Bab 41

48.5K 3.3K 208
                                    

Heeyyy.. i'm back..

cepet kaaan

enak kaan..

puas kaan..

Hepi reading..

===============


Pukul setengah tujuh pagi aku sudah selesai membersihkan diriku. Kedua orang tuaku malah sudah tiba di rumah sakit sejak tiga puluh menit yang lalu. Membawa perlengkapan yang aku perlukan berikut dengan sarapan berupa nasi goreng yang dibuat mama sendiri untukku dan Danis.

Ada yang sedikit mengejutkanku, papa datang mengenakan kemeja lengan panjang licin serta lengkap dengan dasi biru tua favoritnya.

"Semalam papa memutuskan untuk menggantikanmu sementara di kantor kita, Christopher. Papa kemarin sudah berdiskusi dengan Meghan. Sehingga kamu bisa fokus untuk memulihkan kondisi fisik serta mental istrimu."

Aku menyetujui usulan papa tersebut mengingat saat ini selain aku harus memulihkan kondisi Ariana, pastinya aku juga harus fokus dengan proses hukum yang segera akan aku lakukan untuk Kevin serta Isabele yang sekarang tidak tahu wanita itu entah berada di mana, di samping urusan bisnis yang tentu saja tidak bisa aku tinggalkan begitu saja.

Bantuan papa padaku di saat seperti ini sangat meringankan bebanku.

Ariana masih terlelap saat aku menghabiskan nasi goreng buatan mama berdua dengan Danis. Papa sudah berangkat ke gedung Sagara, sementara mama tengah sibuk berbincang di telepon di luar kamar dengan buku tebal di tangannya. Danis pamit pergi mencari kopi. Sedangkan aku duduk di kursi di sebelah ranjang Ariana dan mengamatinya tidur sejak tadi.

Pikiranku saat ini masih bergelut dengan rencanaku kemarin. Aku nyaris kehilangan dirinya. Apapun akan kulakukan untuk membuat Ariana bahagia dan melupakan trauma yang diakibatkan oleh kebodohanku.

Aku sudah membayangkan, setelah Ariana pulih dari luka fisiknya, aku berencana mengajaknya jalan-jalan. Selain sebagai therapy healing, juga sebagai bulan madu untuk kami berdua. Aku sanggup membawanya keliling belahan dunia manapun yang Ariana inginkan. Hanya saja jika melihat kondisi fisik Ariana, rencanaku ini baru bisa terwujud satu bulan lagi bahkan mungkin lebih.

Lantas sekarang apa yang bisa kulakukan untuk membuatnya merasa lebih baik?

Buang jauh egomu, Bodoh!

Dalam tidurnya, Ariana mengerang lirih dan tampak gelisah. Pupil matanya bergerak-gerak lemah. Hatiku tercabik-cabik menyaksikan pemandangan di depanku sekarang.

Apakah ia tengah mengalami mimpi buruk?

Jemariku ingin mengelus permukaan wajah Ariana untuk menenangkan, tapi urung kulakukan karena khawatir membuatnya terkejut.

Seketika pikiran itu kembali datang dan menyergapku cepat, membuat diriku semakin menjadi orang berdosa. Ariana sudah menderita karenaku dan karena ulah sahabat-sahabat sialanku. Sekarang, apakah aku tega menjauhkan Ariana dari sahabatnya?

Sial. Mengapa hanya bajingan itu satu-satunya sahabat Ariana yang aku kenal sih?

Aku membungkus lembut telapak tangan Ariana di antara kedua tanganku. Bagaimana kalau setelah tahu peristiwa ini lantas ia malah berencana ingin mengambil Ariana dari sisiku, persis seperti apa yang pernah dia katakan padaku dulu?

Memang itu pantas kamu dapatkan, Christopher! Nafasku terengah dengan sendirinya.

Tidak.

Hati-hati aku menciumi buku-buku jari Ariana sebelum meletakkannya kembali di samping tubuhnya. Apapun nanti yang akan terjadi, aku harus berani mengakui dan menghadapinya. Semua tak akan sebanding dengan apa yang sudah Ariana korbankan bagi keluarganya, perusahaan papanya, terlebih lagi bagiku.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang