Bab ini sebenarnya satu scene sama bab sebelumnya
Makanya padat dan singkat
Pokoknya happy reading buat kalians..
==================================
Kami kembali ke kamar hampir pukul setengah sembilan malam. Sebelumnya aku sudah memberitahu Meghan kalau aku tak bisa melakukan teleconference pukul tujuh dan akan menghubunginya setelah aku tiba di resort.
Menurut Meghan, Isabele mengamuk dan tak mau berbicara denganku malam ini. Aku tidak terlalu memikirkan hal itu, karena aku bisa mendapatkan laporan lengkap hasil meeting hari ini dari Meghan.
Berdasarkan informasi dari Meghan, meeting hari ini berjalan sesuai rencana. Mereka akan melanjutkannya esok siang. Kabar bagus untukku. Meghan memang bisa diandalkan.
Bahkan tadi Ariana dan Meghan sempat berkenalan secara resmi dan berbincang-bincang akrab walau hanya sebentar.
Dadaku mengembang dalam kegembiraan.
Selesai berurusan dengan sikat gigiku, aku melangkah keluar kamar mandi dan menemukan Ariana duduk di tengah ranjang sedang berbicara dengan seseorang lewat ponselnya.
Mengenakkan t-shirt dan celana pendek, aku membawa tubuhku bergabung dengannya di ranjang. Setengah berbaring, aku menumpu tubuhku dengan satu siku. Sambil menunggu Ariana menelepon, aku mempermainkan ujung-ujung rambut hitam lebatnya yang terurai dan menggelombang di ujungnya. Mengambil ujung rambutnya sedikit lalu melilitkannya di telunjuk dan membawanya di bawah hidungku, menghirup dalam-dalam keharumannya.
Baunya surgawi.
"Siapa, Ariana?" Tanyaku. Aku menegakkan tubuh dan menarik siku untuk bisa menikmati wajah Ariana dengan leluasa.
"Danis. Adikku minta dibawakan sesuatu untuknya dari Bali. Meski ia sudah kuliah, sikapnya terkadang masih seperti anak-anak." Keluh Ariana. Bibirnya mengerucut lucu, membuatku gemas ingin menggigitnya.
"Menurutku wajar saja seorang adik manja-manja dengan kakaknya." Aku menyampingkan helaian rambut yang menutupi wajah Ariana dan menyisipkannya di cuping telinganya. "Apa kamu sudah menghubungi Bella untuk segera memindahkan barang-barangmu ke kamar bawah?"
Jemariku bergeser turun dan membelai bibir bawah Ariana yang tadi mengerucut. Rasanya lembut dan padat di kulitku.
Napas Ariana berhembus gugup. Bola matanya melirikku sebentar sebelum cepat-cepat menunduk. Ia melarikan diri dari jari-jariku.
"Belum." Decit Ariana lirih. Ia lebih nyaman menatap jari-jari di pangkuannya daripada memandangku.
Lagi-lagi ucapan si bajingan tadi siang mengganggu ingatanku. Ariana selalu gelisah jika berada di dekatku.
Damn! Apakah aku adalah seorang dominan yang menakutkan baginya?
Aku menghela napas dalam. Satu tanganku bergerak mengelus rambut belakang Ariana dari pucuk kepala hingga punggungnya. Menyalurkan ketenangan padanya.
Aku ingin Ariana menyadari sepenuhnya jika aku tidak seperti yang ia bayangkan.
"Kita bisa menghubunginya sekarang." Usulku. Ariana berpaling dan memandangku ragu.
"Malam-malam begini?" Suara Ariana berdesis terkejut. Aku mengangguk.
Come on, Sayang. Mereka sangat tahu bagaimana menjadi seorang karyawan Christopher Regan yang baik.
"Bella lebih siaga dari yang kamu kira, Ariana." Aku meraih ponselku dari atas nakas di sebelah ranjang. Menggeser layar dengan cepat dan mencari nomor Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Christopher
General FictionWarning : 21++ Banyak adegan dewasa, mohon kebijakan pembaca! Dari sekian banyak wanita yang tergila-gila padanya, Christopher Regan, CEO dan pewaris tunggal dari Sagara Grup malah memilih Ariana Darmawan. Wanita misterius dan tertutup yang sudah...