Bab 25

48K 3K 130
                                    

Yeeayy... up date siang..

Happy reading yak!

==============================

Akhirnya aku bisa keluar sejenak dari neraka pekerjaanku hari ini. Aku mendengus jengkel. Menerima ajakan makan siang Kevin di sebuah restoran yang tak jauh dari gedung Sagara, kupikir sebuah solusi bagus untuk sedikit melepaskan keteganganku.

Cuaca hatiku sedang tidak bagus hari ini. Setelah kemarin janji makan malamku dengan Tuan Reymon mundur hingga dua jam lamanya karena kesibukanku_sampai aku harus berkali-kali meminta maaf padanya, pertemuan kami malah berakhir dengan menyisakan kegelisahan dalam diriku.

Sialnya lagi, dalam perjalanan pulang aku justru menerima email dari Detektif Jeremy yang seketika membuatku terbakar sendiri di atas kursi Lexus nyamanku.

Tidak cukup sampai di situ, banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan dan padatnya jadwal meeting menjelang kepergianku ke Singapore dan Bali semakin menyumbang kelabunya suasana hatiku.

Semalam saja aku pulang hampir dini hari, dan pagi ini aku harus berangkat lebih pagi untuk mengejar jadwal meeting-ku.

Aku yakin satu minggu ini, urusan kantor akan membuatku kesulitan bernafas. Terlebih yang membuatku semakin murung, aku merasa kesulitan bertemu dengan Ariana walaupun kami tinggal seatap.

Damn! Aku menggeleng frustasi.

"What's up, Bro? Ada yang menganggumu?" Tanya Kevin. Ia menegakkan kepalanya sejenak sebelum kembali menekuri buku menu di tangannya.

"Nope." Jawabku seolah tak acuh. Bola mataku mencoba fokus dengan buku menu yang ada di tanganku.

Sialan. Aku sedang tidak nafsu makan saat ini.

Ekor mataku menangkap pergerakan Kevin di depanku, seketika aku mendongak dan menatapnya bertanya.

"Kamu tahu, Christopher? Sejak kamu meletakkan bokongmu di kursi itu, aku menghitung sudah lebih dari sepuluh kali kepalamu menggeleng-geleng sendiri seperti itu."

Mata Kevin memicing curiga padaku sembari menunjuk kursiku dengan dagunya. Tangannya melambai kecil ke arah seorang pelayan restoran yang langsung sigap mendekati meja kami.

Aku mendengus. Merasa sangat kesal. Tapi aku tak tahu harus kulimpahkan pada siapa kekesalanku ini.

Kevin menyebutkan pesanan makan siangnya, lengkap dengan dessert segala. Sementara aku hanya memesan beef teppanyaki, menu apa saja yang melintas di pikiranku saat ini.

"Ada masalah di kantor?" Tanya Kevin setelah pelayan restoran tadi pergi. Ia menuangkan orange juice dari jug ke dalam gelasnya. Aku hanya menggeleng malas saat Kevin menawarkan juice padaku dan lebih memilih menikmati segelas ocha dingin.

"Hanya masalah kecil." Well, aku ingat percakapanku semalam dengan Tuan Reymon, bapak mertuaku. "Ada yang mencoba mengganggu rencana kerjasama bisnis Tuan Reymon."

"Maksudmu ekspansi bisnis Tuan Reymon dengan perusahaan Taiwan itu? Sagara berinvestasi sangat besar di situ, bukan?" Tanya Kevin lebih lanjut.

Aku mengangguk enggan mengingat obrolanku dengan Tuan Reymon semalam.

Awalnya, pembicaraan kami hanya seputar kendala dan perkembangan investasi yang sudah diberikan Sagara Grup kepada perusahaan Tuan Reymon, hingga lama-lama fokus kami bergeser kepada penyebab kecelakaan Melani dan akhirnya berujung pada Ariana.

Otakku masih bisa memutar memori dengan jelas respon yang diucapkan Tuan Reymon padaku semalam. 'Saat aku meminta Ariana menjadi istrimu, aku sudah mempertimbangan semua resikonya, Christopher. Sayangnya, aku tidak pernah berpikiran kalau kerjasama bisnis kita ini yang menyebabkan kematian Melani. Aku hanya tinggal punya satu putri lagi, lebih baik aku membatalkan semua kontrak kita ini daripada aku harus kehilangan Ariana'.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang