Chapter 21 - A Date?

4K 361 47
                                    

***


Anna bergegas menarik tangannya, terkejut bukan main karena perlakuan pria tampan di depannya itu. Ya, Emyr Caballeros memiliki wajah rupawan yang memikat. Senyumnya pasti akan dengan mudah meluluhkan hati kaum hawa di luar sana. Kelereng hijaunya memiliki sorot yang begitu dalam, seakan bisa menjerat siapa pun ke dalamnya. Namun, hal itu seakan tak berpengaruh sama sekali terhadap Anna.

Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah meja makan. Apa Damian melihat hal tadi? batinnya, konyol. Tentu saja Damian melihatnya, Anna merutuk. Entah mengapa ia merasa enggan jika harus duduk berdekatan dengan Emyr seperti saat ini. Merasa sangat tak nyaman saat Damian melihat semua hal memalukan barusan.

Emyr masih memandang Anna, menelisik tiap jengkal pahatan Tuhan di depannya itu. Tangannya menggoyangkan cairan merah yang ada dalam gelas, kemudian menyesapnya perlahan. Menikmati sensasi yang tercipta kala cairan itu mengalir di tenggorokannya.

"Puterimu sungguh cantik." pujinya, membuat Hamilton tertawa pelan. Sorotnya tak beralih barang sedetik pun dari sosok Anna yang terus menunduk.

"Tentu saja," ujarnya percaya diri, "Anna, hari ini pergilah keluar bersama Emyr, kau pasti menyukainya."

Seketika, manik Anna membeliak, terkejut, tentu saja. Selama ini, ia selalu berharap bisa pergi keluar atas izin sang ayah, namun sekali pun pria itu tak mengizinkan. Sekarang, pria itu dengan enteng memintanya pergi keluar bersama orang yang sudah Anna cap menjengkelkan.

"Tapi, Dad ..."

"Kau sangat senang, bukan?" Hamilton mengulas senyum lebar, memandang Anna seraya menyesap anggurnya. Gadis itu mengembuskan napas, percuma, ia takkan bisa melawan kehendak sang ayah.

"Tenang saja, Anna. Kau akan sangat senang nanti ..." Emyr bangkit berdiri dan membenarkan pakaiannya. Ia menjulurkan tangan kepada Anna, membuat gadis itu sempat meragu. Tetapi, Emyr langsung meraih tangan gadis itu begitu saja. Terpaksa Anna ikut bangkit berdiri.

"D-dad ... bukankah Ivan harus ikut?" Damian membelalak kala mendengar kalimat Anna, sementara Hamilton tampak mengernyit tak suka.

"Emyr mampu menjagamu." sahutnya yang berarti tidak.

"Tentu saja. Aku akan menjagamu," Emyr mengulas senyum dan merengkuh pundak Anna, membuat gadis itu semakin risi.

Sejak tadi Damian hanya diam, lebih tepatnya karena tak memiliki hak apapun untuk berbicara. Ia menyadari posisinya saat ini. Dalam hati, ia sungguh merutuk akan hadirnya Caballeros di sini. Tak pernah terpikir sekali pun jika pria itu akan muncul begitu saja di tempat ini. Bertindak sok tampan dan mengajak Anna keluar rumah begitu mudahnya. Damian berdecih dalam hati melihatnya.

Pria itu berlalu keluar dari ruang makan, langkahnya berhenti di balkon lantai dua. Pandangannya jatuh pada sosok gadis yang ada di bawah sana. Damian menghela napas, melihat Anna memasuki lamborghini hitam yang Emyr bawa.

Sesaat, Anna mendongak, membuat kelereng keemasannya bersirobok dengan manik es Damian. Tatapan sendu gadis itu seakan mengatakan banyak hal. Tetapi, satu hal yang Damian tahu pasti, Anna tak menginginkan pergi. Gadis itu merasa sangat tak nyaman. Dan Damian tak bisa tinggal diam begitu saja.


***

Hanya ada keheningan menemani perjalanan mereka. Sejak tadi, Anna lebih memilih menatap ke luar jendela. Memandang bangunan perkotaan yang berhias cahaya lampu. Berusaha keras tak menghiraukan pria di sampingnya itu—Emyr.

The Apollo : Other SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang