***
"Ini semua salahmu!" suara melengking itu menyusul dentingan piring dengan lantai yang nyaring terdengar.
"Kenapa kau jadi menyalahkanku? Ini semua takkan terjadi jika kau tak bangkrut!" suara lain menyahut tak kalah kencang.
Sepasang suami isteri itu sama-sama mementingkan ego mereka. Keduanya yang emosi sama sekali tak memerhatikan sekitarnya apalagi orang lain yang mungkin mendengar percekcokan mereka—hampir tiap hari. Tanpa keduanya sadari, sepasang bola mata cerah mengintip dari balik pintu. Mata bulatnya berkedip pelan, menatap kedua orang tuanya yang selalu gaduh. Entah pagi, siang, bahkan malam.
"Damian, apa yang kau lakukan?" suara itu membuat si bocah menoleh. Seorang gadis remaja berdiri sembari berkacak pinggang. Ia pun berjongkok menyamakan tingginya dengan sang adik.
"Mama ..." cicit Damian pelan. Gadis cilik itu pun bergegas menutup kedua telinga adiknya, tepat saat sang ayah lagi-lagi menyiksa sang ibu.
Plak
Plak
"Aargh ..."
"Perempuan tak tahu diuntung!"
"Aarrgh ..."
"Damian tidak mendengarnya, Damian tidak mendengarnya ..." jerit Damian kecil. Lelehan airmata membanjiri pipi tembamnya yang putih.
"Damian ... Damian, lihat kakak! Kakak di sini, kakak akan melindungimu!"
"Kakak janji?"
"Janji!"
"Tapi, Damian 'kan laki-laki, harusnya Damian yang melindungi Kakak!"
"Itu saat Damian sudah besar nanti, sekarang biar kakak yang melindungimu dulu!"
.
"Kakak mau kemana?" Damian meronta dalam dekapan kuat sang ayah.
"Dia tidak akan menemuimu lagi!" bentak sang ibu sembari menyeret puterinya.
"Damian!" jerit sang kakak.
"Kakak ..."
"Masuk, Damian!"
"Tidak, Pa, Damian mau kakak! Kakak!" kali ini, ia hanya bisa melihat sang kakak menjauh bersama ibunya, mungkin ... untuk selamanya.
"Damian!"
Damian tersentak dengan napas tersengal. Matanya memerah dengan wajah dan tubuh banjir keringat. Ia menyingkap selimut yang menutup tubuhnya—yang hanya memakai celana pendek selutut, berusaha beranjak dari tempat tidur, tapi malah ambruk ke lantai tanpa daya.
Seluruh tubuhnya bergetar hebat, bak orang menggigil kedinginan. Ia hanya bisa meringkuk di lantai yang dingin. Pandangannya jatuh pada bulir salju yang turun. Salju pertama yang turun di awal musim dingin tahun ini.
Damian menjambak rambutnya sendiri, menyadari betapa lemahnya ia saat ini. Ini adalah sisi lain yang tersembunyi dari sosoknya. Masa lalu itu membawa dampak teramat buruk dalam memori Damian. Untunglah, ia dipertemukan dengan sejoli yang mau menjadikan dirinya bagian dari mereka—keluarganya. Saat itulah Damian menyandang nama Jannivarsh di belakang namanya.
Tuan Jannivarsh tak pernah membedakan ia dengan anak-anaknya. Ia pun selalu menganggap jika Damian adalah putera pertamanya. Dan isterinya, dia adalah ibu terbaik yang pernah Damian miliki.
Pria itu mencari ponselnya, terbersit pemikiran untuk menghubungi wanita itu, berharap mendengar suara lembutnya yang seperti penawar untuk hatinya. Namun, Damian mengurungkan niatnya kala mengingat waktu. Ia tak mau mengganggu istirahat sang ibu. Alhasil, Damian hanya bisa meringkuk bak seorang anak kecil yang tengah menangis mencari ibunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/125854456-288-k863970.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apollo : Other Sides
ActionEmpat agen intelijen internasional terpaksa menjadi buronan negara, dengan gadai nyawa untuk sebuah misi sekelas bunuh diri. Pemimpin mereka, Damian Xavier, dipertemukan oleh takdir dengan Anna. Gadis misterius yang ia jumpai di sebuah malam penuh k...