L&R 17

5.4K 188 6
                                    


Ogi tak sadarkan diri, dia tergeletak lemah tak berdaya, Reella tak berhenti menangis, sedangkan Reggie di landa khawatir yang sangat sangat membelenggu jiwanya. Ogi memang terlalu memaksakan dirinya untuk hadir di pernikahan Lex dan mengadakan acara pernikahan agar lebih cepat berlangsung dan melihat Lex cucu pertamanya menikah dan hidup bahagia.

Kini Ogi berada di ruangan ICCU, dia terbaring dengan selang menempel di tubuhnya. Reella hanya dapat melihat Ogi dari luar. Menangis itulah yang Reella lakukan hingga Syaggi pun ikut bersedih.

"Ogi, please!! Bangun! Jangan tinggalkan aku sendirian Ogi," Reella tak kuasa membendung rasa sedihnya. Syaggi memeluk Reella dengan erat, dan Reggie serta Req hanya harap-harap cemas dengan kondisi pria renta itu.

"Pih, Ayolah hubungi Lex!" Pinta Reqza merajuk. Reggie mulai mengeluarkan ponselnya, kemudian menghubungi Lexander, beberapa kali Reggie menghubungi Lex, namun ponselnya tidak terhubung.

"Req akan menemui Lex saja pih!" Reqza tidak sabaran. Reggie menolak ide Reqza.

"Tidak usah, mereka sedang berbahagia, jangan menganggu!" Ucap Reggie. Reella dan Syaggi terdiam. Reqza tidak terima.

"Pih, ini genting! Masa iya Lex gak di beritahu!" Ucap Reqza.

"Papih yakin, grandfa mu baik-baik saja, besok dia akan membuka matanya kembali" ucap Reggie yakin walaupun dalam hatinya ia tidak yakin.

Pa,, Ayolah pa! Berjuang,, papa gak mau lihat Reqza menikah? Ayolah pa, Lex pun belum kasih cicit untuk papa, papa gak boleh nyerah pa, kasian mama!
Reeggie tak kuasa melihat papanya terbaring lemah. Keluarga Ogi pun menunggu Ogi tersadar, mereka menginap di rumah sakit.

Valeria tiba di rumah sakit ia mendapat kabar dari Req, Ogi tidak sadarkan diri. Valeria membawa beberapa perlengkapan dan selimut untuk Reella yang tak hentinya bersedih.

"Terima kasih Valeria, kau memang wanita baik." Ucap Reella seraya menerima selimut dari Valeria. Valeria tersenyum, Req segera meraih tangannya, ia mencari ketenangan disana. Valeria tersenyum bersedih melihat Req yang dilanda gelisah.

"Aku kali ini takut Vale," ucap Req, Req menggenggam tangan Valeria erat. Valeria bisa merasakan kekhawatiran Req terhadap Ogi.

"Kakek akan baik-baik saja, berdo'a lah Req" ucap Valeria dengan lembut. Req menatap Valeria dengan sungguh-sungguh.

"Kau tahu apa yang aku takuti? Aku takut grandfa tidak melihat kita menikah!" Valeria menutup bibir Req segera.

"Req,,, kau tak boleh berkata begitu!" Valeria membelai wajah Req dan menatapnya.

"Kita harus mendoakan Grandfa, Okey?" Req mengangguk ia memeluk Valeria.

"Tetap di sampingku Vale, jangan pernah pergi" ucap Reqza. Valeria tersentuh dengan ucapan Req, ia hanya mengusap punggung Req, dan mengangguk perlahan.

Pagi hari menjelang, Lex bangun dengan secangkir coffe di nakas sebelah tempat tidurnya. Ia mencium wangi coffenya kemudian berjalan mencari pembuat coffenya tersebut.

Vanezia sedang duduk dan menonton televisi ruang tamu kamar hotel yang ia tempati kini bersama suaminya. Lex datang tiba-tiba dengan hanya memakai pakaian dalam tanpa penutup tubuh, ya seperti yang biasa Lex lakukan.

"Kau sudah bangun?" Tanya Vanezia santai. Lex tak menghiraukan ucapan istrinya itu, ia malah menatap tajam penuh rasa kesal.

LEXANDER WILLZIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang