Bab 16

73.3K 4.3K 129
                                    

Happy reading yak.. hehehe..

----------------------------------------------------

Ariana menoleh lantas terkejut memandangku. Mungkin dinginnya suaraku sampai hingga ke telinganya.

Mendengar nama Ariana disebut, pria yang ada di sebelahnya ikut berpaling hingga aku bisa melihat wajahnya.

Kevin?! Sejak kapan Kevin menemani Ariana di sini?

Aku mengabaikan wajah sahabatku yang menyeringai santai di sebelah Ariana, seolah tak menyadari betapa gusarnya aku saat ini.

Dari tempatku berdiri, mataku dan Ariana saling bersinggungan untuk beberapa saat sebelum detik berikutnya sikap Ariana berubah. Bola mata itu yang awalnya terkejut menatapku berubah menjadi keras. Apakagi, Ariana menaikkan sedikit dagunya sembari membuka mulut.

"Hai, Christopher." Bibirnya menyeringai dan entah mengapa.. aku tak menyukainya.

Ada apa dengan Ariana? Hanya beberapa menit ia hilang, tiba-tiba saja ia sudah bersama Kevin dan sikapnya menjadi aneh di mataku.

Aku mengernyitkan dahiku lalu bergerak melangkah mendekati kursi mereka. Dalam jarak beberapa meter aku langsung paham mengapa Ariana menjadi seperti ini. Apalagi kulit wajahnya sekarang jadi sedikit memerah.

"Halo, Christopher." Kevin membuka mulutnya begitu aku tiba di dekat mereka.

"Kevin." Aku menoleh ke arah sahabatku sebelum memandang Ariana kembali. Aku tidak menyukai pemandangan ini. Ariana tidak pernah minum sebelumnya. "Berapa gelas yang Ariana habiskan? Jangan membuat istriku mabuk, Kevin."

Aku berpaling kembali menatap Kevin sesaat untuk menegurnya. Ia malah menanggapi dengan tertawa kecil.

"Gelas? Christopher. Ariana belum pernah minum sebelumnya. Dia hanya minum tiga teguk, mungkin. Itu tidak akan membuatnya mabuk."

Aku mendengus. Tiga teguk? Ariana menandaskan semua isinya!

"Ariana?" Tanyaku memastikan. Kalau Ariana tidak mabuk, aku ingin mengajaknya segera pergi dari meja ini dan menemui rekanan bisnisku yang lain.

Ariana menggeser tubuhnya dari kursi lalu berdiri di depanku.

"Aku tidak mabuk, Christopher. Aku seratus persen waras meski beberapa orang di sini sudah membuatku hampir gila. Oh iya? Apakah kamu sudah selesai beranjangsana dengan teman-teman wanitamu? Karena kalau sudah, aku ingin segera pergi dari sini!" Desis Ariana. Aku terkejut dengan tanggapan Ariana.

Ada apa dengannya?

Suara Ariana rendah namun cukup terdengar hingga ke telinga Kevin. Pria ini langsung tertawa dibuatnya. Wajahku pasti memerah sekarang.

Sialan! Aku menggeram menahan kesal. Kupikir ini tidak lucu sama sekali! Ariana yang meninggalkanku mengapa justru malah dia yang marah padaku?

"Oke. Kita pulang sekarang juga. Selamat tinggal, Kevin." Tukasku segera. Lenganku meraih tubuh Ariana, mengajaknya berlalu dari mini bar tersebut.

Aku sempat mendengar balasan suara Kevin di belakangku.

"Bye, Kevin. See you." Ariana masih menyempatkan memalingkan wajahnya ke arah Kevin. Namun, aku segera menggenggam tangan Ariana dan menariknya cepat.

Sepertinya mengajak Ariana berkeliling ballroom untuk bertemu dengan rekanan bisnisku bukan pilihan yang tepat. Aku melirik Ariana yang berjalan di sebelahku. Mulutnya mengatup rapat, permukaan wajahnya yang keruh bersemu merah. Entah karena efek minuman atau karena ia masih marah padaku.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang