Bab 3

103K 5.9K 151
                                    

Happy reading semuanyah...

------------------------------------

Bagiku, tidak ada yang lebih buruk selain harus menunggu dalam ketidakpastian. Kegelisahan ini terus menggelayutiku setiap waktu. Bayangan wajah pucatnya yang misterius terus membayangi sepanjang hari. Seperti hantu yang gentayangan hingga ke lorong-lorong di dalam benakku.

Lebih menjengkelkan lagi, kegilaan ini takkan bisa berhenti sampai aku bertemu dengannya. Aku benar-benar teperdaya oleh pesonanya.

Damn! Aku benci merasa tak berdaya seperti ini. Gara-gara wanita lagi!

Selama ini wanita-wanita selalu mengelilingiku, mereka tampil habis-habisan untuk menarik perhatianku. Ibaratnya, hanya dengan menjetikkan jari, mau model bagaimana, mau secantik apa, aku bisa mendapatkan mereka dengan mudah.

Aku sadar betul kalau aku adalah sebuah magnet yang sangat kuat untuk menarik lawan jenisku. Wajahku tampan dengan harta berlimpah yang hanya diwariskan untukku.

Siapa yang tidak kenal kerajaan bisnis Sagara Grup? Setiap pebisnis di Indonesia pasti tahu siapa di belakang Sagara Grup hingga menjadi gurita raksasa seperti sekarang.

Akulah Christopher Regan.

Mendengar namaku saja sudah membuat kaum hawa yang di seputarku langsung menjerit histeris.

Seharusnya aku tidak kesulitan untuk mendapatkan Ariana Darmawan, bukan?

Dia hanya wanita biasa saja. Tidak ada yang istimewa pada dirinya. Dari cerita Melani, dia hanya seorang wanita manja dan keras kepala yang menjadi seorang pelukis_kupikir itu pekerjaannya.

Bahkan wajahnya tidak lebih cantik dari wanita-wanita yang aku kencani selama ini.

Apa kelebihannya lagi? Tidak ada.

Namun mengapa wajah Ariana yang datar dan polos tanpa polesan apapun itu malah mampu menjungkirbalikkan hatiku, saat itu juga.

Aku mendengus frustasi.

Wanita ini sekarang sudah memaksaku hanya tepekur di depan meja bar di sebuah club paling elit di Jakarta tanpa mampu berbuat apa-apa alih-alih menikmati waktu untuk bersenang-senang seperti saran papa.

Manik mataku menatap kosong cairan bening yang isinya sudah berkurang hampir separuh dari gelas di depanku ini. Pikiranku buntu. Otakku macet.

Aku sama sekali tak mendapatkan jalan atau setidaknya mempunyai ide, bagaimana seharusnya proses ini berjalan seperti yang kuinginkan sehingga aku bisa melihat dia lagi, atau kalau bisa memilikinya segera!

Sebuah gerakan di sebelah kursiku memaksa kepalaku menoleh. Aku berharap mataku akan menemukan Kevin, sahabat yang selama ini selalu ada bersamaku.

Shit! Aku malah mendapati sepasang mata yang menyorot sinis penuh kebencian ke arahku.

Benar-benar sial aku malam ini.

"Menyesali tunanganmu yang sudah kaucuri dariku, Hhmm?" Bisik pria yang sengaja duduk di sebelahku ini. Dari wajahnya yang sudah merona, tampaknya pria ini sedikit mabuk.

Malas-malasan aku mengalihkan mataku kembali menatap gelas di depanku. Aku bergeming meski ia mulai melontarkan kalimat provokatif padaku.

Terdengar tawa sumbang disertai dengusan keluar dari mulutnya.

"Oh, aku lupa. Mana pernah kamu menyesal, kamu hendak menikahinya hanya demi bisnis semata-mata." Ocehnya lagi.

"Pergilah, Hansel. Kalau kamu butuh curhat, bukan di sini tempatnya." Balasku dingin. Aku malas meladeni ucapan mantan pacar Melani ini, yang selalu menganggapku sudah merebut kekasihnya.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang