Pada bosen gak sih sama christopher?
Hepi reading yak..
=============================
Sekali lagi aku melirik Rolex yang melingkar di pergelangan tanganku. Menatap jarum panjangnya yang berdetik angkuh, mengurungku di dalam ruang kesabaran. Seharusnya aku sudah mengangkat pantatku dari kursi ini lima belas menit yang lalu. Namun aku masih saja duduk menenangkan diri sembari menikmati kopi yang bahkan sudah hampir habis.
Aku sudah melompati batasku.
Satu fakta bahwa apa yang dikatakan Kevin benar. Tidak seorangpun yang bisa membuatku menunggu selama ini.
Demi Tuhan, Ariana! Turunlah!
Apakah Ariana tidak ingin bertemu denganku sebelum kepergiannya ke Bali? Empat hari lamanya kami tidak akan bertemu. Bisa saja lebih lama dari itu, kalau aku berniat membatalkan rencanaku untuk menyusulnya ke Bali.
Akankah Ariana akan merindukanku? Pertanyaan ini terus berdengung dan mengusik diriku.
Atau mungkin saja Ariana tidak akan mengingatku sama sekali setelah ia bertemu pria Jepang itu? Bukankah aku sempat mendengar kalau Ariana sudah tak sabar ingin bertemu dengan sahabatnya itu?
Damn! Jangan berpikir ke sana, Christopher!
Beberapa hari ini rongga dadaku sudah terlalu sesak oleh kecemburuan yang semakin membengkak saja.
Aku memanggil Bella yang melintas di ruang makan. Wanita itu langsung bergegas menghampiriku.
"Ya, Tuan Christopher?"
"Ariana.. sudah keluar kamarnya?" Aku merasa bodoh dengan pertanyaanku sendiri.
Bella menggeleng, menyembunyikan keprihatinannya. Sialan.
Aku tidak semenyedihkan itu! Erangku sendiri dalam hati.
"Belum, Tuan Christopher. Kalau anda ijinkan, saya bisa ketuk pintu kamar nyonya?" Bella menawarkan diri.
Aku menggeleng cepat.
"Tidak perlu. Sebentar lagi aku harus berangkat." Mataku pura-pura melirik Rolex di pergelangan tanganku.
Wanita segesit Bella pasti tahu kalau aku sudah terlambat lebih dari lima belas menit untuk berangkat ke kantor!
"Baik, Tuan Christopher." Bella mengangguk bijaksana namun urung balik badan karena tiba-tiba gumam ragu-ragu dan lirih, nyaris tak terdengar memecah lembut di tengah kami.
"Uumm.. selamat pagi."
Seketika kami berdua menoleh.
Ariana berdiri canggung. Matanya berkedip menatapku, bibirnya terbuka lalu mengatup cepat. Ada sebongkah batu besar yang menahan langkahnya.
Ada apa? Ada yang aneh dengan diriku?
Bella bergerak terlebih dahulu. Sembari undur diri Bella menanyakan pada Ariana apa yang ingin ia makan pagi ini.
Ariana menggeleng sesaat dan hanya meminta secangkir teh panas. Bella menyiapkannya secepat kilat.
Tak banyak membuang waktu__memang aku sudah kehabisan waktu__ aku berdiri menyambut Ariana.
"Selamat pagi, Ariana." Kedua telapak tanganku merangkum wajah Ariana. Kepalaku menunduk dan menemukan bibirnya yang lembut dan hangat. Aku menciumnya penuh kerinduan, menggulung rasa kesal lantaran aku dibuat menunggu dan pastinya terlambat tiba di kantor. "Aku sengaja menunggumu. Sudah beberapa hari ini kita tidak makan pagi berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Christopher
General FictionWarning : 21++ Banyak adegan dewasa, mohon kebijakan pembaca! Dari sekian banyak wanita yang tergila-gila padanya, Christopher Regan, CEO dan pewaris tunggal dari Sagara Grup malah memilih Ariana Darmawan. Wanita misterius dan tertutup yang sudah...