Bab 43

52.8K 3.1K 239
                                    

Happy reading all..

=====================

Aku duduk di ruang kerjaku di rumah. Well, hari ini aku memang masih melakukan remote working dari rumah. Sejak kemarin Dokter Jerome sudah mengizinkan Ariana pulang ke rumah. Dan aku masih ingin menemaninya di rumah karena aku tidak sampai hati jika meninggalkan Ariana begitu saja untuk bekerja.

Aku sudah berjanji dengan diriku sendiri akan menemani Ariana melewati traumanya.

Walaupun ketika tiba di rumah, Ariana bersikeras kalau kondisi psikisnya baik-baik saja, namun aku tidak mempercayai ucapannya begitu saja. Terbukti saat kami turun dari Lexus dan memasuki rumah, tanpa Ariana sadari ia menegang dalam gendonganku. Apalagi ketika aku membawanya ke ruang studionya.

Aku sudah menawarkan sebuah healing therapy, seperti rekomendasi dari Dokter Jerome, untuk Ariana. Namun ia menolak tawaranku.

Aku sudah tahu, keras kepala adalah nama tengah Ariana.

Hari ini aku melakukan video conference dengan papa dan Meghan untuk membicarakan masalah bisnis sekaligus juga membahas mengenai rencana bulan maduku dengan Ariana. Aku mengulas kalau bulan madu bukanlah tujuan utama kami, akan tetapi lebih kepada healing therapy untuk Ariana.

Papa dan Meghan tidak keberatan dengan rencanaku. Meghan malah sudah meminta Ivy untuk mengatur jadwal perjalanan bulan maduku dengan Ariana. Rencananya kami akan memulai perjalanan pada awal minggu depan selama dua minggu dengan menggunakan jet pribadi dan singgah di beberapa tempat indah di Indonesia. Tempatnya sendiri aku menyerahkan sepenuhnya kepada Ivy.

Sebenarnya tadi papa hendak mendiskusikan sesuatu padaku. Dari nada suaranya yang sedikit mendesak, aku bisa menduga pasti ada hubungannya dengan kasus Ariana.

Ternyata papa lebih memilih untuk berbicara langsung kepadaku esok hari di ruang kerjaku di Gedung Sagara. Aku mengiakan permintaan papa.

Selesai sarapan tadi, aku menikmati pagiku dengan duduk sebentar di beranda belakang bersama Ariana dalam dekapanku. Aku merasa segalanya berakhir dengan sempurna. Ditemani cahaya lembut matahari, daun-daun bergoyang lembut terhembus angin serta suara keciak burung-burung entah hinggap di mana. Aku berpikir mengapa tidak sejak awal kami seperti ini?

Setelah membawa Ariana beristirahat di kamar, aku melanjutkan pekerjaanku. Salah satunya adalah melakukan video conference dengan papa dan Meghan untuk mereview semua pekerjaan, agar besok saat aku efektif di kantor tidak ada waktu yang terbuang.

Jam digital yang menempel pada dinding ruang kerjaku belum menunjukkan pukul dua belas siang. Belum waktunya untuk makan siang, namun aku melihat Bella berdiri sembari mengetuk pelan daun pintu ruang kerjaku.

"Ya, Bella?" Aku berpaling dari layar laptop dan memandang Bella dengan kening berkerut.

"Selamat siang, Tuan Christopher. Anda dicari Detektif Jeremy, Tuan. Apa anda ingin menemuinya?"

Detektif Jeremy? Pasti ada kabar penting darinya sampai pria itu harus mengunjungiku di rumah. Aku buru-buru mengangguk.

"Tentu. Aku akan menemuinya. Di mana dia sekarang?" Aku menutup laptopku segera. Bersiap berdiri untuk menemui Detektif Jeremy.

"Dia ruang tamu, Tuan." Bella mengangguk sopan sebelum memutar tumit dan berlalu meninggalkan ruang kerjaku.

Aku bersicepat beranjak dari kursi dan berjalan keluar menuju ruang tamu.

-oOo-

"Selamat siang, Detektif Jeremy." Aku mendapatkan Detektif Jeremy menunduk di kursi, sibuk dengan ponsel di tangannya. Kepalanya mendongak cepat mendengar namanya kupanggil. Ia segera berdiri mengulurkan tangan untuk menyambutku.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang