Bab 32

37.6K 2.9K 132
                                    

Hai, welcome back di lapak gue..

Masih setia kan sama Christopher? Semogaaa

Slamat membaca semuaaa

==================

Suasana hatiku muram, kepalaku terasa sangat berat. Aku tidak benar-benar tidur semalaman. Sofa bed yang disediakan di dalam kamar VIP ini tidak cukup membuatku terlelap. Ditambah pula aku tidak tega membiarkan Danis tidur dalam posisi duduk menelungkup di sebelah ranjang Ariana. Pada akhirnya kami tidur bergiliran, dan aku lebih memilih untuk membuka pekerjaan yang dikirimkan Ivy padaku malam tadi. Sekilas mataku melihat Isabele juga sudah mengirimkan proposal dan portofolio bisnis baru yang ia tawarkan kepada Sagara.

Tidak ada perkembangan apapun dari Ariana, membuat hatiku semakin gelap. Berbagai bayangan jelek berkeliaran tak diundang datang ke dalam kepalaku. Kalau tidak ada cedera di kepala Ariana mengapa ia belum siuman juga? Bagaimana kalau Ariana mengalami amnesia, lantas ia sama sekali tidak mengingat siapa diriku?

Shit. Jauhkan pikiran buruk itu dari kepalamu, Christopher!

Aku hanya sempat membersihkan diriku dan mengenakan t-shirt yang dibawakan Bella semalam. Aku tak punya waktu lagi untuk bercukur ketika orang tuaku dan mertuaku sudah datang berkunjung pukul 7.30 pagi.

Aku lihat Tuan Reymon malah sudah siap dengan pakaian kerja lengkap dengan kemeja putih dan dasi biru mengikat rapi di lehernya.

"Maafkan aku, Christopher. Mungkin waktunya tak tepat, tapi aku harus katakan padamu tentang rencana kita ke Taiwan. Aku akan bicara lagi dengan mereka untuk melakukan re-schedule sampai waktu yang tidak ditentukan." Bapak mertuaku menepuk lembut pundak saat aku menemuinya di luar kamar Ariana.

"Terima kasih, Tuan Reymon." Pikiranku terlalu buntu saat ini, aku hanya mengangguk mengiakan.

"Aku harus pergi sekarang, Christopher. Kalau ada kabar apapun tentang kecelakaan Ariana, beritahu aku segera." Kali ini Tuan Reymon mendekatkan wajah seriusnya padaku.

"Tentu, Tuan Reymon." Anggukku tegas.

"Kamu dan Reymon berencana pergi ke Taiwan, Christopher?" Papa mendekatiku sesaat setelah Tuan Reymon meninggalkan rumah sakit untuk bekerja. Sementara mama dan Berta berada di dalam kamar Ariana bersama Danis.

"Benar, Pap. Kami hendak mengklarifikasi pertemuan papa dengan Tuan Yong karena Taiwan mengira pihak kita mengkhianati perjanjian kerjasama." Aku memijit pelipis. Kepalaku terasa semakin berat saja.

"Darimana mereka tahu pertemuanku dengan Yong?" Papa memandangku dan mengernyit tak mengerti. "Lagipula pertemuanku dengan Yong tidak ada hubungannya dengan bisnis Reymon."

"Ada yang menghasut mereka, Pap. Orang-orang jahat yang begitu menginginkan kerjasama kita dan Tuan Reymon gagal dengan menggunakan cara-cara licik." Aku mendesah panjang. "Tapi aku tidak mengerti mengapa orang-orang jahat ini melibatkan Melani dan Ariana? Ya Tuhan."

"Apakah Jeremy sudah menemukan petunjuk kalau kecelakaan ini punya motif yang sama?" Manik mata papa memperhatikanku dengan saksama.

"Dari hasil rekaman mengarah kuat ke sana, Papa. Namun sayangnya kita tidak mendapatkan apa-apa dari rekaman kamera CCTV dari gedung tempat terakhir mobil Ariana diparkir." Aku tertunduk. Aku membutuhkan sesuatu untuk membuatku bersemangat.

Semalam Detektif Jeremy sudah menghubungiku kembali untuk memberitahu perkembangan kasus Ariana. Dari informasi yang ia dapatkan, sayang sekali sang resepsionis yang melakukan panggilan untuk Charlie ternyata sudah lupa siapa yang sudah memintanya. Selanjutnya harapan kami selanjutnya hanya pada hasil rekaman CCTV. Detektif memang berhasil mendapatkan rekaman video apa yang terjadi dengan mobil Ariana saat Charlie naik ke lantai 15. Hasilnya mengejutkan, tampak seseorang yang dari posturnya seperti laki-laki, mengenakan topi untuk memancing berwarna hitam dan berkemeja putih tengah berjalan cepat mendekati mobil Ariana. Lalu laki-laki itu membuka kap depan dan melakukan sesuatu dengan ban depan mobil. Pergerakannya sangat cepat dan efisien dan selama ia bekerja, laki-laki ini sangat menyadari ada kamera CCTV yang mengawasinya. Terbukti ia tidak pernah sama sekali mengangkat wajahnya. Sehingga sekarang Detektif Jeremy kesulitan mengenali identitasnya.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang