Tuelev

5K 189 9
                                    

Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca❤️

Ig:ynwlx19

.


.

.

Happy reading❤️

•••

"Muka udah kayak badut Ancol aja bangga. Situ mau pamer badan sampe pake baju yang kekurangan bahan. Atau gak punya uang buat beli seragam baru? Bilang aja sama gue, ntar gue beliin yang baru,"


•••


Seorang lelaki kecil sedang mengejar gadis yang umurnya kurang satu tahun dari umurnya saat ini. Dia berusaha menambah kecepatan larinya, dan hap. Dia berhasil menangkap gadis itu.

Dia mengatur napasnya yang tersengal-sengal, begitu juga yang dilakukan gadis di sampingnya.

"Odi kalo lari tungguin Jev, dong. Jev 'kan susah ngejar Odi," kata lelaki kecil bernama Jev tersebut.

"Maafin Odi ya, Jev," Odi menggenggam tangan Jev dan mengajaknya untuk duduk di rerumputan depan danau.

"Oke deh kali ini, Jev maafin," ujar Jev.

"Jev baik deh sama Odi," tangan gadis kecil itu memeluk erat Jev yang duduk di sampingnya, walupun agak kesusahan mengingat tubuhnya yang lebih mungil daripada lelaki itu. Odi memeluk seolah-olah dia tidak ingin melepaskan lelaki di sampingnya. "Odi sayang Jev," ucap Odi. "Jev jangan tinggalin Odi ya, janji." Gadis itu menyodorkan jari kelingking mungilnya ke arah lelaki yang sekarang berhadapan dengannya.

Jev mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking mungil milik Odi, "Jev janji. Jev juga sayang sama Odi,"

"JEV!" Alodia terbangun dari alam mimpinya. Keringat bercucuran di dahi, walaupun dia sudah menghidupkan pendingin ruangan. Tetapi tetap saja keringat membanjiri tubuhnya.

Mimpi itu, mimpi yang dulu sering singgah di pikirannya, kini kembali. Alodia rindu dengan lelaki itu, yang pernah mewarnai harinya, yang selalu ada di sampingnya, yang selalu memberi perhatian penuh, yang selalu melindunginya.

Intinya lelaki itu segalanya bagi Alodia.

Dia menyeka keringat di dahinya dan melirik ke arah jam yang tersedia di atas nakas.

Pukul 02.00

Dia kembali berbaring di atas ranjang dan berusaha untuk tertidur kembali.

Tapi usahanya gagal, tetap saja masih terbayang-bayang di benaknya bagaikan kaset yang rusak, tentang kejadian itu. Kejadian paling pahit bagi dirinya. Kejadian yang telah... ah, sudahlah. Dia tidak sanggup untuk melanjutkan kalimat tersebut.

Alodia mengambil bantal yang tersedia di samping dan dia gunakan bantal itu untuk menutupi kedua telinganya. Lama-kelamaan dia terlelap kembali ke alam mimpinya. Syukur kali ini mimpi itu tidak menghampirinya untuk yang kedua kali.

•••


"Helo epribadih, anak emak yang ganteng sudah rapih dan siap pergi ke singgah sananya." Ucap Kevin saat tiba di ruang makan.

Alodia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang