***
"Ah, maaf sepertinya aku mengganggu diskusi kalian," seru Anna dengan cengiran lebar, "aku akan membuat sarapan." sambungnya dengan senyum manis.
Reaksi itu tentu saja membuat semua orang terkejut. Mereka kira Anna akan langsung memberikan rentetan pertanyaan mengenai apa yang dilihatnya. Tapi, nyatanya gadis itu tampak tak curiga sama sekali. Ia bahkan telah sibuk mengambil bahan makanan dari kulkas dan mulai memasak.
"Apa ini, apa dia tak curiga sama sekali?" bisik Juan sembari memberesi peralatannya. Begitu juga anggota Illusions yang lain.
Sementara itu, Anna berusaha keras menjernihkan pikirannya. Ia berusaha menjauhkan berbagai spekulasi yang bermunculan dalam benaknya. Hal-hal aneh yang ia temui sejak berjumpa Damian. Bisa dibilang perjumpaannya dengan pria itu pun sudah aneh.
Hari itu, Anna tak menyangka akan ada orang yang meloncat begitu saja dari pagar tinggi sebuah gedung tua. Tentu saja ia tak sempat mengerem mobilnya hingga menghantam tubuh Damian.
Anehnya, Damian masih tampak kuat setelah dihantam mobilnya. Pria itu bahkan mampu mengemudi sembari memangkunya saat dikejar sekelompok pria gila yang menembaki mereka.
Kala itu, adalah saat dimana Anna mendengar letusan senjata api secara langsung. Pertama kali pula ia merasakan ketakutan luar biasa kala berada di dalam situasi serangan peluru. Seumur-umur ia hanya melihat adegan seperti itu di novel atau film action. Tak pernah terlintas sekali pun jika ia akan merasakan di situasi seperti itu.
Belum lagi dengan kejadiannya bersama Damian kala berbelanja. Saat orang-orang aneh juga mengejar mereka, hingga kejadian di kelab itu .... Sontak Anna memegang bibirnya. Gadis itu mengatupkan matanya, teringat bagaimana Damian mencuri ciumam pertamanya. Bagaimana bibir pria itu menempel dan menyecap lembut bibirnya. Membuat jantungnya serasa ingin meloncat dari tempatnya.
"Kenapa wajahmu merah?" kalimat Veira sukses membuat Anna terlonjak kaget. Entah datang dari mana Veira sudah berdiri di sampingnya.
"Ah, tidak ... tidak apa-apa." mana mungkin Anna berani mengatakan jika ia baru saja memikirkan ciuman pertamanya yang direnggut oleh Damian. Mau ditaruh dimana mukanya nanti.
"Kau yakin?"
"Ya."
"Baiklah, sini kubantu memasak."
Selama sarapan berlangsung, Anna tak menanyakan apapun mengenai hal yang dilihatnya tadi pagi. Mereka menikmati sarapan seperti biasa dan bercanda seakan tak terjadi apa-apa. Untuk saat ini Illusions Team bisa bernapas lega. Setidaknya Anna tak menuntut penjelasan apapun dari mereka.
Semenjak kejadian pagi tadi, Damian dan rekannya memutuskan melanjutkan diskusi mereka di kamar Veira sementara Anna sedang menikmati siaran TV di lantai dua.
"Kau belum melanjutkan penjelasanmu, Damian." ujar Juan sambil mencomot sebuah biskuit.
"Intinya, mereka bertemu di tanggal dan bulan dengan angka sama. Misalnya saja, ia melakukan pertemuan di tanggal satu Januari, 01-01, pertemuan berikutnya tanggal 2 di bulan Februari, 02-02. Begitu selanjutnya. Tapi ..."
"Tapi apa, Damian?"
"Pertemuan terakhir satu-satunya pertemuan dengan pola tanggal yang berbeda, 3 November, 03-11." Damian mengakhiri penjelasannya dan menyandarkan punggung.
"Itu membuat kita tak bisa menebak pertemuan di bulan depan!" semua mengangguk setuju dengan kalimat Juan.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Veira dengan raut lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apollo : Other Sides
ActionEmpat agen intelijen internasional terpaksa menjadi buronan negara, dengan gadai nyawa untuk sebuah misi sekelas bunuh diri. Pemimpin mereka, Damian Xavier, dipertemukan oleh takdir dengan Anna. Gadis misterius yang ia jumpai di sebuah malam penuh k...