Bab 46

66.8K 3.2K 175
                                    

Haiii.. akhirnya bisa up.. hehehe..

Ini edisi hanemun ya.. sudah tak warning..

Gak tanggung jawab kl jadi baper..

Hepi reading.. cusss

====================

Aku baru saja menyelesaikan teleconference dengan Meghan dan papa. Banyak hal yang kami bicarakan dalam meeting ini, terutama masalah rencana proyek kami di Singapore yang tersendat gara-gara kasus Isabele. Sagara Grup ingin mengakuisisi bisnis ini, dan aku akan berangkat ke Singapore segera setelah kepulanganku dari perjalanan bulan madu.

Setelah Isabele ditangkap, praktis Tuan Edward yang seharusnya mengambil alih semua proyek. Sayangnya, akhir-akhir ini ayah Isabele menjadi sulit dihubungi. Kredibilitasnya merosot di mata rekan-rekan bisnisnya, termasuk Sagara Grup. Menurut Tony, salah satu direktur mereka, Tuan Edward sekarang jarang terlihat hadir di kantornya. Tidak seorangpun tahu, apa persisnya kesibukan Tuan Edward saat ini. Kami hanya bisa menduga-duga menghilangnya Tuan Edward erat hubungannya dengan keberadaan Isabele di penjara.

Kabar terakhir Tuan Edward yang aku tahu adalah saat dirinya memaksa menemui Ariana di sebuah pusat perbelanjaan. Aku sempat dibuat panik dengan kejadian ini.

Pengalaman dikhianati oleh sahabat-sahabatku sendiri menjadi sebuah pil paling pahit yang harus kutelan dalam hidupku. Aku menjadi lebih selektif dan tidak mudah percaya kepada siapapun, termasuk juga Tuan Edward. Aku tidak tahu apa yang sanggup orang tua itu lakukan kepada Ariana.

Meskipun kejadian itu tidak berakhir dramatis seperti kasus Isabele dan Tuan Edward menghilang sesudahnya, namun tindakan dirinya yang meminta Ariana agar aku mencabut tuntutan hukumku sempat membuat papa mertuaku dan papaku sendiri marah besar. Perintah papa semakin tegas, tidak seorangpun dari pihak Kevin ataupun Isabele yang boleh mendekati Ariana. Untuk tujuan apapun.

Mereka berdua tahu, Ariana adalah kelemahanku. Aku akan melakukan apapun demi istriku, dan aku tidak menyangkal pemikiran mereka.

Aku beranjak dari kursiku. Iris mataku melirik sebentar ke arah pintu ruangan sebelah yang masih tertutup rapat. Di dalam sana, Ariana masih melakukan perawatan spa bersama seorang terapis wanita yang disediakan oleh pihak resort tempat kami menginap.

Mengaitkan kedua kakiku dengan sandal kamar, aku mengeret tubuhku keluar ruangan menuju gazebo yang ada di beranda belakang suites kami. Aku menunggu Ariana selesai dengan urusan spa-nya.

Setengah berbaring santai pada punggungku, mataku menyapu pemandangan yang ada di sekitar kolam renang pribadi ini. Persawahan yang mulai menguning, ditata serupa teras bertingkat serta menurun dan berakhir dengan dominasi hijaunya Pegunungan Manoreh memagari latar belakangnya. Tidak terlihat lagi stupa Candi Borobudur menyembul di tengah pepohonan ataupun punggung Gunung Merapi berdiri menjulang karena gumpalan awan dan kabut pukul satu siang sudah menutupi mereka.

Ariana memilih Yogyakarta sebagai destinasi terakhir bulan madu kami sebelum besok pagi-pagi kami harus kembali ke Jakarta.

Seharian kemarin kami berdua, dengan dikawal Juan tentu saja, menghabiskan waktu dengan menjelajahi Candi Prambanan, mendaki Candi Borobudur dan mengagumi kecantikan Gunung Merapi dari jarak dekat, setelah sehari sebelumnya menikmati eksotisnya ombak pantai selatan.

Sepanjang pagi hingga siang ini kami memutuskan beristirahat dalam suites yang kami tempati.

Sebenarnya aku tidak benar-benar istirahat karena sejak pukul sembilan pagi aku sudah harus kembali bergelut dengan pekerjaan serta sebuah jadwal teleconference.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang