L&R 40

5.3K 203 13
                                    

Aku sudah bosan menjadi lemah!
Ini bukanlah Lexander...
Aku tidak menerima orang yang hampir berada dalam genggamanku pergi meninggalkanku, bahkan menjauhiku.
Zia, aku tak mau kau menderita berada di sampingku, akan Kupastikan dalam waktu dekat kau tahu aku bukan seperti yang kau pikirkan.
Sayang, bersabarlah untukku...

Lex menggenggam erat-erat kemudi mobilnya.
"Jaga diri selama aku tak ada, Lex" ucap Zia kemudian dengan manisnya mengecup pipi Lex dari jendela mobil yang terbuka.

Lex menatap lurus, ia sedih! Namun tak mau memperlihatkan kesedihannya, berjauhan dengan Zia, ntah bagaimana hari-harinya.
"Aku akan menginap di rumah mommy," Lex meraih kunci apartemennya dan memberikannya pada Zia.

"Untuk apa?" Tanya Zia seraya meraih kunci yang di berikan Lex.

"Agar aku tak menghabisi Jelly di apartement kita" Lex menyalakan mobilnya, kemudian melakukannya. Seketika Zia mulai merasa tak enak perasaan.

"Lex...!" Teriak Zia namun Lex hanya menatap kaca spion di mobilnya, Zia mematung dengan wajah khawatir. Lex melesat cepat menuju tujuannya yaitu Jelly.

Menghabisi bagaimana Lex, apa kalian akan memadu kasih kembali?
Zia mulai gelisah.

Lex melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia ingin segera bertemu dengan mantan jalangnya itu. Hatinya sudah gemas! Tangannya sudah gatal untuk kembali menjadi Lexander Willzie yang sesungguhnya. Bosan berkamuflase dan inilah dia.

Lex mengetuk perlahan pintu apartemen Jelly, dan tak menunggu waktu lama, Jelly membukanya.
"Ha----,"

Lex menerjang tubuh Jelly, dia mencekik leher jenjang yang biasa ia nikmati, Jelly kesulitan bernapas.
"Lex....." mata membulat, cakaran Jelly tak ia hiraukan, Jelly menatap kemarahan besar di sorot mata Lex, dia bagaikan pembunuh yang kejam.

"Katakan lagi, ayo! Kau mengandung anakku!" Lex menekan kembali leher Jelly. Jelly meronta dan Lex kehilangan kendali. Jelly melemah dan Lex melemparkan tubuh Jelly ke sofa.

Jelly terbatuk-batuk, ia mengambil napas dalam-dalam, Lex hampir melenyapkannya dalam Hitungan detik.

"Seharusnya aku tahu, jalang tetaplah jalang!" Bentak Lex keras keras.

"Kau hampir melenyapkanku Lex!" Teriak Jelly.

"Akan aku lenyapkan jika kau tak bicara jujur padaku tentang anak hewan yang kau kandung itu! Bahkan aku sendiri tidak tahu, apakah aku bisa memiliki anak atau tidak!" Ungkap Lex.

"Apa maksudmu?" Tanya Jelly.

"Kau berbohong Jelly! Jelas kau berbohong! Dan jika kau benar mengandung, bukan aku pelakunya!" Ucap Lex dengan keras.

Jelly diam, dia kembali membisu...
pernyataan yang ia dengar dari Lex sungguh mengejutkan! Dan apa maksudnya? Apakah Lex tidak bisa menghasilkan?

"Ini alasan mengapa aku tak mau menikah! Aku tak bisa membahagiakan keluargaku sendiri, bahkan keluarga besarku! Namun saat aku bertemu denganmu, aku ingin memilikimu, dan kau menolak keras akan hal itu! Aku sudah relakan, dan memang wanita seperti kau tak pantas jadi pendampingku.

Jelly diam,
"Apakah yang mengecewakan Fransiska bukan sikap kau, tapi...."

"Ya! Aku benci ketika Fransiska menyukai seorang bayi mungil, aku benci itu! Dan bahkan aku benci 10 dokter yang menyatakan aku tak akan bisa memiliki putra atau putri Indonesia"

"Lex! Jangan bercanda...!" Ucap Jelly.
Lex tersenyum, walau sebenarnya hatinya rapuh.

"Kita sudah akhiri ini jauh-jauh hari Jelly, kau tahu jelas! Aku tak akan pernah bisa tetap mencintai seorang wanita, bahkan mungkin Zia pun akan aku singkirkan, atau dia yang menyingkir sendiri, namun kali ini ada tarikan tersendiri dari ulahku, aku masuk kedalam jebakan ku sendiri, aku lebih menginginkan Zia, rasa inginku melebihi rasa ingin memilikimu Jelly. Aku mulai mengendalikan diriku, dan ntah mengapa aku merasa lega, aku belum menyentuhnya..."

Jelly menangis,
"Lex, aku mencintaimu.." ucap Jelly dengan tangisnya.

"Menikahlah dengan Marcel, dia bisa membahagiakanmu Jelly. Lupakan hubungan kita, anggap saja hanya sebuah perkenalan" Lex berjalan menuju ke arah Jelly yang tengah menangis ia menyentuh puncak kepalanya.

"Kau tak bisa dengan mudah membohongi keluarga William, Jelly" Jelly kembali menangis.

"Aku sudah mencintaimu," ucap Jelly kembali.

"Marcel lebih mencintaimu dari pada aku dulu," Lex hendak pergi, ia sudah selesaikan masalahnya dengan cepat.

"Mengapa kau menginginkan aku dulu, Lex?" Tanya Jelly. Pertanyaan yang pastinya bukan cinta alasannya? Lex pembual besar! Dia akan berusaha keras jika sudah menginginkan sesuatu.

"Karena kau sama sepertiku, tidak ingin menikah, tidak berkomitmen, atau terikat dalam sebuah hubungan yang rumit? Ya! Menurutku demikian. Itu alasan mengapa aku menginginkanmu" ucap Lex jelas. Jelly kembali merasa sakit hati.

"Lal apa alasanmu memperlakukan Zia layaknya kekasih?" Tanya Jelly. Lex diam! Dia pun kesulitan menjawabnya.

"Itu bukan urusanmu," ucap Lex seraya pergi  meninggalkan Jelly. Lex berjalan menuju keluar apartement dan, Marcel datang. Lex manatap Marcel dengan tajam, dan Marcel mengarahkan pandangannya ke arah Jelly.
"Jelly...?" Marcel segera berlari menuju kekasihnya yang tengah menangis. Lex dengan santainya pergi.

Jelly menangis dan memeluk Marcel dengan erat.
"Ada apa, apa yang terjadi?" Tanya Marcel khawatir. Jelly tak menjawab, dia hanya menangis merasakan sakit di hatinya. Marcel memeluk Jelly dan menenangkannya.

Lex sudah berada di lobby dan berpapasan lagi dengan Reqza dan istrinya. Aura Lex tidak secerah biasanya, Req sendiri enggan bertanya namun Vale sudah tersenyum karena ketahuan mengikuti Lex kemari.

"Sudah aku selesaikan, kalian tidak usah repot-repot" ucap Lex. Reqza kemudian melihat perubahan ekspresi Lex yang begitu signifikan. Vale tersenyum, seperti biasa jantungnya ingin melompat jika dekat dengan Lexander padahal dia sudah menjadi hak milik Reqza. Valeria memegang jantungnya dan bernapas perlahan dan teratur.

"Pulanglah, katakan pada daddy... Jelly berbohong! Dia tidak hamil, bahkan bukan hamil olehku, atau jika dia memang hamil mungkin pelakunya adalah kekasihnya." Lex meremas bahu adiknya itu dan membelai wajah Valeria.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Lex dengan senyuman yang aduhai,,,,, aduh manisnya! Reqza menepis tangan Lex yang berada di pipi mulus istrinya.

"Ih...! Singkirkan, ingat Zia, kau sudah memiliki Zia, rakus sekali kau ini Lex!" Protes Reqza. Lex tersenyum, senang rasanya menggoda Reqza yang sukanya heboh.

"Aku hanya menyentuh pipinya, belum juga di cium Req, santai lah" Reqza berasap.

"Enyah-Enyah! Kau membuat emosi" Valeria tersenyum, ia mengeratkan tangannya di lengan Reqza.

"Syukurlah Lex, kami senang jika memang tidak ada apa-apa," ucap Valeria ramah. Lex tersenyum.

"Aku harus pergi Req," Lex pun pamit dan pergi dari hadapan kedua suami istri bahagia itu.

Selesai, dan kini... apa yang harus aku lakukan pada Zia? Batin Lex bertanya tanya, dia masuk ke mobilnya dan pergi menghilang.

LEXANDER WILLZIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang