Bab 27

47.1K 3.3K 329
                                    

Hai ketemu lagi..

Sebelumnya gue mau nanya dong.. pingin tau ajah

Siapa yang baca Christopher masih suka bolak-balik buka The Fake Bride?

Brarti gue ada temen na duongg.. wkwkwk..

Happy reading cmuah..

=================

Nafasku mengeret oksigen penuh kelegaan saat Alpard yang kutumpangi akhirnya menggeleser pelan memasuki halaman sebuah bangunan. Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi, artinya kami tiba lebih awal tiga puluh menit dari perkiraanku.

Aku mendengus jengkel mendapati mobil kami mengalami kesulitan hanya untuk mendekati depan galeri milik Kiyoshi. Walau saat kakiku menjejak marmer hitam berkilap pada lobinya, enggan kuakui kalau banyaknya pengunjung yang datang dalam pembukaan galeri pria Jepang ini yang menyebabkan antrian mobil kami tadi.

Nuansa arsitek yang sarat dengan budaya lokal terasa begitu kental pada bangunan galeri. Di sela-sela mengisi buku tamu, mataku langsung dijamu oleh relief-relief yang terpahat pada dinding kayunya. Mereka menempel anggun berdampingan dengan kaca-kaca tebal berornamen kontemporer yang digunakan sebagai partisinya.

Well, galeri yang sangat elegan dan berkelas. Aku mendengus sendiri.

"Selamat menikmati pamerannya, Tuan." Seorang wanita muda dengan senyum berseri-seri memberiku sebuah katalog. Wajahnya cantiknya merona ketika aku menatap lurus matanya seraya mengucapkan terima kasih.

Kupikir acara belum dimulai, aku memeriksa sepintas katalog yang diberikan wanita muda tadi. Mataku melewati tulisan ordinary to extraordinary yang tercetak di halaman depan, lalu segera membuka halaman selanjutnya untuk menemukan apa yang kucari.

Hm, ada empat lukisan yang Ariana ikut sertakan dalam pameran ini.

Waktunya berburu. Kakiku bergerak cepat, melangkah lebih dalam memasuki area seperti lounge.

Mataku langsung dijamu oleh patung-patung dari jalinan ranting-ranting kering yang berdiri anggun di sebelah bangku-bangku kayu dari bekas batang pohon. Mereka diletakkan secara berderet horisontal dan tampak bersahaja di tengah ruangan, membuat pengunjung tertarik untuk duduk sembari menikmati lukisan-lukisan yang bertengger cantik pada dinding-dinding di depannya.

Cahaya lembut menerangi area lounge ini, hanya menyisakan sorot tajam lampu-lampu yang terfokus pada masing-masing lukisan. Meja-meja konsol berukiran motif lokal yang diletakkan pada lantai kayu ikut mempercantik lukisan-lukisan di atasnya.

Atmosfer di ruangan ini terasa akrab, penuh kehangatan sekaligus nyaman.

Oke. Aku bisa menangkap pesan yang ingin disampaikan sang kurator dalam pameran ini, ordinary to extraordinary.

Sialan. Bajingan yang genius!

Dan digilai wanita!

Aku mendengus. Sembari menyingkirkan rasa cemburu, aku melangkah melanjutkan misi ini. Menemukan Ariana berikut lukisan-lukisannya dengan Juan yang setia mengekor tak jauh dariku.

"Juan, hubungi Charlie untuk menemuiku__ hhmm.. dan katakan padanya agar jangan memberitahu istriku kalau aku ada di sini." Aku menoleh ke arah Juan. Aku yakin pria penjagaku ini bisa melihat ada kilatan misterius di kedua bola mataku.

Ya. Ya. Aku ingin memberi kejutan untuk istriku, Juan!

"Baik, Tuan Christopher." Juan mengangguk patuh dan segera berlalu dari belakangku.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang