Bab 33

36.6K 2.9K 167
                                    

Terakhir update 5 hari yang lalu.. mayan cepets kan? yeay..

Happy reading..

Thanks buat semua pembaca setiaq

========================

Aku berdiri menatap panorama kemacetan Jakarta di kakiku. Berselimutkan langit kelabu yang menurunkan tirai gerimis tipis yang menyentuh tanah di bawah sana. Suasana hatiku datar dan suram seperti cuaca di luar jendela ruang kerjaku.

Sungguh ironis, hanya selang beberapa waktu yang lalu Ariana membuat hari-hariku bernyala dalam sukacita.

Aku merasa lengkap sebagai suami.

Sempurna sebagai laki-laki.

Sayangnya, aku terlalu percaya diri mengira sudah berhasil menggenggam Ariana. Ternyata aku sama sekali belum mengenalnya. Ariana masih misterius bahkan tak terjangkau. Ia satu-satunya wanita yang berhasil membuatku tak berdaya sekaligus sanggup menghancurkanku hingga berkeping-keping.

Seperti sekarang.

Mengapa Ariana tidak menginginkan anak dariku?

God. Kapan pertanyaan sialan ini berhenti berdengung dalam kepalaku?

Alih-alih percakapan kami yang terpaksa terjadi tadi pagi saat sarapan akan meringankan kesakitan yang kurasakan di dadaku selama beberapa hari ini. Sikap Ariana yang memilih mengelak dan bungkam semakin membuatku tak punya arah.

"Aku ingin berbincang denganmu, Christopher. Kita belum sempat berbicara selama ini. Tentang kecelakaanku." Pagi-pagi Ariana langsung menodongku dengan pertanyaan yang sengaja masih aku simpan rapat selama ini dari dirinya.

Ariana masih sakit, kupikir pastinya ia belum siap mendengar kabar buruk ini. Belum waktunya Ariana tahu seseorang menginginkan dirinya celaka. Tak bisa kubayangkan andai Ariana tahu kenyataan ini. Ia bisa lari ketakutan. Pergi dari sisiku dan meninggalkanku sendirian.

Aku tak mau ambil resiko Ariana tergelincir dari tanganku.

Meskipun Ariana menginginkan sebaliknya, Christopher?

Sialan.

Rasa sakit yang selama beberapa hari ini mati-matian aku tekan dalam-dalam di dadaku, seketika muncul kembali di permukaan.

Aku membeku sesaat, keinginan untuk menghabiskan sarapanku menguap begitu saja.

"Kamu tak seharusnya membebani kepalamu dengan hal-hal buruk, Ariana. Polisi masih menyelidiki penyebab kecelakaan itu. Charlie sudah memberikan keterangannya kepada polisi. Mereka akan memberitahu kita hasilnya kalau penyelidikan sudah lengkap." Aku meletakkan sendok, tak sanggup lagi memasukkan makanan ke dalam mulutku. Kepalaku berpaling memandang Ariana. Aku berusaha bersikap tenang berharap pembicaraan kami bisa segera teralihkan. Topik ini terlalu berat dibahas saat sarapan. "Aku ingin memberitahumu bahwa sementara Charlie belum bisa bekerja, kamu akan dijaga oleh Nelson."

Aku mendengus walaupun tersamar. Ia tahu aku menghindari obrolan kami.

"Jangan mengalihkan topik tentang kecelakaan itu, Christopher. Aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu." Ariana sedikit mendekatkan wajahnya padaku dan berbisik pelan karena Bella meletakkan sarapannya di atas meja kami. Tatapan mata Ariana tajam, suaranya rendah penuh tuduhan.

Aku terengah. Sadarkah Ariana betapa ia sudah melukaiku? Sekarang kalimatnya seolah mengopek dan menuang lukaku dengan air jeruk tanpa belas kasihan.

Jangan mengujiku, Ariana.

Dadaku sesak. Aku mulai kesulitan mengontrol emosiku.

"Aku tidak bisa mengatakan apa-apa sampai aku tahu persis apa yang sebenarnya terjadi, Ariana. Kita harus menunggu kesimpulan polisi." Kupejamkan kedua mataku. Pertahananku di titik rawan, nyaris runtuh. "Lagipula, siapa yang menyembunyikan sesuatu selama ini?"

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang