Malam ini Lex tiba di sebuah hotel yang sudah di persiapkan oleh Ogi. Lex tak bersuara sama sekali, sedangkan Zia ia mempersiapkan dirinya untuk membersihkan diri. Lex membuka pakaiannya dengan sangat santai di kamar hotel yang tidak memiliki sekat itu Zia melihat jelas tubuh atletis Lex.Zia menahan napasnya kala melihat otot dan bagian punggung yang lebar menampakan Lex memang menyukai olah raga gym. Tubuhnya pas tidak terlalu besar benar benar seksi dan enak di pandang.
"Kau mau mandi?" Tanya Lex. Zia gugup ketahuan memperhatikan tubuh Lex. Ia menjawab dengan tergagap.
"I-iya," jawab Zia.
"Kau sedang berkhayal porno tentang aku ya?" Tanya Lex menggoda Zia. Zia membelalakan matanya.
"Tidak! Enak saja" balas Zia.
"Ayo mengaku saja! Matamu itu seakan ingin menerkamku," goda Lex lagi. Zia mengerjapkan matanya seraya berpikir keras, benarkah tatapannya seperti yang di ucapkan Lex. Ah tidak mungkin batinnya.
"Aku mau mandi" ucap Zia. Lex mengerutkan dahinya.
"Kau mengajakku?" Tanya Lex lagi.
"Tentu tidak! Enak saja..." Lex tersenyum.
"Lalu apa? Mau aku mandi kan?" Tanya Lex lagi. Zia menggelengkan kepalanya.
"Berhentilah bercanda! Menyebalkan sekali!!" Zia berjalan menuju arah kamar mandi sedangkan Lex membuka celananya dengan santai.
"Ya tuhan! Tidak bisakah dia sembunyikan sesuatu itu, bisa gila aku ini!" Gerutu Zia yang terdengar jelas oleh Lex. Lex hanya tersenyum.
Lex masih bingung apa yang harus ia lakukan? Dengan istrinya tentunya? Istri? Haih! Jelly... Lex merindukannya kini.
Lex membuka jendela dan balkon kamar hotelnya menghirup udara segar dan mencoba melepaskan penatnya. Tak lama Zia sudah selesai membersihkan dirinya dan Lex sempat menoleh ke arah Zia, dia memakai kimono handuknya. Zia berjalan menuju meja rias dan timbul ide jahil Lexander.
Ia berjalan, kemudian berhenti tepat di meja rias, hanya mengenakan celana pendek dengan dada tanpa pakaian. Zia menatap cermin yang memantulkan dirinya dan suaminya kini. Lex menyentuh pundak Zia perlahan. Ada sedikit rasa desiran dalam diri Zia, antara takut, gugup dan semua rasa jadi satu.
"Apa yang kau--"
Lex meniup tengkuk Zia, Zia menahan napasnya terlihat jelas Zia tengah di landa gugup."Kau siap?" Tanya Lex. Zia memejamkan matanya ketika tangan Lex mulai berjalan menuju ke arah dadanya. Zia membelalak dan menahan tangan Lex yang mulai turun dari pundak menuju dadanya.
"Lex,,,," napas Zia terputus-putus.
Lex ingin tersenyum, ternyata Zia cepat sekali terangsang, Hmm! Bagaimana ini, lanjutkan atau-,? Batin Lex gusar."Jangan lakukan, aku belum-," belum sempat Zia melanjutkan ucapannya tubuhnya di tarik hingga ia terlempar ke ranjang hotel yang besar dan empuk itu.
Zia tak membuka matanya, kejadian yang begitu cepat itu membuatnya harus berpasrah diri. Lex mulai berjalan mendekat dan menindihnya. Batin Zia menjerit, akankah ini terjadi???
Dirumah Reqza...
Req gelisah, ia mondar mandir di dekat kolam ikan koi milik kakeknya itu, sedangkan Valeria menemaninya sambil memberi makan ikan koi kesayangan kakek Req.
"Lucu sekali dia, makan yang banyak ya koi lucu..." Valeria melempar makanan koi itu dan para koi berebut makanannya.
Reqza menatap kesal pada sahabatnya yang sebentar lagi akan jadi istrinya itu. Bagaimana bisa Valeria tenang begitu sedangkan req, ia memikirkan apa yang akan terjadi pada Vanezia.
"Vale, kau tidak mengerti betapa gelisahnya aku?" Reqza protes pada Valeria yang terlihat tenang.
"Ya ampun! Ada apa Req, aku kira kau kebelet ingin kencing, atau buang air besar?" Tanya Valeria dengan senyuman yang lucu dan manis.
Req memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya,
"Sedang apa kira-kira Zia di hotel ya?" Pertanyaan itu meluncur dari bibir Reqza."Apalagi selain, emmmh!!! Kau tahu sendirilah, Lex itu perkasa mana mungkin Zia melewatkan membelai perut Lex yang kotak-kotak seperti roti Sobek itu" Valeria tersenyum ia senang sekali menggoda Reqza. Req terlihat kelabakan, ia kesal sekali, ia kembali mondar mandir.
Valeria terkekeh,
"Kau ini bagaimana, memikirkan orang yang sedang malam pertama, sedangkan kau juga pernah merasakannya denganku? Kau iri Hah?" Tanya valeria."Hey, malam itu aku mabuk, mana ingat aku merasakan ekhem-Ekhem itu, kau iya merasakannya? Bagaimana perkasa kan?" Valeria memutar bola matanya.
"Bahkan aku jijik mengingatnya! Kau seperti binatang Req!" Valeria membuang pandangannya. Req merasa kesal, setidaknya Valeria memuji keganasannya atau apalah! Dia malah menyebutnya seperti binatang. Namun Req memaklumi, karena Valeria melakukannya pertama kali dengan dirinya, buktinya ada bercak darah di seprai hotel.
Req tidak jadi marah, ia kemudian mendekati Valeria."Hei istri, segeralah kau buatkan susu untukku!" Pinta Req pada Valeria. Valeria mendelik.
"Istri? Memangnya aku mau menikah denganmu? Ih, tidak!" Sergah Valeria. Req menggoda sahabatnya itu.
"Seberapa kuat kau menolak akhirnya kau tetap bersamaku Valeria yang lucu,," Req memeluk Valeria, valeria terdiam tidak menolak, ia hanya cemberut karena ucapan Req memang benar! Belum lagi dia harus segera putuskan pacarnya itu.
"Ah Enyahlah! Aku masih sebal," Valeria pergi. Ia pergi ke dapur untuk membuatkan susu, sedangkan Req masih menatap ikan koi yang sedang mangap-mangap.
"Hei, katakan! Vanezia sedang apa?" Tanya Reqza pada ikan koi di kolam. Reella datang dan menggelengkan kepalanya, ia melihat cucunya itu seakan tersiksa kemudian ka berjalan kembali menuju kamar Ogi. Ogi sedang beristirahat dan ia merasakan sakit di dadanya, Reella datang namun Ogi bersikap biasa saja.
"Pah, cucu kamu tuh Req, masa dia ngomong sama ikan?" Ogi tersenyum, ya Ogi berusaha tersenyum walau sakit di dadanya kian terasa.
"Dia akan bahagia dengan Valeria nanti, jangan pikirkan apapun Reella" ucap Ogi. Reella mengangguk ia merasa ada yang tidak beres dengan suaminya.
"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Reella. Ogi mengangguk ia menyentuh dadanya dan tidak sadarkan diri.
"Reg!!!" Teriak Reella dari ruangan atas. Reella tegang, semua yang berada di bawah segera datang Reggie berlari cepat menuju kamar mamanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXANDER WILLZIE
RomanceTamat! Lex seorang pria keturunan orang tampan dengan kisah cinta yang begitu berliku. Mencintai Bukanlah keahliannya namun menikmati wanita adalah keahlian sesungguhnya. Bercinta, menikmati hidup dengan kesuksesan yang sudah dalam genggaman membua...