***
Anna seakan belum tersadar dari keterkejutan saat Damian mengakhiri ciumannya. Sekilas, ia dapat melihat wajah Damian yang memerah. Pria itu beranjak dari posisinya dan berlalu. Anna pun bergegas bangun dan melangkah keluar, namun tubuhnya malah menabarak punggung keras seseorang.
Rupanya, Damian masih berdiri di depan bilik mereka. Anna mengelus hidungnya yang terasa sakit. Ia mengintip dari balik punggung Damian, menatap ruangan dan mendapati beberapa orang mengerumuni mereka.
"Sepertinya kau tersesat, hum?" seorang pria berkepala plontos, menghadang mereka ditemani beberapa pria berpakaian urakan.
"Mundur, Anna." gadis itu hanya menurut dan menyembunyikan dirinya di balik tubuh Damian.
"Apa mau kalian?"
"Kau takkan keluar dari sini dengan mudah, Nak!"
"Jadi?"
"Serahkan uangmu!"
Saat itu Anna melihat Damian mendengkus dan merogoh sesuatu dari balik jaket yang baru ia kenakan kembali. Gadis itu berpikir jika Damian akan mengambil pistolnya dan membunuh mereka dengan mudah, namun pria itu malah mengeluarkan lembaran uang.
"Itu yang kalian inginkan, bukan?" Damian segera meraih tangan Anna dan berlalu pergi.
"Nona, kau cantik sekali. Mainlah bersama kami dulu ... pacarmu ini sungguh tak asyik!" seorang pria berambut keriting, nakal meraih dagu Anna, namun hanya sedetik karena tangan Damian begitu cepat menangkis dan mematahkannya.
"Jangan main-main dengan tangan kotormu!" kalimat bernada dingin itu sukses membuat orang-orang bergidik. Damian pun berlalu pergi masih menggenggam tangan Anna.
"Sialan, jangan biarkan mereka pergi!" ujar si plontos. Beberapa orang pun berlari mengejar Damian dan Anna.
Bugh
Seseorang mendaratkan tendangannya di punggung Damian. Pria itu menghentikan langkah dan berbalik setelah menarik Anna ke belakang tubuhnya. Tatapannya mengarah pada empat pria yang berdiri nyalang di depan.
Mereka menyerang secara bersamaan dan Damian mampu mengimbangi mereka dengan mudah. Pria itu sama sekali tak balik menyerang, ia hanya menangkis untuk bertahan. Mereka bukan tandingannya. Dan Damian sangat menghindari kekerasan yang tak berguna.
"Lihat, pacarmu memang tak asyik!" Anna nyaris terlonjak saat menyadari seseorang berdiri di belakangnya-sebut saja si plontos. Gadis itu menjerit saat pria tambun itu merengkuh tubuhnya dan menelusupkan tangannya ke balik gaun selutut yang Anna kenakan. Mencumbu sepanjang leher Anna dengan liar.
Sedetik kemudian, tubuh pria itu terhempas jauh. Damian menghantamnya dengan pukulan telak. Dalam sekejap saja, wajah pria plontos itu telah babak belur. Anna jatuh terduduk dengan lemas, ia melihat empat pria tadi jatuh pingsan, sedang Damian masih bergulat hebat dengan si plontos.
Dan Anna kembali menjerit saat pria itu menghantamkan sebuah botol bekas miras yang berserakan di beberapa tempat ke kepala Damian. Damian mengerang kesakitan sambil melangkah mundur. Darah mengalir dari pelipisnya, dan pandangannya sempat mengabur untuk sesaat. Ia segera menggelengkan kepalanya-berusaha mengusir rasa pusing-dan memberikan tendangan telak di wajah pria plontos yang terlalu berani memukulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apollo : Other Sides
AcţiuneEmpat agen intelijen internasional terpaksa menjadi buronan negara, dengan gadai nyawa untuk sebuah misi sekelas bunuh diri. Pemimpin mereka, Damian Xavier, dipertemukan oleh takdir dengan Anna. Gadis misterius yang ia jumpai di sebuah malam penuh k...