Bab 23

56.7K 3.3K 117
                                    

Yok mareey...!


=======================================

Aku terbangun oleh alarm dalam tubuhku, detik berikutnya panca inderaku menyadari ada kehangatan dan aroma yang menggoda di bawah hidungku. Well, ibarat ponsel sehabis di charge, energiku penuh dan tubuhku terasa bugar.

Ariana masih terlelap, dengkurannya terdengar sangat halus. Aku menunduk sejenak dan menghirup wangi tubuh Ariana dalam-dalam.

Hati-hati aku melirik jam digital di atas nakas. Masih pukul 5.15 pagi. Aku masih punya waktu berlama-lama dengan istriku.

Sialan. Andai tidak ada meeting penting pagi ini, aku bisa membangunkan Ariana dengan memberinya kecupan-kecupan menggoda dan mengajaknya bercinta pagi-pagi. Pasti menyenangkan.

Pangkal pahaku langsung berkedut mengiakan.

Double shit. Semalam selesai sesi keintiman kami, aku langsung mengebut untuk mengejar dokumen yang harus aku tanda tangani hari itu juga. Walaupun harganya sudah terbayarkan dengan bercinta secara liar bersama Ariana, tetap saja membuatku kesal.

Alih-alih pagi ini kami bisa bergulat panas sebentar atau nanti malam membujuk Ariana untuk tidur bersamaku lagi di sini, sejak kemarin sore Ivy sudah menjejali inbox emailku dengan rentetan meeting penting hari ini. Diawali dengan meeting bersama jajaran dewan direksi pukul 9 pagi hingga dinner meeting bersama Isabele dan ayahnya untuk membicarakan pertemuan kami dengan kamar dagang di Singapura.

Aku menggertakkan gigi, geram dengan diriku sendiri.

Tenang, Christopher! Masih ada hari esok.

Tapi aku menginginkan Ariana. Sekarang!

Dan aku berakhir dengan desah kekecewaan. Merasa frustasi.

Mataku kembali memandang Ariana. Kuyakin, aku sanggup menatapnya seperti ini seharian. Memperhatikan setiap detail lekuk yang ada di permukaan wajahnya. Alis matanya yang lebat natural, bulu mata panjang berkibar, hidung lancip namun pas dengan bentuk wajahnya.

Dan terakhir.. bibir polos tak bersalut yang saat ini sedikit terbuka. Memanggil diriku untuk mencicipi dan menggigitnya, membuatnya bengkak berkali-kali.

Pangkal pahaku setuju dengan pemikiran ini. Sialan.

Tanganku terulur, menjepit beberapa helai rambut Ariana dan menyingkirkannya dari wajahnya. Sejenak manik mataku terhenti saat menemukan jejak keliaranku di leher Ariana. Jariku membelai noda kemerahan di sana dengan sangat lembut, ada kepuasan tersendiri melihat hasil karyaku.

Tanpa melepaskan mata, aku kembali berbaring dengan hati-hati. Jangan sampai Ariana terbangun atau aku tak akan bisa mengejar meeting pagiku.

Ariana adalah godaan terbesarku sekarang ini. Aku mati-matian menahan diri agar tidak menindih tubuhnya dan mengajaknya bercinta.

Shit. Bagian bawahku seketika mengeras hanya dengan membayangkan saja. Aku harus segera turun dari sini dan bergegas mandi kalau tidak ingin jadwalku berantakan.

Aku beringsut pelan-pelan dari atas ranjang dan berdiri sejenak. Ariana bergerak perlahan memalingkan wajah. Rambutnya sekarang menyebar di seputar kepalanya. Ia terlihat sangat cantik membuatku berkali-kali mengingatkan diri agar tidak mendekat dan mencium bibirnya.

Pergi, Christopher!

Aku mengerang pelan dan memutar tumit, memaksakan diriku bergegas berjalan menuju kamar mandi.

[END] ChristopherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang