Marah

4.4K 613 16
                                    

Jimin masih meringkuk di sudut ruangan sambil menangis. Ia memeluk kedua lututnya, memerhatikan tuannya yang nampak tidak peduli dengannya seberapa keras dirinya menangis.

"Tuan kelinci maafkan Jimin, huee..."

Jungkook masih sibuk dengan kanvas dan beberapa kuas di tangannya. Asal kalian tau, si pengangguran ini sudah biasa bermain-main dengan alat lukis disaat perasaannya tak baik. Jangan pikir ia hanya sekedar 'bermain', ia bisa menghasilkan karya yang memukau orang-orang apabila dia memamerkannya, bukannya menyimpan di gudang.

"Tuan kelinci, Jimin minta maaf. Jimin berjanji tidak akan melakukannya lagi." Jimin semakin menangis kencang karena tak mendapat respon apapun dari pria yang nampak fokus itu.

Jimin menyerah, ia tidak lagi berteriak ataupun merengek minta maaf. Ia juga berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangisnya, namun yang ada hanya suara sesenggukan dan sedikit rintihan penyesalan. Ia tidak bisa menahannya, diabaikan oleh tuannya seperti ini adalah hukuman paling menyusahkan untuk dirinya.

Jimin semakin mempererat pelukannya pada kedua lututnya yang ditekuk, berusaha meredam tangisannya. Mungkin dengan begini tuannya akan kembali memperhatikannya.

Benar, tak lama sejak Jimin mulai tenang, Jeon Jungkook sudah berada tepat di depan Jimin. Ia memerhatikannya untuk beberapa waktu sebelum ibu jarinya mengusap lembut wajah Jimin yang basah karena air mata.

"Kenapa kau menangis kencang sekali?" ujarnya sambil mengusap pipi Jimin.

"Hueee.... Tuan... hiks.."

"Hentikan! kenapa semakin keras?"

"Maafkan Jimin, Tuan kelinci Jimin minta maaf.. hueee..."

Jungkook menghela napasnya dengan berat, ia tak tahu kalau hanya dengan mendiaminya selama satu jam dapat membuatnya menangis kencang.

"Maafkan Jimin..."

"Kau menyesal?" tanya Jungkook yang dibalas anggukan dari Jimin. "Kalau begitu jawab dengan jujur, dari mana saja kau?"

Jimin mendongak, ia menyeka air matanya dengan punggung tangannya yang mungil sebelum memulai ceritanya. "Jimin pergi ke taman."

"Hanya itu?"

Jimin mengangguk membenarkan.

"Dengan siapa kau pergi?"

"Sendiri.."

"Tidak bertemu siapa-siapa?"

Jimin terdiam untuk sesaat, lalu ia baru mengingat akan satu hal. "Wooju.. Naeun.."

"Nde?"

"Wooju. Jimin bertemu dengan Wooju ditaman," jawab Jimin jujur.

"Siapa Wooju?"

"Dia pria yang ingin menikah dengan Naeun."

"Begitu?" tanya Jungkook memastikan. "Lalu kenapa bisa pulang dengan mobil? Apa itu mobil Wooju?"

Jimin menggeleng.

"Ceritakan!"

Jimin terdiam, ia baru ingat jika ia juga pergi dengan pria tanpa kumis. Jika sudah begini pasti tuannya tidak akan pernah memaafkannya dan terus memarahinya. Jimin tidak suka.

"Jimin, katakan dengan jujur maka aku tidak akan marah."

"Janji?"

"Hoh!"

Pria mungil itu menelan ludahnya sebelum ia memulai ceritanya. "Setelah bertemu dengan Wooju, Jimin bertemu dengan pria tanpa kumis. Lalu Jimin diantar pulang dengannya."

Rahang Jungkook tanpa sadar mengeras, namun ia berusaha untuk menahannya. "Bukannya kau bilang pergi ke taman? Bukannya taman sangat dekat dengan rumah kita? Kenapa harus diantar pulang dengan mobil, apa kau tidak bisa pulang dengan jalan kaki. Tak sampai sepuluh menit, dan sama sekali tak jauh."

"Eung..... Tuan tanpa kumis mengajak Jimin ke suatu tempat, lalu dia mengajak Jimin makan siang yang enak. Disana Jimin bisa makan awan yang rasanya manis, lalu makanan lucu yang manis, juga ice cream."

Jimin masih asyik bercerita tentang bagaimana ia menyantap makan siangnya yang enak. Tanpa sadar bahwa sepasang mata masih menatapnya dengan tajam, dan jangan lupakan rahangnya yang kembali mengeras.

"Jadi Jimin sudah makan?"

"Hoh!"

"Sudah kenyang?"

Jimin mengangguk semangat.

Jungkook membuang napasnya sebelum ia beranjak menuju dapur. Membuka satu persatu tutup yang menjaga beberapa makanan yang baru saja ia masak dengan tangannya sendiri. "Wah sepertinya aku akan membuang ini lagi."

"Huh? Apa Tuan memasak semua itu?" tanya Jimin yang saat ini sedang berjalan menuju Jungkook. "Tuan jangan!" pekik Jimin berusaha menghentikan tuannya yang hendak membuang makanan itu ke tempat sampah.

"Wae? Tidak ada yang makan, kenapa memang?"

"Eung.. anu.. Jimin akan makan itu"

"Tidak, nanti kau kekenyangan."

"Tapi tuan!"

/Srek!/

"Jangan-"

Terlambat, Jungkook sudah menuangkan satu mangkuk Sundubu Jiggae ke dalam tong sampah.

"Tuan.. aku bisa memakannya nanti.." gumam Jimin lirih.

"Pergi ke kamar sekarang! Jangan berisik, mengerti!" kata Jungkook dengan nada tinggi.

"Apa Tuan kelinci marah lagi?"

"Sudah aku katakan aku ini bukan kelinci!"

"Mianhae.... Tapi.. bukannya tadi pagi tuan sudah berjanji untuk tidak marah lagi?"

#####

To be continue...

Hormones [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang