L&R 3

13K 385 13
                                    


Req berlari tergesa-gesa meninggalkan Valeria di tempat duduknya, Valeria hanya menatap kepergian Req yang tiba-tiba.

Bodoh,mengapa dia yang di suruh pergi,
Gerutu Req yang mengejar sekretaris Lexander.

Req mengejar Vanezia dan sampai tepat di depan mobil Lexander.
"Aaah! Kau mengagetkan, hai?" Sapa Zia pada Req yang senyumnya tetap merekah walau dengan nafas terengah-engah.

"Hai, Zia! Kau mau ke kantor lagi ya?" Tanya Req basa basi. Zia mengangguk dan tersenyum.

"Boleh aku menumpang? Sampai depan, aku harus membeli pesanan Lex,tadi aku lupa!" Ucap Req yang menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal.

"Boleh, nih! Kau yang membawa mobilnya ya?" Ucap Zia kemudian menyerahkan kunci mobil Lex. Req mengambil kunci itu dari tangan halus dan lembut Zia.

"Baiklah, Silahkan!" Req membukakan pintu untuk Zia. Zia masuk dan duduk dengan nyaman. Req memutar dan masuk kedalam mobil Lexander kemudian melajukan mobil mewah itu.

"Memangnya tuan Lex memesan apa?" Tanya Zia penasaran, sebab biasanya Zia lah yang menyiapkan keperluan Lex.

"Biasa urusan orang dewasa, dia menyuruhku untuk membeli pengaman!" Ucap Lex. Zia membelalakan matanya.

"Pengaman,apa pengaman yang kau maksud itu kondom?" Tanya Zia penasaran,Req terkekeh.

"Kau cepat tanggap nona!" Zia kini mulai gusar.

"Apa tuan Lex seorang pria penyuka seks?" Tanga Zia lagi. Req tersenyum.

"Sangat menyukainya,maka dari itu kau hati-hati lah, jangan mau tergoda olehnya! Jika dia merayu kau menjauh saja" ucap Req.

Req memang jahil,ia sama seperti kakeknya, suka menebar berita hoax mengenai kakaknya itu, sebenarnya itu adalah perintah sang kakek agar Lex kesulitan mendapatkan wanita yang di incarnya untuk kepuasannya sesaat, Ogi lebih suka jika Lexander menikah dengan wanita pilihannya.

"Oh tidak, tuan Lex begitu sopan dan baik memperlakukan aku, kurasa aku bukan tipe wanita yang dia sukai" ucap Zia merasa lega.

"Ya, kau memang bukan type wanita yang dia incar! Kau type ku!" Zia dilanda malu.

"Jangan menggoda sekretaris kakakmu Req" Zia tersenyum. Kemudian ia ingat dengan apa yang ia lihat waktu itu.

"Boleh aku bertanya?" Tanya Vanezia kepada pria yang sedang mengendarai mobil dengan senyum mengembang.

"Tanyakan saja," jawab Req santai.

"Wanita yang di cafe bersamamu itu dan menyuapimu, dia kekasihmu ya?" Tanya Zia. Req mendelik, ia menyelidiki apakah ada indikasi kecemburuan di mata Zia namun hasilnya ora ono.

Tidak ada tanda-tanda cemburu,dia begitu mengayun lembut hingga sulit terbaca.
Batin Reqza.

"Bukan, dia temanku!" Jawab Req.
Vanezia menghembuskan napas lega.

"Kenapa? Seakan kau melepaskan beban berat!" Ucap Req spontan.

"Tidak, aku hanya merasa lega, takutnya dia marah dengan kebersamaan kita sekarang." Mendengar ucapan Vanezia begitu, Req tersenyum begitu senang.

"Sampai, baiklah! Bawa mobil ini hati-hati agar kau tak kena marah oleh kakakku ya," Vanezia mengangguk dan tersenyum mengerti.

"Sampai bertemu di lain waktu, kecuali kau ada waktu untuk bersamaku di malam minggu besok?" Secara tidak langsung Req mengajak Vanezia bertemu.

"Akan aku beri kabar nanti," jawab Vanezia. Req mengangguk.

"Hati-hati" Req keluar dari mobilnya dan Vanezia berpindah posisi.

LEXANDER WILLZIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang