Chapter 12

6.8K 302 9
                                    

Siang itu Fang Yin sedang memetik bunga untuk menghias istana kaisar, fang yin langsung berbalik saat merasakan seseorang mendekatinya.

"Yang mulia!" seru fang yin yang segera bersimpuh memberi hormat, tidak menyangka bertemu kaisar di taman bunga.

"Berdirilah fang yin, aku kesini ingin menikmati pemandangan indah di sini," kata kaisar seraya memandangi fang yin bukan melihat ke bunga bunga di sekitar fang yin.

"Maukah kau menemaniku berjalan jalan sebentar di sekitar sini?!" tanya kaisar.

"Baiklah yang mulia."

"Mengapa fang yin menggunakan nama lain saat memasuki istana, apa dia ingin menutupi identitasnya dari seseorang, tapi pada siapa?? Aku akan mencari tahu, tapi firasatku bukan aku yang yang menjadi tujuannya, melihat dari sinar matanya, dia selalu berkata jujur denganku," ucap Li shing di dalam hati.

"Selain menari, bakat apa yang kau bisa?!"

"Saya bisa memainkan ruan dan xiao, yang mulia"

Li shing terkagum dengan bakat yang di miliki oleh gadis yang berjalan di sampingnya.

"Apakah sekarang kau membawa serulingmu, aku ingin mendengarkannya," pinta li shing dengan lembut.

"Ya yang mulia," jawab fang yin yang kemudian mengeluarkan serulingnya yang ia selipkan ke pinggangnya.

Fang yin mulai memainkan serulingnya dengan menghayati tiap nadanya.

Tanpa di sadari fang yin, li shing memerintahkan dayang dayang dan pengawalnya untuk pergi meninggalkan mereka dengan isyarat tangannya.

Begitu fang yin selesai memainkan serulingnya, Li Shing bertepuk tangan sambil tersenyum lebar membuat fang yin tersenyum dengan wajah merona.

"Permainan serulingmu begitu indah, hari ini aku begitu bahagia, berkat kau dan putraku zhao!" kata Li Shing sambil memetik setangkai bunga.

Begitu kaisar menyebut nama pangeran zhao, dada fang yin berdebar, apakah kaisar sudah mengetahui hubungannya dengan pangeran zhao pikir fang yin yang cemas hingga tidak menyadari kaisar mendekatinya.

Perlahan kaisar menyelipkan tangkai bunga yang di genggamnya ke sela sela telinga atas fang yin.

"Kau sangat cantik, ini hadiahku kepadamu karena telah membuatku senang hari ini"

Kaisar melangkah mundur karena mengetahui fang yin sangat canggung berada di dekatnya.

"Semalam putraku zhao telah meresmikan pernikahannya, aku yakin sebentar lagi putri meilin akan mengandung," kata Li Shing seperti sebuah panah yang langsung menancap ke dada Fang Yin.

Tubuh fang yin bergetar hingga ia terhuyung ke belakang.

"Apa kau baik baik saja?!" tanya Li Shing sambil mendekat.

"Bolehkah saya kembali bekerja, saya harus mengganti bunga yang sudah layu," kata fang yin seperti berbisik karena terlalu pelan.

"Baik, pergilah, lain kali aku ingin mengajakmu jalan jalan lagi"

Setelah memberi hormat ke kaisar, fang yin melangkah pergi dengan wajah memucat, laki laki yang di cintainya telah melanggar janjinya.

Li shing menatap kepergian fang yin dengan diam.

"Aku harus membuatmu berpisah dengan putraku, karena kau adalah wanitaku," ucap Li Shing di benaknya.

- ooOoo -

Zhao tampak gelisah saat mengetahui fang yin tidak datang menemuinya, hanya catatan kecil  diberikan oleh pengawal yang berisi mengenai fang yin yang tidak bisa datang.

"Mengapa hatiku tidak enak, aku harus mendatangi tempatnya!"

Zhao langsung berdiri dan berlari menuju tempat tinggal fang yin tanpa pengawalan.

Fang yin terkejut saat mendengar lemparan batu di jendelanya, ia bangun dan melihat pangeran zhao di luar.

Zhao memberikan isyarat kalau dirinya ingin bertemu.

Fang yin segera menutup jendelanya kembali, matanya mungkin telah bengkak akibat dirinya yang menangis dari tadi, pamannya tianzhi hanya memperburuk suasana hatinya dengan menegurnya kalau pangeran zhao bukan untuk dirinya.

Akhirnya fang yin memutuskan untuk keluar menemui pangeran zhao.

"Apa kau baru saja menangis?" tanya zhao terkejut saat jarak keduanya cukup dekat.

Fang yin menggeleng pelan.

Zhao menyentuh dagu fang yin lalu mendongakkannya.

"Mengapa kau menangis hou er(permaisuriku tersayang)?"

Fang yin melepaskan tangan zhao lalu berjalan menjauh.

"Apa benar yang mulia telah menyentuh putri meilin?" tanya fang yin lirih membuat zhao tersentak, ia segera mendekat lalu memeluk fang yin dari belakang.

"Maafkan aku hou er, waktu itu aku begitu mabuk, aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku sudah berjanji pada diriku kalau aku tidak akan mendekati kediaman permaisuri," kata zhao mengucapkan janjinya.

Fang yin menggeleng pelan, airmatanya mengalir membasahi pipinya karena ia tidak berdaya menghadapi gejolak rasa cemburu di hatinya.

Zhao melepaskan pelukannya lalu membalik tubuh fang yin hingga keduanya berhadapan.

"Ku mohon jangan menangis, aku minta maaf atas kesalahanku, ku mohon....." pinta zhao dengan sedih.

"Apa yang harus ku lakukan yang mulia, aku hanya seorang pelayan yang rendah, aku tidak sebanding denganmu sedangkan putri meilin telah memilikimu, apa aku harus menyerah??!" ucap fang yin dengan lirih.

"Tidak, jangan menyerah denganku hou er, hanya kau saja yang memiliki hati dan ragaku"

Fang yin terdiam membuat pangeran zhao gundah.

"Ayo kita pergi dari kerajaan, kita akan hidup di luar istana, hanya berdua!" kata zhao dengan penuh harap.

"Yang mulia akan di hukum berat, saya tidak...."

Zhao mencium bibir fang yin dengan melumatnya, fang yin terasa kedua kakinya menjadi lemah merasakan desiran gairah menyerbu tubuhnya.

Perlahan pangeran zhao melepaskan ciumannya.

"Malam ini juga kita akan pergi dari istana!" ucap pangeran zhao memutuskan.

Fang YinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang