Twenti Nain

2.9K 126 12
                                    

Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca❤️

Ig:yuni_wulandari1964
.

.

.

Happy reading❤️

•••

"Rambut lo bagus deh! Tapi, kayaknya lebih bagus lagi kalau jadi pendek se-telinga," Syifa memainkan gunting itu dengan memotongnya berulang kali di udara, menimbulkan suara yang membuat Alodia semakin bergerak gelisah.

"Pegangin yang kuat Sar, Na!"

Syifa mendekat ke arah Alodia sambil terus memainkan gunting di udara.

Alodia menggeleng dengan gelisah, dia menghempaskan kedua tangannya yang masing-masing dipegang Sarah dan Rena. Ia berhasil kabur. Namun, hal itu tak berlangsung lama, kala Syifa menarik rambutnya dengan keras.

"Tolong!" Ucap Alodia sedikit berteriak.

"Heh, mau lo teriak sampe suara lo abis pun gak ada yang denger! Bel masuk udah bunyi dari tadi, dan dengan pinternya gue ngasih tau di pintu depan kalau toilet ini rusak, jadi pasti orang-orang pada ke toilet dekat perpustakaan!" Syifa menyunggingkan senyum. 

"Sar, Na cepet pegangin nih jalang!" Buru-buru Sarah dan Rena kembali mencengkram kedua tangan Alodia. "Nih pegang, buat dia ngaca gimana hasil karya seni gue di rambutnya!" Syifa memberikan cermin yang ia pegang di tangan kirinya kepada Rena.

Alodia memberontak dan tak sengaja menjatuhkan kaca yang dipegang Rena.

Pranggg...

Cewek itu berhasil melepaskan cengkraman di kedua tangannya, saat Sarah dan Rena menutup kedua mulutnya masing-masing, merasa terkejut.

Namun, bukannya menyelamatkan diri, Alodia malah memejamkan mata erat-erat sambil kedua tangannya menutup sepasang telinga. Seolah mendengar pecahan kaca itu adalah suara yang menulikan telinga. Desahan pelan keluar dari mulutnya.

"Heh, itu cepet pegangin si jalang lagi!" Perintah Syifa.

Saat Sarah dan Rena hendak memegang kembali pergelangan tangan Alodia, kedua mata itu terbuka sempurna, setelah sebelumnya terpejam dengan sangat erat. Tetapi, ada yang ganjil dari pancaran di kedua iris kecoklatan itu. Seperti sebuah kepedihan yang tertahan.

"What do you want, bitch?" Nada bicaranya terdengar santai, berbeda dengan sebelumnya.

"Heh, Alodia, lo nantangin gue ya?" Syifa tersulut emosi. Dadanya naik turun menandakan seberapa emosi dirinya, kilatan api terpancar di kedua bola mata, tapi itu semua tak membuat Alodia takut. Cewek itu malah mendengus geli, sambil tersenyum mengejek.

"Alodia? Sorry, nama gue Anelka. Bukan Alodia!" Syifa, Sarah dan Rena saling tukar pandang. Dahi mereka mengkerut berlipat-lipat menandakan bingung melanda diri masing-masing.

Tadi Alodia bilang dirinya Anelka? Apa itu hanya siasat yang ia gunakan supaya Syifa melepaskan dirinya?

"Gila nih jalang!" Syifa tertawa sambil berkacak pinggang, begitu juga yang dilakukan Sarah dan Rena. Gunting yang ia pegang terjatuh ke atas lantai toilet.

"Gila? Hey, ngaca dong! Gak punya kaca di rumah? Mau gue beliin? Oh, gini aja deh. Sini lo!" Alodia menarik rambut Syifa dan menyeret cewek itu ke depan kaca wastafel.

"Ngaca sana! Puas-puasin kalo bisa, kasian ntar di rumah gak bisa ngaca lagi! Mumpung masih gratis!" Alodia menoyor kepala Syifa.

"Sarah, Rena, cepat pegangin si jalang ini!" Sarah dan Rena menuruti perintah Syifa. Mereka berdua berjalan ke arah Alodia.

Tapi, pergerakannya terhenti saat Alodia berucap, "oh! Mulai berani ya si jongosnya...eum, siapa nama lo?" Alodia menunjuk Syifa dengan jari telunjuknya. "Siapa nama dia?" Alodia bertanya kepada Sarah dan Rena.

"JAWAB! SIAPA NAMA DIA?!" Sarah dan Rena terkejut mendengar suara Alodia yang naik beberapa oktaf dari sebelumnya.

"Sss—syifa," jawab Rena dengan takut.

"Oh, Syifa. Hai Syifa! Gue punya julukan yang bagus deh buat lo. Gimana kalau Si Jalang yang suka berkeliaran malam-malam!" Alodia tertawa bagaikan iblis.

Langkah Sarah dan Rena yang hendak mendekat terhenti, saat Alodia mengancam keduanya.

"Diem lo disitu, kalau gak abis lo sama gue hari ini!" Nada bicaranya terdengar tak main-main, membuat baik Sarah maupun Rena kicep seketika.

"Bagus, gadis pinter!"

"Tolong ambil gunting itu!" Alodia menunjuk gunting yang tergelak di lantai, dia menyuruh Sarah mengambilnya lewat isyarat mata.

"CEPET AMBIL!" Sarah buru-buru berjalan ke arah sudut toilet, tempat tadi mereka hampir memotong rambut Alodia.

"Iii—iini," Sarah menyodorkan gunting yang telah ia ambil ke arah Alodia. Tangannya bergetar hebat, dan saat Alodia mengambil gunting itu tak sengaja dia menyentuh telapak tangan Sarah yang dingin.

"Santai aja! Gak usah takut!" Alodia tersenyum miring. "Oke, balik lagi lo kesana!" Sarah menuruti perintah Alodia, cewek itu berjalan ke arah Rena yang menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Well, Syifa. Lo mau model yang kayak gimana ni?" Alodia memainkan rambut Syifa.

"Lepasin!"

"Mau model pendek? Oh, boleh kok. Tenang aja mumpung gue lagi baik, sini gue potongin. Jarang-jarang loh, gue mau motongin rambut orang, terlebih rambut seorang jalang!" Alodia memainkan gunting yang ia pegang di udara.

"Jangan! Jangan! Please!" Mohon Syifa saat Alodia menggesekkan gunting itu di rambut, bagaikan seseorang yang mengasah pisau di atas batu.

"Aduh, sabar dong sayang. Bentar lagi juga gue potong! Ngebet banget pengen dipotong sama gue!" Alodia tersenyum devil.

Dan gunting itu berhasil memotong ujung rambut Syifa.

"Jangan!" Syifa menahan cairan bening di pelupuk matanya.

"Sabar ya sayang!" Alodia terus menggunting rambut Syifa, dari yang panjangnya hampir mencapai pinggang, kini telah terpotong sampai punggung belakang Syifa.

Air mata Syifa keluar dari tempat persembunyiannya, dia menggeleng dengan keras. "Jangan! Please, Alodia gue mohon jangan!"

"Hey, jangan gerak-gerak dong, nanti gak bagus hasilnya. Oh iya, tadi lo bilang apa? Alodia? Nama gue itu Anelka," kata Alodia. "A-N-E-L-K-A paham gak?" Ucap Alodia penuh penekanan.

Alodia terus menggunting rambut Syifa, tak memperdulikan Syifa yang sedari tadi menangis sambil memohon-mohon kepadanya.

"Finally!" Alodia berseru girang. "Coba lihat dulu rambut lo sekarang! Bagus kan?" Alodia menarik dagu Syifa untuk menatap pantulan cewek itu di cermin wastafel.

Terlihat rambut Syifa yang semula panjangnya hampir menyentuh pinggang, kini hanya tersisa sebatas bawah telinga.

"Oke! Tugas gue udah selesai! Gue pamit dulu ya—Syifa! Bye!" Alodia melemparkan gunting itu ke sembarang arah dan berjalan menuju pintu toilet. Namun langkahnya terhenti sejenak, ia berbalik dan menatap Sarah dan Rena.

"Buat lo berdua, jongosnya Syifa. Jangan mau deh, jadi jongos! Apa enaknya?" Setelah mengucapkan kata itu, Alodia kembali meneruskan langkahnya untuk segera kembali ke kelas dan meninggalkan Syifa yang masih terisak memandang rambutnya lewat pantulan cermin.

"Awas aja lo! Gue pastiin hidup lo, gak bakal tenang!" Syifa menghapus air matanya dan meninggalkan sedikit jejak-jejak cairan bening di kedua pipinya.






Bersambung...










Don't forget to vote and comment

Alodia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang