Chapter 3 - Mission

6.4K 523 48
                                    

***


"Tuan Jannivarsh?" ketiga rekan Damian sukses dibuat terpana. Selama ini belum pernah mareka bertemu langsung dengan pria itu dalam jarak sedekat sekarang.

Pria yang telah menjadi pimpinan White ISA itu ternyata masih terlihat awet muda dengan tubuh yang sangat terawat. Walaupun, gurat wajah yang mulai menua tampak di area matanya, tetapi tak begitu kentara. Namun, entah jika dibawah gemerlap cahaya.

Kini, yang menjadi pertanyaan adalah, untuk apa seorang pimpinan White ISA repot-repot menemui mereka?

Semua anggota ISA tahu, entah anggota baru atau lama, White ISA adalah impian seluruh agent. Kantor utama yang merupakan server data ISA di seluruh penjuru dunia. Tempat dimana semua data terkumpul dan tersimpan dengan aman. Penelitian dan uji coba yang akurat. Serta melahirkan teknologi canggih terbaru yang teruji dan berkualitas.

Pria itu masih berdiri tegak dengan senyum tipis. Tuan Smith pun segera beranjak untuk menyambutnya dengan senyuman.

"Apa kabar Anda? Bagiamana dengan nyonya?" tanya Tuan Smith membuat Tuan Jannivarsh mengulas senyum.

"Ya, dia baik-baik saja, hanya sedikit mencemaskan anak-anak." suara berat berwibawanya terdengar seiring dengan senyum yang terkembang.

"Syukurlah, saya sedikit khawatir akan kesehatan nyonya."

"Tidak masalah." tatapan Tuan Jannivarsh beralih pada anggota Illusions, tak terkecuali Damian yang sedari tadi memasang wajah dingin. Hal itu membuatnya sedikit menarik sudut bibir.

"Sepertinya kalian sudah mengenalnya, bukan?" Tuan Smith melirik anggota Illusions yang masih memandang kagum pria di sampingnya itu.

"Dia Tuan Zhayn Jannivarsh, pemimpin White ISA." dan anggota Illusions hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah melongo takjub, ketika Tuan Smith mengenalkan orang yang sesungguhnya tak lagi perlu dikenalkan. Siapa di ISA yang tak mengetahui penyandang nama Jannivarsh itu?

"Ah, kenalkan, kami dari Illusions Team. Saya Erios, dia Pluto, dan Venus, kemudian dia leader kami ..." Tuan Jannivarsh mengikuti arah pandang Juan pada Damian yang memandangnya datar.

" ... Apollo, aku mengenalnya."

***

"Lihat, aku sudah menyakinkan tim-mu, sekarang pulanglah walau hanya sehari," di sebuah rooftop yang cukup luas, keduanya berbincang.

Tuan Jannivarsh tampak melipat kedua lengannya di depan dada. Sementara Damian, pria itu memilih memasukkan dua tangannya pada saku mantel yang ia kenakan.

"Ibumu merindukanmu, dia selalu mencemaskanmu."

"Aku akan pulang," Damian menyahut, "tapi tidak sekarang." sambungnya masih dengan nada datar yang membuat Tuan Jannivarsh tersenyum. "Kau tak harus repot kemari dan membantu kami."

"Aku tak mengerti mengapa kau mengikuti jejakku. Jangan biarkan hatimu terus-terusan membeku, jangan menyiksa dirimu dengan rasa bersalah apalagi dendam. Aku tak ingin kau melewati jalanku yang itu."

"Kuharap kau akan segera menemukan seseorang yang akan menghancurkan kebekuanmu." pria itu pun berlalu menuju sebuah helikopter hitam yang telah menunggunya.

"Apa aku bisa menemukan orang itu seperti kau menemukannya? " Damian bergumam, menatap helikopter hitam yang kini terbang semakin jauh.

"Hoi, Damian!" suara itu membuat si pemilik nama menoleh. Dilihatnya anggota Illusions Team yang berlari mendekat.

The Apollo : Other SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang