Bab 8

78.9K 5.4K 296
                                    

Haii.. aku janji kemarin up date yah..

Maafkeun.. ujan gede jadi bikin mata pingin merem... hahaha

Btw, happy reading dah di part ini...

------------------------------------------------------------

Selama 30 menit dalam perjalanan menuju The Royals, Ariana lebih banyak menutup mulut. Meskipun ia sudah tidak segelisah tadi, namun dirinya tetap menjaga jarak dan waspada padaku.

Ariana berubah ketika Juan membukakan pintu mobil untuknya. Aku tidak bisa mendengar persis apa yang mereka perbincangkan, walaupun mereka hanya bercakap sebentar namun melihat keramahan yang diberikan Ariana pada sopir pribadiku tersebut membuatku sedikit cemburu.

Apa sih yang Juan lakukan untuk Ariana? Hanya membukakan pintu bukan?

"Ariana." Aku mengulurkan lenganku, secepatnya menghentikan percakapan di antara mereka, kemudian menuntun sikunya memasuki lobi The Royals.

Jovita, seorang guest relation officer yang sudah aku kenal menyambut kedatangan kami.

"Selamat datang, Tuan Christopher. Nona?" Setelah mengangguk ramah padaku, bola mata Jovita menatap Ariana.

"Ariana." Jawabku segera. Walaupun senyum hangat tetap terpasang di wajah Jovita, namun aku terganggu dengan pertanyaannya. Mengapa sampai Jovita tak tahu dengan siapa aku akan datang? Memangnya Ivy tak memberitahu sebelumnya?

Kepalaku langsung mencatat untuk menanyakannya pada Ivy esok hari.

Jovita mengangguk sopan ke arah kami. "Silakan ikuti saya, Tuan Christopher, Nona Ariana."

Jovita mengayunkan kakinya menuju pintu lift dan kami berdua mengekor di belakangnya. Aku sudah tak sabar tempat romatis seperti apa yang sudah Ivy pesankan untuk kencan pertamaku dengan Ariana.

Aku melirik Ariana dengan antusias. Kebetulan sekali, ia juga tengah menatapku. Namun bukan tatapan kegembiraan seperti yang kuharapkan, tetapi ia malah memandangku penuh kecurigaan.

Dengan cepat aku mencerna maksud tatapan Ariana. Apa dia mengira aku akan membawanya masuk ke salah satu pintu kamar hotel yang kami lewati ini?

Tiba-tiba saja aku sudah menahan senyumku sendiri.

"Ariana, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Bisikku geli. Ariana mengerjap terkejut ke arahku.

Aha, ternyata dugaanku benar!

Ariana tak menjawab, namun dari raut wajahnya aku tahu, dia lega.

Kami tiba di depan sebuah pintu yang berukuran lebih lebar dari pintu-pintu lainnya yang ada di seputar sini. Dugaanku pintu ini menuju ke sebuah ruangan yang pastinya sudah di desain seromantis mungkin sehingga pas untuk sebuah romantic dinner-ku dengan Ariana.

Jovita mendorong kedua daun pintunya. Mata kami langsung disambut area selasar terbuka dengan binar redup dari lampu-lampu kuning yang menempel pada pagunya yang tinggi. Di bawahnya, satu set meja dan dua buah kursi lengkap dengan kanopi empat tiangnya yang mirip gazebo. Mereka ditata sedemikian rupa sehingga atmosfer romantis begitu kental terasa.

Oke. Aku menyukainya dan ini melebihi ekspektasiku. Apalagi aku menemukan bola mata Ariana menyorot terpesona.

Besok aku harus mengucapkan terima kasihku pada Ivy.

Perhatianku terputus oleh suara Jovita yang berdiri dengan tangan melipat santun di sebelah kami.

"Tuan Christopher, Nona Ariana, silakan." Jovita mengulurkan lengannya untuk mempersilakan kami. "Saya akan membawakan makan malam anda dengan segera."

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang