Forty Nain

5.1K 169 33
                                    

Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca ❤️

Ig:yuni_wulandari1964
.

.

.

Happy reading❤️

•••

"Al—al... fa," lirih Alodia.

"Iya, Al. Aku disini. Tahan ya, kita bakal kerumah sakit kok." Tak sadar cairan bening menetes dan jatuh tepat pada kening Alodia.

"Hey, dd—don't cry.... I—I will be fine," Alodia menghapus jejak air mata Alfa.

"Tahan ya," Alodia tersenyum kecil dan kedua matanya tertutup sempurna.

"BANGSAT LO JADI CEWEK!" Adit maju secara brutal ingin menghabisi Riadley yang tengah memberontak untuk melepaskan cengkraman di kedua tangannya. Namun, Kevin langsung menarik bahu Adit, berusaha melerai supaya pertengkaran tak terjadi.

"Udah Bang. Biar polisi aja yang nanganin. Mending sekarang kita pikirin Alodia," Adit tersadar dan langsung menghampiri Alfa yang luruh di lantai dengan Alodia dipangkuannya.

"Al, Ala," Adit menepuk kedua pipi Alodia. Namun tetap saja, kedua iris kelabu itu masih terpejam.

"Kita bawa ke rumah sakit," Alfa mengangguk, menyetujui usulan Kevin. Segera Alfa membopong Alodia dengan sedikit berlari, diikuti Kevin dan Adit yang mengekor di belakangnya.

•••

Semua orang merasa khawatir, menunggu di depan ruangan bernuansa putih dengan wajah cemas yang tercetak jelas.

Adit bersandar pada dinding dengan tangan yang terlipat di depan dada. Oh satu lagi, tatapan lelaki itu kosong. Tak jauh dari tempat Adit berdiri, Alfa duduk di kursi stainless panjang yang tersedia di depan ruang ICU. Lelaki itu mengusap wajah kasar dan menghembuskan napas berat.

Sama halnya dengan Kevin. Lelaki itu mengacak rambut dengan gemas. Menunggu kapan dokter keluar dari ruangan di depannya dan memberitahu kabar gembira.

Di samping Kevin, Freda terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Tak tega, Haden merengkuh tubuh istrinya, sambil mengelus-elus pundak Freda.  Berusaha menenangkan istrinya.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok pria berbaju putih dengan senyum ramah. Seluruh orang menghampiri pria itu dengan raut cemas.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" sergah Haden.

Dokter itu membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot. "Alodia dalam masa kritis,"

Tangis Freda pecah, diiringi isakan pilu. Buru-buru Adit merengkuh tubuh Ibunya.

"A—ala, Dit." Freda membalas pelukan Adit dengan tubuh bergetar.

"Ma, calm down, Ala will be fine,"

"Boleh kita masuk, Dok?" pertanyaan Alfa, membuat Dokter dengan rambut yang mulai memutih itu mengangguk.

"Tapi tolong jangan sampai membuat kebisingan di dalam. Dan satu lagi, harap jangan langsung semua yang masuk, mungkin bisa bergiliran." Alfa mengangguk.

"Orangtua Alodia bisa ikut saya? Ada hal penting yang ingin dibicarakan!" Haden mengangguk dan mengajak Freda untuk ikut bersamanya.

"Jadi... siapa yang masuk duluan?" tanya Adit, memecah keheningan yang terjadi, saat Freda dan Haden pergi mengekor di belakang Dokter tadi. Tapi... bukankah keheningan itu sudah tercipta sejak mereka sampai di ruangan ini.

Alodia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang