Bab 31

51.6K 3.2K 174
                                    

Hai nongol lagi.. iye gue ngaku, sorry karna gue kelamaan..

Happy reading dulu yak

===============================

Tubuhku menyala dalam sukacita. Hatiku mengembang setiap paginya mendapati Ariana terlelap di sampingku dengan lenganku membebat erat tubuhnya.

Aku merasa lengkap sekarang.

Tentu saja, juga sempurna sebagai suami.

Aku berusaha menyingkirkan batu-batu kecil dari hubungan kami, membuat Ariana merasa nyaman dan tidak asing berada di dekatku.

Tidak akan ada Ariana yang gelisah dan canggung, kalau tidak ada Christopher yang dominan, suka memerintah dan seorang pengatur akut.

Well, ini terdengar tidak mudah bagiku. Ketiganya adalah nama tengahku. Aku dibesarkan dan dibentuk oleh orang tuaku untuk membawahi ratusan ribu karyawan. Dengan kecerdasan dan kecakapan yang kumiliki, aku mampu mengontrol dan selama ini semua karyawanku patuh kepadaku.

Tapi Ariana istrimu, bukan bawahanmu, Bodoh!

Oke. Mungkin mantra ini harus aku tanam dalam-dalam di kepalaku, kalau perlu hingga di bawah sadarku.

Sejak menjejakkan kakiku kembali di rumah, aku merasa belum pernah begitu penuh energi seperti saat ini. Setiap harinya aku melewati pekerjaanku dengan sangat efektif.

Aku meminta Ivy tidak menjadwalkan lagi pertemuan ataupun dinner bisnis dengan siapapun di atas pukul tujuh malam, kecuali dengan keluargaku.

"Wow, ternyata short honeymoon memberi efek bagus padamu, Christopher," seloroh Meghan kemarin pagi saat menyambangi ruang kerjaku. "Aku dengar dari Ivy, sekarang kamu setiap hari pulang jam enam sore. Luar biasa, Christopher."

Aku hanya tersenyum menanggapi. Sepenuhnya sadar akan konsekuensi dari 'pulang pukul enam sore', aku harus membawa pulang lebih banyak pekerjaan dari sebelum-sebelumnya. Panggilan tanggung jawab untuk mengontrol dan memastikan kerajaan bisnisku hari itu berjalan sesuai rencana, yang artinya aku baru bisa menanggalkan status CEO-ku selepas pukul sebelas malam.

Semua itu langsung terbayar lunas dengan apa yang aku dapatkan. Setiap malam, dari ruang kerjaku, aku bisa melihat Ariana duduk menemani di sofa ruang keluarga sembari menonton televisi. Walaupun sebenarnya ia tidak benar-benar menungguku keluar dari ruang kerjaku, karena seringnya aku mendapati Ariana sudah meringkuk tertidur pulas karena tak kuat menahan kantuknya.

Biasanya aku akan duduk di sofa di sebelah tubuh Ariana untuk beberapa saat, sambil memandanginya tidur. Menikmati sensasi rasa hangat yang selalu membanjiri dan nyaris meluap dari dadaku. Setelah aku puas memandangi Ariana, walaupun rasanya tak pernah cukup bagiku, aku akan menggendong tubuhnya ke kamar tidur. Dan kami melewati malam bersama-sama dengan lenganku melilit pada tubuhnya.

Kalau aku beruntung, Ariana masih terjaga di depan televisi. Aku akan menggoda serta mencumbunya, memberinya ciuman-ciuman panas untuk menghabiskan malam kami dengan bercinta di atas sofa.

"Selamat siang, Tuan Christopher. Maafkan saya. Nona Isabele ingin berbicara dengan anda, Tuan. Karena saya menolak untuk menjadwalkan makan malam anda bersamanya untuk membahas tentang bisnis baru." Sambungan telepon dari Ivy memecah pikiranku.

Aku berdecak, merasa terganggu dengan panggilan ini. Tapi menumpahkan kekesalanku pada Ivy jelas tidak pada tempatnya.

"Jadwalkan saja meeting dengan Isabele, Ivy. Dan aku tak mau diganggu hingga makan siang hari ini."

"Baik, Tuan Christopher."

Aku menutup saluran teleponku dengan Ivy dan melanjutkan pekerjaanku yang tertunda.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang