Lex mempersiapkan tempat tidur di kamar apartementnya, Zia sudah siap dengan pakaian tidurnya, Lex menatap Zia menjadi gugup."Ada apa?" Tanya Zia perlahan. Lex tersenyum,
"Tidak, maaf kamar disini hanya satu, jadi kau tidur di tempat tidur saja, biarkan aku tidur di sofa." Ucapan Lex di sambut halus oleh Zia. Selesai merapikan tempat tidur Lex hendak pergi namun tangan Zia menarik lengan Lex.
"Tidur bersama saja, kita sama sama lelah! Tak akan terjadi hal-hal aneh bukan? Aku tahu kau akan menjagaku" sebuah kepercayaan yang di berikan Zia pada Lex membuat Lex sedikit meringis dengan sikap Zia. Lex melangkah lebih dekat kemudian membelai lengan Zia.
"Aku takut kepercayaanmu ternodai oleh sikap brengsek yang ada dalam diriku" Zia tersenyum kembali.
"Aku percaya Padamu Lex," tiba-tiba Zia memeluk Lexander. Terdengar keras jantung Lex memompa lebih cepat. Lex belum bereaksi ia benar-benar terkejut. Bagaimana bisa ia sekaku ini, padahal biasanya setiap wanita selalu menempel padanya dan bersikap terlalu mudah di ajak bersenang-senang, namun ntah mengapa dengan Zia, sepertinya Lex merasa segan jika harus menyentuhnya.
"Kau tak memeluku Lex?" Tanya Zia. Lex mulai membalas pelukan Zia dengan erat. Sedetik kemudian ia melepas pelukannya.
"Kalau begitu, baiklah! Kita tidur bersama Zia," Lex menggendong Zia di lengan kekarnya dan berjalan menuju tempat tidur. Zia terkekeh, Lex memang menakutkan namun ia sungguh manis rasanya.
Lex meletakan Zia terbaring di tempat tidur, mereka saling bertatapan, pandangan mereka sama-sama turun tertuju pada sasaran yang sama, Lex menatap bibir pink milik Zia dan Zia menatap bibir Lex yang begitu menggoda.
"Zia,,," belai Lex di wajah istrinya.
"Lex," jawab Zia. Tangan lentik Zia masih dalam tengkuk Lex dan tiba-tiba, Lex terdorong untuk mencicipi bibir manis istrinya itu.
Lex memagut dengan trik maha lembutnya, membuai Zia hingga remasan di tengkuknya mulai menjalar ke sanubari nya, Lex meremas seprai menahan ingin menunggangi Zia walau hasratnya yang besar perlu di beri makanan yang lezat, sampai pada jiwa Lex tak tahan, ciumannya semakin memanas dan Zia mulai kewalahan menerima serangannya. Zia melepas ciuman itu dan memeluk Lex serta mengambil napas dalam-dalam.
"Lex... aku belum siap" bisik Zia.
"Aku tahu, aku akan menunggu" ucap Lex dengan senyuman di bibirnya. Lex menyentuh bibir Zia yang kini terlihat memerah ia mengusap lembut dengan ibu jarinya.
"Akan aku tunggu" ucap Lex kemudian mengecup bibir Zia kembali. Lex pun tertidur, berharap Zia tidur di pelukannya namun tidak, dia terlelap dengan memunggungi dirinya.
Lex tidak bisa terlelap, ia berpikir Zia mempercayainya hingga tak ada guling yang menyekat wilayah tidur mereka. Lex mulai mendekat, ia terbaring di belakang tubuh Zia kemudian memeluk Zia dengan sangat posesive.
Aku akan bebaskan hatiku, jika kau yang akan menjadi akhir, akan aku jalani..
Zia aroma tubuhmu mulai aku sukai, dan rasanya aku ingin memilikimu...
Mereka pun terlelap bersama, hingga pagi nanti menjelang.Di kamar Reqza.
Req membawakan ice cream untuk Valeria ia membangunkan Valeria yang baru saja terlelap."Sayang, vale, cinta, ikeh!" Ucap Reqza.
Valeria membuka matanya, sebenarnya ia baru saja terlelap selepas Req pergi ia tak enak hati, takut juga jika Req jajan di luar."apaan ikeh! Kau kira aku ikeh ikeh kimochi!" Valeria mendelik kesal. Reqza terkekeh.
"Temani aku, aku ingin menikmati malam denganmu, yuk...." ajak Reqza. Valeria menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXANDER WILLZIE
RomanceTamat! Lex seorang pria keturunan orang tampan dengan kisah cinta yang begitu berliku. Mencintai Bukanlah keahliannya namun menikmati wanita adalah keahlian sesungguhnya. Bercinta, menikmati hidup dengan kesuksesan yang sudah dalam genggaman membua...