Forty Seven

3.5K 143 40
                                    

Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca❤️

Ig:yuni_wulandari1964
.

.

.

Happy reading❤️

•••

Saat ini Alfa, Kevin dan Adit sedang berada di dalam mobil. Tadinya, Fio memaksakan untuk ikut, namun takut hal yang tidak menyenangkan terjadi pada gadis itu, jadi dengan paksaan yang keras akhirnya gadis itu mau pulang ke rumah dengan perasaan khawatir yang memuncak.

Saat ini perasaan ketiganya campur aduk. Senang, karena Alodia sudah ditemukan. Ya, baru saja orang suruhan Alfa menelpon dan memberi tahu jika mereka sudah menemukan lokasi tempat penyekapan Alodia. Takut, takut jika sewaktu-waktu si penculik melakukan hal yang tidak-tidak kepada Alodia. Dan merasa khawatir, akan keadaan Alodia saat ini.

"Lo nyetirnya cepetan dong, Fa!" sentak Adit, tak sabaran.

"Sabar napa, Bang. Lo gak lihat, jalan macet kayak gini." Sahut Kevin dari jok belakang.

"Sabar? Gimana gue bisa sabar, kalau kondisi Adik gue dalam bahaya, bangsat!"

Kena semprot dah gue, batin Kevin.

Kevin hanya bisa mengelus dada, "Istighfar Bang! Inget lo masih punya Tuhan. Minta sama Dia,"

Adit mengacak rambut frustasi.

"Lo udah telepon polisi, Kev?" Kevin mengangguk.

"Udeh dung,"

"Abis ini ke arah mana?" tanya Alfa.

Kevin menatap layar ponsel yang terpampang arah jalan menuju tempat penyekapan Alodia. Tadi, orang suruhan Alfa sudah mengirimkan alamatnya. "Ke arah kanan, masuk jalan sepi itu tuh,"

Alfa mengikuti perintah Kevin. Lelaki itu memutar stir ke arah kanan dan mobil yang mereka tumpangi mulai memasuki kawasan sepi.

"Berhenti dulu!" ujar Kevin.

Dan dengan penurutnya, Alfa mengikuti perintah Kevin.

"Lo mau ngapain?" Alfa menoleh, saat mobil telah terhenti.

Tiba-tiba Kevin mengeluarkan dua buah pistol dari dalam saku dan menodongkannya ke arah Alfa dan Adit.

"Sebenarnya yang nyulik Alodia itu gue," ucapnya santai. Sontak kedua bola mata Adit dan Alfa membulat sempurna.

•••

"Lo...." Gadis di hadapan Alodia tersenyum manis, namun malah terlihat busuk di mata Alodia.

"Iya gue, Riadley Carrola Becrux." Seketika pupil mata Alodia membesar. Becrux, sepertinya nama itu tak asing di telinganya.

"Becrux." Gumam Alodia.

"Yes, Becrux."

"Jadi, lo yang nyulik gue? Apa salah gue sama lo Dley?" lirih Alodia. Sakit rasanya, jika ternyata sahabatmu adalah musuh besarmu, yang diam-diam menusuk dari belakang dan bermuka dua. Selama ini mereka selalu bersama, walaupun baru kenal beberapa bulan belakangan ini. Canda dan tawa terlewatkan dengan bersama. Curahan hati mengalir dan tersimpan dalam hati, berusaha menyembunyikannya agar tak ada yang tahu isinya. Lalu, apa maksud Riadley bertingkah seperti ini?

"Oh... lo mau tahu apa salah lo sama gue?" Alodia mengangguk.

Riadley mendekat ke arah Alodia dan berteriak tepat di depan wajah Alodia.

Alodia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang