Chapter 42 - Losing Her

2.5K 269 43
                                    

***

Damian melangkah mendekati ranjang, Anna terlelap dengan selimut tebal menutup tubuhnya. Pria itu mendudukkan dirinya dan memandang raut Anna yang gelisah. Dahinya mengerut dan pelipisnya dibanjiri keringat. Lagi-lagi karena mimpi buruk. Damian menghela napas, ia membungkuk dan mendaratkan elusan lembut di kepala gadis itu. Ibu jarinya menyapu dahi Anna yang mengerut dan mengecupnya.

"Aku di sini, Anna. Jangan takut." Bisiknya seraya mendaratkan kecupan lainnya. Selang beberapa waktu, gadis itu berangsur-angsur tenang. Damian mengulas senyumanya dan beranjak pergi. Mendudukkan diri di sudut kamar sembari menanti pagi yang akan segera datang.

Anna terbangun dan mengerjap, ia mendapati Damian yang tampak sibuk dengan barang pemberian sang ibu. Sebuah gelang titanium yang berkilau cantik diterpa lampu. Gelang itu tampak terlalu feminin apabila dipakai seorang pria, tampaknya ibu Damiam membuatnya bukan untuk dipakai sang putera. Namun, ia berharap sang putera akan memberikannya pada seorang gadis yang kelak akan menjadi puterinya juga.

"Kau sudah bangun rupanya?" Anna tersenyum mendengarnya, ia pun beringsut dari ranjang dan melangkah mendekati Damian.

"Itu, pemberian ibumu, bukan?"

"Hmm, serupa dengan gelang yang Louisa kenakan." Anna mengangguk, pandangan beralih pada kotak beludru tebal yang digunakan untuk menyimpan gelang tersebut. Ia meraihnya, berniat mengambil gelang milik Louisa, namun ia malah tak sengaja membuat alas kotak tersebut terlepas.

Keduanya tertegun saat melihat beberapa lembar foto berjatuhan dari sana. Damian bergegas memunggutnya, ia sukses dibuat terkejut saat melihat lembaran itu adalah foto-foto dirinya. Anna yang sama terkejutnya pun langsung meraih salah satu foto tersebut. Memandang sosok Damian dalam balutan seragam sekolah menengah.

"Bagaimana bisa?" gumam pria itu penuh rasa heran

"Ini foto masa kecilmu hingga sekarang, Damian. Pantaslah ibumu langsung mengenalimu waktu itu." Anna mengurutkan foto-foto tersebut, membentuk transformasi dari sosok Damian saat kecil hingga menginjak usia remaja hingga dewasa.

Di urutan pertama, tampak foto Damian bersama keluarga angkatnya. Sosoknya yang mungil bersama seorang pria dan wanita muda. Mereka tersenyum begitu bahagia. Selanjutnya ada foto Damian ketika duduk di bangku sekolah dasar, sekolah menengah, hingga saat pria itu masuk ke akademi ISA. Terakhir, tampak foto kelulusan Damian dari akademi. Di sampingnya, tampak sosok seorang pria yang tak lain ayah angkatnya.

Anna mengernyit pada sebuah foto yang sukses menyita perhatiannya. Damian yang menyadari arah pandang Anna pun sontak dibuat terkejut. "Ini, siapa?" tanya Anna. Gadis itu menatap sosok Damian yang berbalut seragam Akademi, di pangkuannya duduk seorang gadis cilik dengan surai emas dan mata kehijauan yang cantik.

Hening cukup lama sebelum Damian menjawab dengan nada rendah, "Crystal, adikku."

"Dia pasti tumbuh sangat cantik sekarang. Kau tampak sangat menyayanginya." Anna mengulas senyum lebar dan mendongak, namun dikejutkan dengan raut Damian yang muram. "A-ada apa, Damian?"

"Kami kehilangannya beberapa tahun yang lalu. Sepertimu, dia mengalami kecelakaan." Anna bisa melihat dengan jelas kesedihan dan rasa bersalah yang begitu besar di kedua mata pria itu. Gadis itu sungguh tak menyangka, pria itu pasti telah melalui hari-hari yang sangat berat.

"Ah, aku sungguh minta maaf, Damian." Pria itu menunduk dan tersenyum, kelereng birunya yang berkaca-kaca tampak memandang wajah mungil Crystal yang tersenyum bahagia dengan penuh kerinduan.

"Aku takkan pernah bisa melupakan senyuman ini, Anna. Aku bertanggung jawab atas apa yang menimpanya."

"Apapun yang menimpanya, kuyakin Crystal akan sedih jika melihatmu terus menyalahkan diri seperti ini." Anna bergegas merengkuh kedua bahu Damian yang melorot lemas. Memberikan tepukan pelan di punggung lebarnya. Keheningan mengambil alih suasana, membuat Anna memutar akal untuk memecahkan atmosfer yang berat itu. Tetapi, kalimat Damian mendahuluinya.

The Apollo : Other SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang