Bab 21

57.8K 3.4K 131
                                    

Biar gak kangen lagee

Happy reading

Ncus deehhh...

========================


"Semua dokumen yang harus kamu tanda tangan sudah di bawa Juan. Aku harap besok semua sudah selesai dan bisa diproses." Meghan menjelaskan saat tengah berdiri di sebelahku di lobi Hotel Nusantara, menunggu mobil kami tiba. Aku hanya mengangguk. "Have a nice half day, Christopher."

Aku menoleh mendengar kalimat terakhir Meghan lalu tersenyum lebar.

"Kamu tidak menyukainya, Meghan? Aku mendengar ada nada jealousy." Godaku, tahu kalau Meghan tengah menyindirku.

"Siapa? Aku?" Sungut wanita paling efisien yang pernah aku kenal.

"Sagara Grup tidak akan jadi bangkrut hanya karena aku satu hari pulang lebih cepat. Hhm, kayaknya ada yang pernah mengatakan itu padaku?" Balasku mengingatkan.

Meghan tertawa akhirnya. Ia mengakuinya.

"Well, dari sekian hari mengapa memilih hari ini? You know, today is hectic day. But anyways, aku akui, memang selama ini kamu bekerja terlalu keras, Christopher. Malah menurutku lebih keras dari ayahmu. So, mengapa tidak mengambil cuti saja sekalian? Kalau hanya mengambil beberapa jam saja hari ini, kupikir waktunya kurang panjang." Saran Meghan.

Aku menggeleng dan tersenyum tipis padanya.

Ada waktunya, Meghan. Kalau Ariana sudah bisa menerimaku sepenuhnya. Saat ini aku hanya butuh sedikit kesabaran.

"Aku harus pergi." Aku berkata pada Meghan saat kulihat Lexus hitamku menghampiri kami. "Jangan lupa, kirim secepatnya draft MOU pertemuan kita hari ini. Papa ingin kerjasama ini bisa mulai secepatnya."

Lexus hitam itu berhenti di depanku. Dengan sigap Juan keluar dan membukakan pintu untukku.

"Sure. I will, Christopher." Meghan menjawab sebelum aku tenggelam ke dalam mobilku.

"Kita langsung pulang, Tuan Christopher?" Juan mengkonfirmasiku dari kursi depan.

"Ya, Juan." Jawabku singkat.

Perlahan, Lexus hitamku menggeleser keluar gedung Hotel Nusantara. Sementara aku membuang mataku untuk menatap langit Jakarta yang cerah.

Masih pukul setengah lima sore. Tenang, sebentar lagi aku bisa melihat istriku.

Aku tersenyum saat merasakan dadaku seketika berdegap dengan sendirinya. Seperti remaja hendak kencan untuk pertama kalinya, sedemikian kuat efek seorang Ariana bagiku.

-oOo-

"Selamat sore, Tuan Christopher." Bella menyambutku di depan pintu.

"Sore. Di mana Ariana?" Aku berhenti sejenak memandang Bella. Aku melihat Lexus Ariana ada di luar artinya ia pasti berada di rumah.

"Nyonya Ariana di studio, seperti biasa, Tuan Christopher." Ujar Bella cepat. Aku mengangguk, kembali melangkah menuju kamarku. "Anda ingin makan siang? Atau anda ingin saya menyiapkan sesuatu, Tuan?"

Aku memutar tubuhku. Bella berdiri menunggu perintah dariku dengan sikap formal seperti biasanya.

"Ya. Tolong buatkan aku kopi di ruang kerja." Pintaku sembari melanjutkan kakiku. Bella mengangguk sopan dan berlalu dengan gesit.

Aku membuka jas abu-abuku lantas melemparkannya ke dalam keranjang cucian. Menyisakan kemeja putih, aku sengaja mengeluarkan ujungnya dan menggulungnya hingga siku. Lantas mengganti sepatu dengan sandal rumah.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang