Bab 29

53.3K 3.3K 244
                                    

Kalo nggak salah ada reader yang ingin tahu reaksi Christopher saat tahu Kiyoshi suka sama Ariana..

Nih gue kasih..

Tadinya gue mau release 2 part sekaligus.. ekstra, tp part 30 baru tulis setengah.. jadi ini duluan deh gue luncurin..

Happy reading yak.. yak.. yak..

=========================

"Kamu tampak senang, Christopher. Sepertinya urusanmu di Bali sukses." Goda Meghan pagi ini melalui video call. Kami baru saja selesai melakukan teleconference bersama Isabele, sebelum mereka meeting dengan perwakilan dari kamar dagang Singapore pukul satu siang waktu setempat.

Seperti yang sudah aku duga sebelumnya, Isabele seketika melontarkan ucapan-ucapan protes kepadaku karena aku membatalkan perjalananku ke Singapore. Untungnya aku dan Meghan sudah membicarakan masalah materi dan teknis meeting sebelum kami melakukan teleconference. Tidak ada perubahan yang berarti, aku bisa menjamin diriku sendiri kalau Meghan bisa melalui meeting ini dengan baik.

Sehingga aku tidak terlalu memperhitungkan keluhan Isabele tentang absennya diriku di sana.

"Begitulah, Meghan." Aku melemparkan cengiran senang ke arah Meghan. "Apakah jelas terlihat?"

Aku mengacak pucuk rambutku dengan malu. Meghan terkekeh melihat reaksiku. Di mata Meghan pasti tingkahku seperti remaja cowok yang sedang jatuh cinta.

"Aku sudah melihatmu tumbuh, Anak Muda. Bagaimana aku tidak hafal wajahmu saat kamu marah atau sedang bahagia seperti sekarang? Benar dugaanku, Christopher?" Tanya Meghan. Walau kami berjarak ribuan kilometer, namun kebahagiaanku menular pada Meghan melalui layar laptopku. Ia mengekor senyum cerahku.

Aku tertawa kecil menanggapi. Meghan selalu jeli untuk hal satu ini.

Saat membuka mata tadi pagi, aku merasakan diriku begitu lengkap. Setelah seharian kemarin aku menemani Ariana di galeri, malamnya kami lewatkan dengan makan berdua di gazebo di pinggir kolam renang dengan diterangi pendar lilin di tengah meja.

Mendengarkan Ariana berceloteh, menceritakan pengalamannya selama tinggal di Ubud. Sekujur wajahnya bersinar dengan kegembiraan. Aku takjub memandangnya, pertama bagiku aku melihatnya begitu lepas, dan aku bangga dengan diriku karena hanya ada aku di sana. Hingga tak sadar bibirku ikut melengkungkan senyum mengikuti gerakannya. Lalu mati-matian menampik perasaan cemburu saat bibir Ariana yang tampak penuh dan menggoda menceritakan tentang Kiyoshi, sahabatnya.

Shit. Si pengganggu, perusak suasana pula!

Oke. Aku memperingatkan diriku, betapa berharganya momen ini bahkan uangku belum tentu mampu untuk membeli waktunya setiap hari.

Pagiku hari ini semakin sempurna ketika langit masih kelabu dengan awan domba berwarna jingga bergerombol di atas cakrawala, kami berdua menyambut matahari dengan berenang bersama.

Walaupun aku sedikit menggigil karena-demi Tuhan-aku tak pernah menduga ternyata udara pukul lima pagi di sini cukup menusuk kulit. Alih-alih memberi kehangatan, kedua bola mata Ariana malah menatap remeh dan mentertawakan penderitaanku. Tentu saja aku tidak lupa, cuaca Ubud adalah makanan sehari-harinya selama ini.

Sialan. Seingatku, belum pernah ada yang berani mentertawakan seorang Christopher Regan!

Kalau tidak mengingat sekitarku, aku sudah menerkam Ariana.

Lihat saja, istriku harus membayar semua ini.

Dengan jari-jari yang sudah berkerut, akhirnya aku mendapat ganjaranku. Sementara aku sudah menahan diri sejak tadi melihat tubuhnya yang hanya terbungkus bikini merah yang kontras dengan kulit mulusnya, bersliweran di depanku.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang