Bab 19

65.4K 3.7K 88
                                    

Haii.. sorry buanget ya aku telat up date..

Moga-moga kalians tetep setia dengan tulisanku..

Met menikmati...

========================

Tubuhku keluar dari Lexus saat Juan berdiri tegap menahan pintunya terbuka untukku. Sebuah flashdisk sudah siap ada di kantong celanaku. Dalam perjalanan pulang tadi aku sempat memutarnya di dalam Lexus. Sempurna.

Aku mengingatkan diriku untuk mengapresiasi pilihan lagu yang dibuat Ivy untukku.

Hari ini aku sengaja pulang lebih awal dari kantor, tak peduli berapa banyak pekerjaan yang harus aku bawa pulang malam ini. Mengingat aku ingin membuat kejutan lagi untuk Ariana. Romantic dinner pertama kami setelah menjadi suami istri.

Suami istri. Aku tersenyum sendiri, dua kata itu terasa indah di lidahku.

"Selamat malam, Tuan Christopher." Bella menyambut kedatanganku dengan sikap formal seperti biasa.

"Dimana istriku?" Tanyaku.

"Nyonya Ariana ada di studionya, Tuan." Jawab Bella sigap.

Aku tertegun sesaat. Apakah Ariana tengah sibuk melukis untuk ikut dalam pembukaan galeri temannya yang di Bali? Laki-laki itu.. yang membuat Ariana tertawa lepas?

Aku menahan percikan cemburu yang tahu-tahu menyergap diriku.

Tidak. Tidak. Aku menggeleng kuat dalam hatiku.

Ada yang lebih penting ketimbang urusan cemburu-cemburu tak masuk akal ini, Christopher!

"Beranda belakang sudah saya siapkan seperti yang ada minta, Tuan Christopher. Silakan dicek, apakah masih ada yang kurang?" Bella menyambung ucapannya kembali.

Aku tersadar kemudian menoleh dan mengangguk, kakiku bergerak menuju beranda belakang.

Sebuah meja tertutup kain berwarna merah muda pucat lengkap dengan sepasang kursi klasik. Di atas alas mejanya terdapat dua batang lilin warna merah yang tertanam di atas holder yang bergaya klasik pula. Sebuah buket bunga mawar kuning pucat serta dua buah gelas anggur kristal.

Hhmm. Cantik dan sederhana namun elegan, seperti Ariana..

Aku mengernyit sekilas. Ada yang mengganggu mataku di sini.

"Bella, bisa kamu ganti alas mejanya dengan warna lain? Warna yang lebih gelap mungkin." Aku kurang menyukai warna pink. Romantis tidak harus diwakili dengan warna itu.

"Baik, Tuan Christopher. Nanti akan saya ganti.. dengan warna merah tua?" Tanya Bella padaku.

Aku menatap meja sekali lagi, berpikir sebentar.

"Good." Aku mengangguk setuju kemudian memutar tumit menuju ruang tengah di mana seperangkat audio system rumahku ada di sana. Aku menyiapkan play list. Mungkin nanti aku memutarnya untuk menemani makan malam kami atau aku bisa mengajak Ariana berdansa.

Dadaku berdegup bak remaja yang hendak kencan dengan pacarnya.

Bodoh Christopher! Aku menggeleng untuk mengenyahkan pikiran gila dari kepalaku.

Sekarang saatnya menyapa istriku yang cantik!

Kakiku bergerak cepat menaiki anak tangga menuju lantai dua.

-oOo-

Dari balik pintu kaca studio, aku berdiri sesaat memperhatikan Ariana. Ia tengah duduk memandangi kanvas besar yang tergantung di atas easel kayu di depannya. Sesekali tangannya terulur, bergerak kecil di atas kanvas lalu kepalanya meneleng ke kiri. Beberapa helai rambut menjulai dan jatuh di atas lehernya yang jenjang karena rambut yang tampak ia gelung asal-asalan.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang