L&R 23

5K 182 1
                                    


Reella mengajak Vanezia ke rumahnya, karena Reella sudah bosan berada di apartement Lexander. Lagi pula ntah kapan Lex kembali. Vanezia menimbang ajakan Reella, jika dia pergi di rumah itu ada Req, ia tak enak dengannya.

"Tak apa Vane, sehari saja! Kau tidak akan kenapa-kenapa, Reqza jangan kau anggap terlalu serius ya?" Ucap Reella. Vanezia akhirnya mengangguk pasrah, ia pun menyiapkan semua perlengkapannya dan pergi menuju rumah Reella dan Ogi.

Sesampainya di rumah suasana sepi, Syaggi dan Valeria sedang keluar berbelanja bulanan. Sedangkan Req dan Reggie bekerja di kantor. Sebelumnya Reella memberitahu ia akan pulang, dan Reggie sangat senang akan hal itu.

Vanezia, ia berjalan bersama Reella. Reella memberitahu dimana tempat Lex biasa terlelap jika sekedar menginap. Zia tersenyum, Reella benar-benar suka dengan karakter Zia, dia terlihat anggun dan sangat penurut. Ogi memang tak salah memilihkan menantu untuk Lex yang memang bersifat keras.

"Istirahatlah, aku akan ke kamarku" Vanezia mengangguk dan tersenyum. di dalam kamar ia melihat-lihat. Ada beberapa foto keluarga, disana ada Lex, namun dia tidak terlihat senang seperti adik lelakinya yang tiap di foto mengekspresikan dirinya bergaya aneh-aneh. Dari vis! Hingga menungging, ntah gaya apa yang Reqza lakukan.

Difoto masa kecil itu, Reqza terlihat selalu dekat dengan grandfa, sedangkan Lex di kanan kirinya selalu ada Reggie dan Syaggi. Dan sebuah foto yang tergambar kedua anak laki-laki yang saling berhadapan. Ntah sedang apa, Zia rasa mereka saling mengukur tinggi badan. Vanezia membuka laci lemari, dan disana ada sebuah buku dan peralatan tulis.

Ia buka buku tersebut dan membaca isinya. Buku bertuliskan nama LEXANDER WILLZIE  dengan hurup kapital seakan membuat hatinya bergetar.

Pelukan bersemayam dalam benak
Seakan ragu aku rasakan kehangatannya
Jiwa ini mulai tergerak
Menginginkan cinta seseorang dengan banyak
-LEX-

Vanezia mengerutkan dahinya, baginya Lex memang sukar di tebak! Namun ntah mengapa ia kini ingin Lex ada disini. Tentu untuk menanyakan arti sebuah tulisan ini.

Aku di rumah grandfa, nenek mengajakku kemari, katanya biar aku tak kesepian.
Sebuah pesan singkat Zia kirimkan ke ponsel Lexander. Ia menunggu balasan, namun tak ada juga.

Hari sudah sore, Reella sedang menyiapkan makanan di dapur bersama Zia. Sedangkan Syaggi dan Valeria  belum juga tiba dari acara belanjanya. Suara mobil di depan membuat jantung Zia Berdesir. Ntah rasa apa ini, namun ia takut untuk bertemu dengan Reqza.

"Zia, sepertinya akan ada yang datang, grandma tadi lupa malah mengunci pintunya, tolong buka ya sayang?" Pinta Reella. Zia tersenyum kemudian mengangguk. Setelah ia mencuci tangan ia berlari membukakan pintu.

"Tumben dikunci? Selamat sore say-," Req tak melanjutkan ucapannya. Ia menatap wanita yang berdiri di depannya, berdiri dengan ekspresi datang dan mata yang sayu.

"Vanezia...?" Batin dan bibir ke duanya mengucap nama itu. Seakan menggelitik jiwa dan gelora Req kini tersenyum menatap wanita di depannya.

"Req, aku-,"

"Sttt! Aku tahu, kau pasti kabur ya? Pasti rindu kan padaku? Bagaimana jika Lex datang kesini dan mengetahui kau disini, apa jangan-jangan kalian bertengkar? Oh oh oh! Tak ku sangka dan kuduga, kau kemari demi aku?"

Req tak berhenti berbicara, hingga Zia kesulitan untuk membela dirinya. Kemudian suara teriakan dari ruang makan tersengar.

LEXANDER WILLZIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang