L&R 27

5.3K 185 7
                                    

Zia!Dia mulai meracuni pikiran Lex, senyumannya, perhatiannya , dan tutur kata lembutnya mampu membuat Lex bergetar jiwanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zia!
Dia mulai meracuni pikiran Lex, senyumannya, perhatiannya , dan tutur kata lembutnya mampu membuat Lex bergetar jiwanya. Zia tidak seperti Jelly, yang melekat erat pada Lex, Zia membuat jarak nyaman diantara mereka berdua. Zia memperlakukan Lex sebagai suami, dan mengambil alih semuanya, dari mulai menyiapkan pakaian, hingga mengatur jadwal makan Lex, makanan apa saja yang harus Lex makan, agar kecanduannya terhadap coffe berkurang.

"Aku mau coffe, Zia!" Tolak Lex karena malam hari Zia membuatkan susu untuknya.

"Kau tak akan bisa terlelap jika kau terus minum coffe, Lex kau harus kurangi coffemu!" Lex sedikit berubah ekspresinya. Zia sudah pasrah jika harus di marahi oleh suaminya itu, namun ternyata dugaannya salah.

"Tak pernah ada yang melarangku menyukai coffe, kenapa kau mau melarangku?" Tanya Lex lebih halus, padahal Zia mengira dia akan marah besar karena hidupnya di rubah oleh dirinya.

"Apa yang membuatmu memilih coffe sebagai minuman yang kau sukai? Kenapa harus coffe?" Tanya Zia mendetail.

"Aku tak punya teman Zia, kau tahu jelas! Aku tak pernah bisa terlelap tenang, kantukku datang selepas malam menjelang, selelah apapun aku, tubuhku tak ingin terlelap, coffe adalah temanku menghabiskan waktu" ucapan Lex di sambut baik oleh Zia. Zia datang mendekat ke arah sofa dimana Lex tengah duduk dengan laptop di pahanya.

"Lex, aku siapa?" Tanya Zia.

"Vanezia, istriku!" Zia mengangguk dengan senyuman.

"Jika kau menganggap aku istrimu, prioritaskan aku, istri adalah temanmu juga, kan? Jika kau butuh teman untuk menemani menyelesaikan pekerjaanmu aku akan ada di sampingmu, sebagaimana gunanya istri untuk suami" Lex merasakan getaran aneh di dalam dirinya. Ia berpikir inikah yang dinamakan menikah? Menyatukan dua kepala? Merubah diri ke hal yang lebih baik? Dan hal-hal lainnya. Sungguh! Lex sangat asing dengan rasa yang di tebar Zia ini.

"Aku benci susu, Zia! Aku terlihat seperti sapi jika meminumnya." Zia tersenyum dengan tangan masih di genggam Lex erat.
Lex menatap tawa Zia dengan tatapan mata yang mulai tertarik pada wanita yang baru ia akui cantik tadi siang.

"Terima kasih, hidupku sedikit beraturan Zia," Zia tersenyum menatap Lex. Punggung tangan Zia di kecup Lex dengan tatapan Lex yang terus terarah pada Zia.

Zia hanya bisa menarik napasnya, merasakan perasaan aneh dalam dirinya, ia takut dengan tatapan Lex yang kini tertuju padanya seakan ada kilatan aneh di dalamnya.

"Maafkan aku, telah berniat lari dari dirimu Zia, tapi aku heran mengapa kau berani menyusulku kemari," Zia tersenyum.

"Rumah tangga ini belum seumur jagung Lex, aku memberi waktu untukmu menyelesaikan semua perasaan yang kau rasakan, Lex. Aku ingin yang terbaik untuk pernikahan ini, pernikahan-,"

"Pernikahan kita Zia, itu lebih jelas" Zia tersenyum, tangan Zia masih di mainkan oleh Lex tanpa Lex sadari.

"Lex, tanganku kau apakan?" Lex baru sadar setelah Zia berkata, tangan Zia jari jemarinya di mainkan oleh Lex di pijat-pijat dengan ibu jarinya. Lex tersenyum.

LEXANDER WILLZIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang