Bab 40

50.6K 3.2K 106
                                    

Biasanya sebelum meluncur di work ini, aku edit dulu biar kalians enak bacanya..

Yang ini gak sempet..

Maafkeun yak kalo ada yang aneh bilang aza

Happy reading yak..

Luv..

========

"Apa kamu kedinginan, Sayang?" Bisikku lembut di dekat telinga Ariana. Aku berdiri dari kursi yang kuletakkan di sebelah ranjang Ariana. Jemariku menarik ujung selimut hingga menutupi lehernya, lalu manik mataku berhenti pada wajahnya yang pucat.

"Kamu ada di mana, Ariana? Apapun akan kulakukan untuk membawamu kembali." Seperti doa, aku menghembuskan kalimat lirih padanya. Namun wajah itu tetap bergeming, tidak ada reaksi apapun. Aku mendesah. Bola mataku mengikuti ujung jemari yang bergerak halus menyusuri jejak-jejak luka di atas permukaan kulit Ariana. Pada lebam berwarna merah kebiruan di mata serta pipi Ariana. Pada sudut bibirnya yang masih terlihat bengkak akibat pukulan. Tanda kekerasan yang dialami Ariana tampak begitu kontras dengan kulit Ariana yang terang.

Aku meraih telapak tangan Ariana yang tak ditusuk jarum infus. Rasanya dingin di kulitku. Aku menggenggamnya di antara telapak tanganku kemudian mengecupi buku-buku jarinya, berharap bisa menyalurkan kehangatan sekaligus membuang bayangan mengerikan yang dialami Ariana tadi. Dahiku mengernyit kesakitan.

Bangsat kamu Kevin..

Dan Isabele!

Aku mendapati gigiku sudah menggertak kuat-kuat, napasku tersengal menahan luapan emosi di rongga dada. Apa yang salah dengan diriku? Mengapa orang-orang dalam lingkaran terdekatku malah yang paling membenci dan ingin aku hancur?

Aku melihat sendiri bagaimana reaksi Tuan Reymon dan papa saat aku memberitahu informasi yang kudapatkan dari Detektif Jeremy setelah menginterogasi Kevin. Ternyata sahabatku itu bekerja tidak sendirian. Kevin tak hanya menawarkan dirinya kepada Singa Makmur, business competitor Sagara paling agresif serta dikenal suka menggunakan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Tapi Kevin juga mengajak Isabele untuk melakukan pemufakatan jahat berdua!

Tangan Tuan Reymon terkepal hingga jari-jarinya memutih, sementara Mama Berta langsung tersedak tangis hingga Danis yang berdiri di sebelahnya harus memeluknya erat ketika mereka mendengar hubungan Isabele denganku.

"Bagaimana bisa orang-orang jahat berkeliaran di sekitarmu dan kamu tidak menyadarinya? Ya Tuhan.." Bisik Tuan Reymon dengan bahu layu. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

Tuan Reymon sudah kehilangan putri pertamanya dan hari ini ia nyaris kehilangan putri keduanya. Ia sama hancurnya denganku, mungkin dialah yang paling hancur.

Rasa bersalah kembali kuat menyerbuku, menjadikanku luluh lantak. Tak tahan lagi aku menghempaskan tubuh dengan melipat tungkai kakiku untuk memeluk kedua kaki papa mertuaku.

Apa yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku dan membuat perasaanku lebih ringan?

Tindakan impulsifku mengundang seruan dari orang tuaku, Mama Berta serta Danis. Aku merasakan tangan mama meraih bahuku namun aku tetap menunduk dan bergeming. Hingga terdengar suara teguran Mama Berta.

"Reymon."

Lalu terjadi keheningan yang menyiksa sebelum akhirnya terdengar Tuan Reymon menghela napas panjang.

"Berdirilah, Christopher. Penyesalan tidak ada gunanya lagi. Tidak akan bisa menghidupkan Melani kembali atau menghapus trauma yang dialami Ariana. Aku hanya.. merasa.. marah. Dengan diriku sendiri." Suara Tuan Reymon terdengar.. kalah. Perlahan aku berdiri.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang