Bab 11

66K 4.1K 125
                                    


Haiii.. jumpa lagi..

Pada kangen sama nona rok sepantat ya?

Jangan khawatir, ntar kalian sering-sering kokketemu dia... hahaha

Happy reading....

-------------------------------------------------

Pagi-pagi, aku menikmati pemandangan eksotis tengah berjalan mendekatiku saat sarapan. Setelah semalam, pagi ini Ariana kembali memanjakan mata sekaligus menyiksa libidoku dengan baju halter neck yang memperlihatkan bahu mulusnya.

Ivy dan butik langgananku sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Aku tidak keberatan dengan pilihan koleksi mereka untuk Ariana, asalkan hanya untuk mataku saja.

Walaupun setelahnya aku harus mati-matian menahan kuatnya dorongan hasrat untuk tidak menubruk dan membawa tubuh moleknya ke atas ranjangku.

Aku memang terhibur dengan tampilan Ariana pagi ini, namun tetap tak bisa menutupi sikapnya yang gelisah begitu ia menempatkan dirinya di kursi sebelahku.

Aku sudah mulai belajar dari sikap Ariana, cuaca hatinya sedang tidak baik saat ini. Sayangnya, aku bisa menduga apa yang menyebabkan Ariana tak nyaman duduk di sisiku.

Sebelum pulang kemarin sore, Ivy memberitahuku kalau ia sudah membuat transfer instruction pada bank. Pagi ini aku harus bersiap menghadapi gelombang kemarahan Ariana.

"Ada apa, Ariana?" Tanyaku melirik sebentar ke arah wajahnya yang tampak muram.

"Kamu yang mengirimkan uang seratus juta ke dalam rekeningku, Christopher? Darimana kamu tahu informasi bank account-ku?" Tanya Ariana lirih dan kaku.

Aku bergeming sesaat, menakar seberapa besar kemarahannya.

"Ya. Benar. Aku memang mengetahui semua informasi tentang dirimu, Ariana. Termasuk bank account-mu. Aku meminta maaf kalau aku tidak memberitahumu terlebih dahulu tentang uang ini. Kamu marah karena masalah ini 'kan?"

Aku menatapnya tajam. Memperhatikan setiap detail perubahan di wajah Ariana.

"Ya." Suara Ariana berhembus bersama nafasnya. Tampak sekali ia tengah mengatur emosi.

Oke, aku mengerti arahnya. Sekarang saatnya aku mengatakan apa tugasku sebagai suaminya.

"Uang itu adalah bagian komitmenku sebagai suamimu, Ariana. Aku akan mengirimkan uang setiap minggunya ke dalam rekeningmu. Tentunya aku tak perlu memberitahumu setiap kali aku menjalankan kewajibanku, bukan?"

Aku menjelaskan dengan tenang sembari memandangi bibir Ariana yang mulai mengatup rapat. Kegelisahan itu masih berjejak jelas di wajahnya.

Seharusnya Ariana bisa memahami posisiku sebagai suaminya, meski ia tidak bisa terima caraku ini begitu saja.

Bagian mana yang paling membuat Ariana gusar, aku tak bisa menduganya. Apakah karena aku mengetahui detail bank account miliknya atau karena transferan uang itu sendiri.

"Christopher, aku bisa memahami komitmenmu. Tapi kumohon, mengertilah. Selama ini aku terbiasa hidup sendiri. Tidak pernah ada orang lain yang mengambil keputusan untukku, aku merasa tidak membutuhkannya. Mungkin karena___entahlah___aku bukan orang yang pandai dalam berkomunikasi. Di sini aku harus menyesuaikan semuanya dari awal. Sementara kamu menuntutku segera menyelesaikan PR-ku. Bagaimana aku bisa menyelesaikan semua PR-ku segera kalau kamu justru selalu memberiku soal-soal yang sulit?"

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang