Bab 9

76.6K 4.7K 148
                                    

Gue mau komen dikit nih..

Ada yg mengoreksi kalau percakapan antara fake bride dan christopher ada beda..

Harusnya sih sama.. tapi waktu aku nulis christopher dan baca tulisan fake bride lagi ada bbrp yang gak aku suka.. gimana ya.. agak kaku gitu..

Jadi tanpa mengurangi kegantengan bang christop, kuputuskan buat otak-atik dikit..

Tapi percayalah keseluruhan cerita kuusahakan tetep nyambung..

Gak percaya? Baca aja ntar sampe pinis... happy reading..met malming yak..

--------------------------------------------------------

Orang-orang di sekitarku pasti berpikir ada keanehan yang sudah terjadi pada diriku dalam beberapa hari ini. Mulutku lebih sering menyapa mereka dan sebuah pemandangan langka yang tentunya jarang mereka temui, seringai bahagia di wajahku.

"Selamat pagi, Tuan Christopher." Seperti biasanya, setelah meletakkan segelas kopi di atas mejaku, Ivy akan membacakan jadwalku seharian ini.

"Selamat pagi, Ivy. Cantik sekali hari ini." Balasku sembari membuka laptop di atas mejaku.

Sekali-sekali memuji bawahan sendiri tidak ada salahnya 'kan?

Ivy tertegun sesaat mendengar sapaanku yang tak biasanya. "Terima kasih, Tuan Christopher."

Mataku sejenak melirik geli ke arah Ivy yang tengah duduk dengan wajah merona senang.

"Okay. Bacakan." Tanganku meraih kopi, sedangkan mataku fokus mensortir email-email penting yang berbaris di layar laptopku, sementara cuping telingaku mendengarkan Ivy membacakan jadwalku hari ini.

"Nyonya Meghan meminta saya mengatur dan mengosongkan jadwal anda selama tiga hari, Tuan Christopher. Katanya anda mungkin butuh cuti dalam waktu dekat ini. Saya akan coba kosongkan jadwal anda mulai minggu depan." Ujar Ivy sambil membuka buku catatan di atas pangkuannya.

Aku menghentikan kegiatanku. Setelah menaruh kopi di sebelah laptop, aku menyandarkan punggung lalu menatap asisten pribadiku.

"Apakah menurutmu aku terlihat seperti seorang stres yang membutuhkan cuti tiga hari?" Tanyaku pada Ivy.

Asistenku balik memandangku, lalu menggeleng pelan.

"Sepertinya tidak, Tuan Christopher. Malahan menurut saya, anda terlihat sebaliknya." Jawab Ivy.

"Sebaliknya?" Aku menaikkan satu alis mataku, memandang Ivy bertanya.

"Benar, Tuan. Anda tampak sedang bahagia." Ivy mengulum senyumnya. Aku mengangguk setuju.

Aku memang sedang berjalan di awan..

"Batalkan permintaan Meghan. Bilang padanya aku sedang dalam kondisi terbaikku." Tanganku kembali meraih kopi dan menyesapnya cepat. Sementara mataku sudah membaca satu email dari Tuan Chow.

"Baik, Tuan Christopher. Dan ada satu lagi. Tentang peninjauan proyek apartemen di pulau reklamasi bersama Nona Isabele. Saya bisa jadwalkan anda besok sore sepulang kerja." Ivy menangadah lagi dari buku catatannya dan menunggu instruksi dariku.

Ah, aku hampir lupa ajakan Isabele untuk meninjau beberapa proyek kami, satu di antaranya adalah proyek pembangunan apartemen lima tower ini.

Sebenarnya tidak meninjau langsungpun tidak masalah untukku. Aku bisa meminta Meghan melihatnya untukku, aku tinggal meminta laporannya saja dan biasanya wanita ini akan memberikan penilaian yang sangat akurat padaku.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang