***
John mengeluarkan selembar permen karet tanpa gula dan mengunyahnya. Pandangan pria itu masih terfokus pada layar laptop yang terbagi menjadi beberapa bagian. Semua bagian itu menampilkan rekaman CCTV dari berbagai ruang.
Masih belum ada tanda-tanda pergerakan Hamilton di gedung utama dari Caroline's Night. Damian yang baru saja mengikuti rombongan Hamilton pun juga belum tampak. Pandangan John beralih pada salah satu rekaman dimana Juan dan Veira berada. Mereka masih berkelanana sembari menuju ke ruang kontrol.
Mata John menyipit, bukan karena melihat sosok Damian dan rombongan Hamilton yang berjalan berlainan. Tetapi, ia melihat rekaman yang membuatnya merasa ganjil.
"Apa aku melihat Anna?" gumam pria itu. Ia pun memainkan jemarinya pada keyboard dan memandang sebuah rekaman yang kini memenuhi layar.
Seorang gadis berambut pirang tampak berusaha masuk melalui pintu utama selayaknya para pengunjung.
"Bukankah dia kekasih Damian?" ia menggumam. John semakin mengerutkan dahinya. Ia pun mencari beberapa rekaman lain sebelumnya. Dan betapa terkejutnya pria itu saat melihat Anna keluar dari bagasi mobil yang dipakai Hamilton.
"What the hell, apa-apaan ini!?"
"Siapa pun, ada yang mendengarku? Ini Roxas."
"Roxas?" John memejamkan matanya sejenak. Mendengar bagaimana Dante menyebut nama aliasnya yang sudah begitu lama.
"Ada apa?"
"Apakah kekasih Apollo andil dalam misi ini!?" tanya John dengan nada tinggi.
"What! Apa maksudmu? Kekasih Apollo?" Venus pun berteriak mendengarnya.
"Apollo tak pernah punya kekasih!" Dante menegaskan.
"No, no, no, aku melihat Anna!"
"Jangan bercanda!" Juan berteriak.
"Kalian pikir aku bercanda? Mataku tak mungkin salah! Aku melihat Anna, dia menuju bangunan utama. Lantai pertama. Sisi kiri lantai dansa."
"Shit! Dimana posisi Apollo!?" Dante tampak panik. Kehadiran Anna? Apa yang gadis itu lakukan di sini. Ini benar-benar mengejutkan dan jauh tak terbayang.
"Apollo memutus sambungan sepuluh menit lalu. Sial, apa yang pria itu lakukan. Dia tak lagi terlihat sekarang!"
"Tunggu-tunggu, bagaimana gadis itu bisa di sini?" Veira bertanya, masih tak habis pikir saat tahu Anna berada di sana. Bukankah gadis itu dikekang ayahnya? Bagaimana bisa ia berkeliaran di mega club seperti sekarang.
"Aku tak tahu apa yang gadis itu lakukan. Tapi dia keluar dari bagasi mobil yang dipakai Hamilton. Ini gila. Ia pasti menyelinap diam-diam."
"Astaga, Apollo benar-benar harus bertindak. Di mana pria itu!" Juan mengoceh dengan nada khawatir. Terdengar kasak-kusuk dalam sambungan komunikasi hingga hening beberapa saat. Mereka masih menjalankan tugas masing-masing sembari berusaha menghubungi Damian.
Di sisi lain, Damian yang melangkah melewati lorong di antara kamar para wanita penghibur, harus menemui suatu hambatan saat seorang wanita menariknya begitu saja. Ia begitu terkejut, untuk sepersekian detik pria itu seakan tak mampu bernapas.
Helai perak lembut yang sama dan dua manik gelap dengan sorot teduh penuh kehangatan. Bagaimana Damian bisa lupa? Tidak, ia takkan pernah lupa. Ia tak mungkin salah. Walau tahun-tahun memisahkan keduanya, Damian tak mungkin tak mengenalinya. Dia, gadis yang sama. Gadis kecil yang dikenalnya. Gadis yang selalu melindunginya. Waktu mengubah segalanya. Ia tumbuh menjadi wanita yang nyaris sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apollo : Other Sides
ActionEmpat agen intelijen internasional terpaksa menjadi buronan negara, dengan gadai nyawa untuk sebuah misi sekelas bunuh diri. Pemimpin mereka, Damian Xavier, dipertemukan oleh takdir dengan Anna. Gadis misterius yang ia jumpai di sebuah malam penuh k...