Bab 24

48.5K 3.1K 96
                                    

Haaiiii... ini fresh from the oven loh!

Misik panas...

Hahaha.. tumben banget yak gue up date siang siang bolong ginih...

Happy reading!

=========================================

Aku bangun pagi dengan perasaan tertekan. Ada kerinduan yang menggigit tiba-tiba. Tak sadar sebelah tanganku membelai permukaan ranjang di sisiku yang terasa dingin.

Seperti zat adiktif, aku membutuhkan Ariana sekarang. Mendekap tubuhnya, merasakan kehangatannya, menghidu aromanya.

Setelah semalam aku tiba di rumah pukul dua belas malam, aku harus puas hanya dengan memandang Ariana tidur di kamarnya. Menahan diri agar tak berbaring di sisi Ariana dan menganggu tidurnya yang terlihat sangat damai.

Aku ingin Ariana segera memindahkan barang-barangnya ke kamarku. Aku tak bisa menunggu hingga sekembalinya Ariana dari Bali seperti yang dulu pernah ia katakan saat romantic dinner kami, aku tidak sesabar itu.

Kapan Ariana akan berangkat ke Bali?

Mengingat kepergiannya sendirian ke Bali, membuat perasaanku semakin jatuh. Lebih terpuruk lagi membayangkan Ariana akan bertemu dengan sahabat Jepangnya yang bernama Kiyoshi itu. Bagaimana Ariana bisa begitu santai dan tampak riang saat mengobrol dengannya, bahkan hanya dalam telepon.

Perasaan tak rela menyelinap begitu saja dalam hatiku, menyulutkan percikkan cemburu yang membara di dada.

Damn. Dia istriku! Pria Jepang itu tidak punya hak apapun atas Ariana.

Apakah perlu aku mengambil cuti untuk menemani Ariana selama ia berada di Bali? Aku berharap waktunya tidak bertepatan dengan jadwal bisnisku ke Singapore.

Sialan. Aku tidak akan bisa bernafas dengan tenang kalau sampai Ariana sendirian di Bali.

Mengingat ucapan Detektif Jeremy beberapa waktu lalu, aku tetap harus menempatkan satu orang untuk menjaga Ariana. Pilihanku jatuh pada Charlie. Aku akan meminta pendapat Juan mengenai ini dan meminta Charlie untuk mempersiapkan dirinya.

Well, setidaknya selain menjaga Ariana terus-menerus, aku bisa meminta Charlie untuk mengawasi andai pria Jepang itu mulai macam-macam dengan istriku! Sehingga aku bisa mengikuti perkembangan Ariana selama ia berada jauh dariku.

Good idea! Aku mulai agak tenang sekarang.

Aku beranjak dari tempat tidur sembari mengingat-ingat hal apa saja yang hari ini harus aku lakukan untuk Ariana.

-oOo-

Aku duduk di kursi bar menunggu Bella menyiapkan kopi dan sarapan untukku. Jari telunjukku menggeser layar ponsel, bola matakku bergerak cepat membaca jadwal meeting yang sudah disiapkan Ivy untukku selain menelusuri email yang kuanggap penting.

Bella meletakkan secangkir kopi panas beraroma menggiurkan di depan mejaku.

"Bella, apa Ariana sudah memintamu untuk memindahkan barang-barangnya ke bawah?" Tanyaku pada Bella tanpa mengalihkan manik mata pada layar ponsel di tanganku.

"Belum, Tuan Christopher. Kalau memang harus segera dipindahkan, nanti siang saya akan menanyakan pada Nyonya Ariana. Barangkali nyonya lupa, Tuan."

Mendengar balasan Bella, aku menegakkan kepala menatap Bella yang berdiri sigap di depan meja kitchen island. Lantas aku menggeleng tegas ke arahnya.

"Tidak perlu. Tunggu Ariana yang meminta, Bella. Mungkin ia belum selesai berbenah." Balasku pada Bella. Berbagai dugaan melintas di kepala.

Apakah Ariana tidak menginginkanku selalu berada di dekatnya? Ironisnya, kondisi ini justru sangat berkebalikan denganku. Aku kecanduan dirinya. Setelah apa yang sudah kami lalui bersama, aku bahkan tidak bisa berlama-lama tanpa kehadirannya. Apakah bercinta dengan liar dan lenganku memeluk tubuhnya sepanjang malam, tidak ada artinya bagi Ariana?

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang