun ia tidak menceritakan semua kronologinya.

"Aku mempercayaimu, yang mulia"

Fang yin menatap pangeran Qiang.

"Karena anda wanita yang baik, anda tidak akan tega membunuh orang lain, aku tahu mereka semua berbohong kepadaku!" Kata pangeran Qiang yang tampak kesal.

Fang yin mengangkat tangannya lalu membelai kepala pangeran Qiang, membuat pangeran Qiang mendongak dan tersenyum.

Beberapa jam kemudian.

"Kakek!!" Seru pangeran Qiang terkejut melihat kedatangan kakek nya yang bernama Yaoshan Liu yang tiba tiba.

"Apa kakek menungguku terlalu lama?" Tanya pangeran Qiang dengan kuatir karena kakek nya yang berusia sudah cukup tua.

"Duduk lah dulu pangeran, aku ingin berbicara dengan pangeran!"

Pangeran Qiang kemudian duduk, ia merasakan kakek nya akan berbicara serius dengannya.

"Saya dengar hubungan pangeran dengan permaisuri semakin erat, saya harap ini hanya rumor saja!" Kata Yao sambil menatap pangeran Qiang.

"Saya memang mempunyai hubungan dekat dengan permaisuri, bahkan yang mulia menganggap saya sebagai adiknya," Jawab pangeran Qiang dengan jujur.

"Apa yang mulia lupa kalau permaisuri telah membunuh ibumu, seharusnya yang mulia mencoba membalas dendam atas meninggalnya mendiang putri Meilin!"

"Permaisuri fang yin adalah orang baik, saya tidak percaya, permaisuri telah membunuh ibuku," bantah pangeran Qiang yang selalu patuh kepada kakeknya Yao karena kakeknya lah yang selama ini merawat dan membimbingnya meskipun yao bukan ayah ibunya. Setelah diberhentikan menjadi menteri, kakeknya sakit keras dan akhirnya meninggal dunia, hingga kerabat dekatnya tinggal adik kakeknya yang bernama Yaoshan, dan dari kecil ia memanggil nya dengan sebutan kakek.

"Yang mulia.....!"

"Kakek, saya mohon jangan desak lagi
mengenai rencana balas dendam ke permaisuri fang yin, saya tidak ingin melakukannya, maafkan saya Kek, hari ini saya perlu beristirahat !"

Pangeran Qiang kemudian berdiri dan melangkah pergi.

Tiba tiba Yaoshan berdiri lalu bersimpuh dan bersujud di lantai, dengan suara gemetar, Yaoshan berkata," Pangeran Qiang!! Saya mohon kabulkanlah permintaan orangtua ini untuk yang terakhir kalinya, saya tidak akan memaksa pangeran membunuh permaisuri fang yin, namun saya hanya ingin satu keinginan!"

Pangeran Qiang berbalik dan matanya berkaca kaca melihat kakeknya bersimpuh memohon kepadanya.

"Katakanlah kakek keinginan mu,"ucap pangeran Qiang setelah menghela nafas panjang.

Terimakasih vote dan followers

Doa kan ya semoga aku lancar menulis cerita ini, banyak ide yang ada di pikiranku, tapi saat menulis tidak ada kata kata tepat yang dapat ku tulis, sebenarnya aku maunya up setiap bulan, tapi ya begitulah, saat akan menulis hilang ide ideku.

Maaf jika menunggu lama up nya☺

Fang YinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang