Sik

6.9K 270 2
                                    

Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca❤️

Ig:ynwlx19
.

.

.

Happy reading❤️

•••

"Gue gak nerima penolakan. Ditolak itu gak enak,"

•••

Alodia mulai bergerak dengan gusar, tapi matanya masih betah menutup.

"Jevin..." Gumam Alodia.

Jevin? Siapa Jevin? pikir Alfa, menerka-nerka.

Kedua mata yang tadinya tertutup rapat, kini telah terbuka dengan sempurna.

"Lo gak apa-apa?" tanya Alfa.

Alodia membalasnya dengan sekali anggukan. Tangan Alfa terulur ke atas nakas dan mengambil semangkuk bubur ayam yang mulai mendingin. Tadi saat Alodia belum siuman, Alfa beranjak ke kantin untuk membelikan makanan untuk Alodia. Mengingat Anida bilang kalau Alodia baru makan sedikit tadi pagi.

"Buka mulut lo," perintah Alfa. "Aaaaaakkk," Sendok yang disodorkan ke depan mulut Alodia masih mengambang di udara.

"Buru makan, tadi pagi lo baru sarapan sedikit kan." Ujar Alfa. "Cepetan elah, pegel ni tangan gue." Kepala sendok yang dipegang Alfa akhirnya masuk ke dalam mulut Alodia. Cewek itu mengunyahnya dengan sangat lambat. Seperti tidak ada gairah hidup.

"Ntar pulang bareng gue," ucap Alfa.

Baru saja Alodia ingin protes Alfa langsung menjejalinya dengan bubur ayam tersebut, kebetulan sekali posisi mulut Alodia sedang terbuka lebar, yang tadinya bermaksud ingin  protes dengan Alfa. Akibatnya pipi Alodia menggembung. Mulutnya dipenuhi bubur ayam yang disuap Alfa.

"Gue gak nerima penolakan. Ditolak itu gak enak," ujar Alfa yang terdengar seperti curahan hati.

Melihat pipi Alodia yang menggembung seperti bola, Alfa terkekeh sambil mengacak rambut Alodia dengan gemas.

Bubur yang tadinya penuh di mangkuk, kini telah berpindah ke dalam perut Alodia. Dari tadi Alodia menolak untuk menghabisinya, katanya perutnya kenyang. Alfa yang tidak terima penolakan tersebut terus menyumpali mulut Alodia dengan bubur yang dia beli tadi.

Alhasil kini perut Alodia sudah mirip persis dengan badut-badut yang biasa berada di Taman Ancol.

Tettt... tett....

Bel pertanda masuk kelas berbunyi, tapi Alfa masih setia duduk di sofa yang tersedia di UKS ini.

"Lo nggak masuk? Udah bel tuh! Apa kuping lo budek?" kata Alodia, sarkas.

"Udah ditolong juga masih aja galak," gerutu Alfa.

"Oh, jadi ceritanya gak ikhlas?" Alodia menatap tajam ke arah Alfa.

"Bukan gitu. Gue disini cuma mau nemenin lo, takut ntar lo butuh sesuatu. Juganya gue gak mau balik ke kelas kalo gak ada lo," Alfa dengan santai berujar seperti itu.

Sedangkan Alodia, entah kenapa dia merasa pacuan jantungnya menjadi dua kali lebih cepat dari semula.

"Balik ke kelas sana!" perintah Alodia.

"Kenapa emangnya?" tanya Alfa.

"Mau muntah," jawab Alodia.

"Lo mau muntah? Ayo gue anter ke wastafel!" ucap Alfa, panik.

Alodia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang